Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, Departemen Pajak Nghe An memberikan tanggapan sebagai berikut:
+ Mengenai pengurangan PPN masukan :
- Pada poin d, klausul 6, Pasal 1, Undang-Undang No. 31/2013/QH13 Undang-Undang yang mengubah dan melengkapi sejumlah pasal Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai tertanggal 19 Juni 2013 dari Majelis Nasional , yang menetapkan pengurangan PPN masukan, badan usaha yang membayar PPN menurut metode pengurangan pajak berhak untuk memotong PPN masukan sebagai berikut: PPN Masukan yang timbul dalam suatu bulan harus dilaporkan dan dipotong saat menentukan pajak yang terutang untuk bulan itu. Jika suatu badan usaha menemukan bahwa PPN masukan yang dilaporkan dan dipotong tidak benar, maka badan usaha tersebut akan diizinkan untuk melaporkan dan memotong tambahan sebelum otoritas pajak mengumumkan keputusan untuk melakukan audit pajak atau pemeriksaan pajak di kantor pusat wajib pajak.

- Di samping itu, dalam Pasal 14 Ayat 8 Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 219/2013/TT-BTC tanggal 31 Desember 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan Undang-Undang tentang PPN, dan Peraturan Pemerintah Nomor 209/2013/ND-CP tanggal 18 Desember 2013 tentang Ketentuan Pelaksanaan beberapa pasal dalam Undang-Undang tentang PPN, ditetapkan Asas Pengurangan Pajak Pertambahan Nilai, yaitu Pajak Masukan yang timbul pada suatu masa pajak, wajib dipungut dan dikurangkan, dalam menentukan besarnya pajak yang terutang pada masa pajak tersebut, tanpa memperhatikan apakah pajak tersebut telah dipakai atau masih ada dalam persediaan.
+ Tambahan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan: Sesuai dengan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2019 tentang Administrasi Perpajakan dan Nomor 38 Tahun 2019 tentang Pajak Penghasilan Badan, ketentuan mengenai tambahan surat pemberitahuan SPT Tahunan adalah sebagai berikut:
- Wajib Pajak yang mengetahui Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) yang disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak mengandung kesalahan atau kelalaian, dapat menyampaikan SPT tambahan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak berakhirnya batas waktu penyampaian SPT untuk Masa Pajak yang mengandung kesalahan atau kelalaian, tetapi sebelum Kantor Pelayanan Pajak atau instansi yang berwenang mengumumkan keputusan pemeriksaan atau pemeriksaan.
- Dalam hal kantor pajak atau instansi yang berwenang telah mengumumkan keputusan untuk melakukan pemeriksaan atau pemeriksaan pajak di kantor pusat wajib pajak, wajib pajak masih dapat membuat Surat Pemberitahuan Tambahan, dan kantor pajak mengenakan sanksi administrasi terhadap pelanggaran tata kelola perpajakan atas perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 dan Pasal 143 Undang-Undang ini.
- Dalam hal setelah kantor pajak atau instansi yang berwenang menerbitkan kesimpulan atau keputusan tentang penanganan pajak setelah dilakukan pemeriksaan atau pemeriksaan di kantor pusat wajib pajak, maka penyampaian tambahan berkas pemberitahuan pajak diatur sebagai berikut:
- Wajib Pajak dapat melengkapi Surat Pemberitahuan Pajaknya dalam hal menambah jumlah pajak yang terutang, mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dikurangkan, atau mengurangi jumlah pajak yang dibebaskan, dikurangkan, atau dikembalikan, serta dikenai sanksi administrasi berupa pelanggaran tata kelola perpajakan atas perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 dan Pasal 143 Undang-Undang ini;
- Dalam hal Wajib Pajak menemukan kesalahan atau kelalaian dalam Surat Pemberitahuan Pajak, dan apabila Surat Pemberitahuan tersebut mengakibatkan pengurangan jumlah pajak yang terutang atau penambahan jumlah pajak yang dapat dikurangkan, pengurangan pajak, atau pengembalian pajak, maka ketentuan mengenai penanganan pengaduan perpajakan berlaku.

+ Berkas pernyataan pajak tambahan meliputi: formulir pernyataan tambahan; penjelasan pernyataan tambahan dan dokumen terkait.
- Pasal 4, Pasal 7, Keputusan Pemerintah 126/2020/ND-CP tanggal 19 Oktober 2020 menetapkan: “4. Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tambahan untuk setiap Surat Pemberitahuan Pajak yang terdapat kesalahan atau kelalaian sesuai dengan ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Administrasi Perpajakan dan sesuai dengan formulir yang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tambahan sebagai berikut:
- Dalam hal Surat Pernyataan Tambahan tidak mengubah kewajiban perpajakan, maka yang perlu disampaikan hanya penjelasan Surat Pernyataan Tambahan dan dokumen terkait, sedangkan Surat Pernyataan Tambahan tidak wajib disampaikan.
- Wajib Pajak yang melakukan Surat Pernyataan Tambahan yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pajak terutang atau berkurangnya jumlah pajak yang dikembalikan oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, wajib menyetorkan kelebihan pajak terutang atau kelebihan pengembalian pajak dan denda keterlambatan secara penuh ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (jika ada).
Apabila SPT tambahan hanya menambah atau mengurangi jumlah PPN yang dapat dikurangkan untuk masa pajak berikutnya, SPT tersebut wajib dilaporkan pada masa pajak berjalan. Wajib Pajak hanya diperbolehkan menyampaikan SPT tambahan untuk menambah jumlah PPN yang dimintakan restitusi apabila belum menyampaikan SPT untuk masa pajak berikutnya dan belum mengajukan permohonan restitusi pajak.
Berdasarkan ketentuan di atas, dalam hal Faktur Pajak Masukan periode sebelumnya tidak benar atau tidak lengkap, maka Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan Tambahan untuk setiap Surat Pemberitahuan yang terdapat kesalahan atau kekurangan sesuai ketentuan Pasal 47 Undang-Undang Administrasi Perpajakan, dan membuat Surat Pemberitahuan Tambahan pada masa Pemberitahuan (bulan, triwulan) yang sama dengan saat faktur pajak tersebut timbul.
Dalam hal setelah Kantor Pelayanan Pajak atau Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan suatu simpulan atau keputusan tentang penanganan perpajakan setelah dilakukan pemeriksaan atau pengujian di Kantor Pelayanan Pajak, ternyata dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) terdapat kesalahan atau kekurangan, dan apabila tambahan SPT tersebut mengakibatkan pengurangan jumlah pajak yang terutang atau penambahan jumlah pajak yang dapat dikurangkan, pengurangan jumlah pajak yang dibebaskan, pengurangan pajak yang dikreditkan, atau pengembalian pajak yang disetor, maka berlaku ketentuan tentang penanganan pengaduan perpajakan.
Perusahaan diminta untuk mendasarkan pada situasi sebenarnya dan membandingkan dengan dokumen hukum untuk mematuhi peraturan.
Sumber






Komentar (0)