Pada tanggal 26 September, Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora (VNU-HCM) dan Institut Ilmu Sosial dan Humaniora mengadakan konferensi ilmiah nasional dengan tema "Agama dan Seni: Teori dan Praktik".
Bantu komunitas berkembang
Lokakarya ini dihadiri oleh banyak ilmuwan, pakar, dan seniman... menciptakan ruang akademik yang dinamis dan multidimensi. Lokakarya ini tidak hanya memiliki signifikansi akademis, tetapi juga menunjukkan peran perintis Institut Ilmu Sosial dan Humaniora dalam menghubungkan dan memimpin penelitian di bidang humaniora yang terkait dengan praktik.
Banyak makalah dengan konten yang luar biasa dipresentasikan dan didiskusikan dalam lokakarya tersebut, seperti "Analisis Landasan Filsafat, Estetika, Sosiologi, dan Agama tentang Hubungan Seni dan Agama"; "Survei Nilai-Nilai Agama dan Seni dalam Berbagai Bentuk: Sinema, Teater, Opera Reformasi, Musik Religius"; karya-karya: "The Passion of Jesus Christ", "The Life of Buddha Shakyamuni", "Spring, Summer, Autumn, Winter and Spring Again", "Moon at the Bottom of the Well", "Vong Nhi", "Prince Ajatashatru"... dianalisis oleh para ahli dan pengelola dari perspektif budaya dan humanis.
Para ahli dan manajer berdiskusi pada lokakarya ilmiah "Agama dan Seni: Teori dan Praktik" pada tanggal 26 September di Kota Ho Chi Minh.
Secara khusus, banyak makalah yang menyelidiki pemikiran Buddha dalam opera dan drama reformasi, seperti: "Pangeran Ajatashatru", "The Ferry of Destiny", atau nilai musik religius melalui penelitian Tran Ngan Ha, Nguyen Thi Thuy, dan Vu Minh Thu juga dibahas.
Konten yang disebutkan di atas menunjukkan kreativitas seniman Kota Ho Chi Minh yang tiada henti ketika mereka ingin menciptakan dan mementaskan karya dan tokoh agama untuk melayani masyarakat, sehingga membantu kehidupan masyarakat untuk semakin berkembang.
Hubungan paralel
Dalam sambutan pembukaannya, Panitia Penyelenggara konferensi menekankan: "Sepanjang sejarah, agama dan seni selalu berjalan beriringan, baik dalam merefleksikan maupun memelihara kehidupan spiritual manusia. Jika agama menghadirkan sistem nilai-nilai spiritual, seni adalah sarana ekspresi, penyebaran, dan membantu nilai-nilai tersebut tertanam dalam ingatan dan emosi umat manusia."
Tidak hanya berhenti pada nilai-nilai spiritual, hubungan ini juga menegaskan peran agama dan seni sebagai dua pilar pembentuk budaya, identitas, dan kemanusiaan dalam kehidupan sosial modern.
Dr. Duong Hoang Loc - Direktur Program Penelitian Keagamaan dan Pembangunan, Institut Ilmu Sosial dan Humaniora - mengatakan: "Seni memiliki kemampuan untuk mendekatkan dan mempersepsikan gagasan-gagasan keagamaan yang abstrak dan jauh melalui karya seni, dan Kota Ho Chi Minh adalah tempat dengan banyak panggung dan arena bermain seni yang luas untuk mementaskan karya seni ke arah yang tepat."
Seniman Rakyat Trinh Kim Chi, Wakil Presiden Asosiasi Teater Kota Ho Chi Minh, mengatakan: "Drama dan lakon keagamaan tidak hanya menyampaikan nilai-nilai spiritual, tetapi juga mencerminkan aspirasi masyarakat Vietnam untuk menjalani kehidupan yang baik dan indah. Ini adalah lahan seni yang perlu terus dieksploitasi."
Para ahli berpendapat bahwa agama dan seni memang berbeda, tetapi memiliki titik temu yang sama dalam kemanusiaan. Memasukkan seni religius ke dalam pendidikan akan membantu generasi muda memupuk kedalaman spiritual dan tanggung jawab sosial.
Sumber: https://nld.com.vn/huong-den-song-thien-song-dep-196250926211905108.htm
Komentar (0)