Dana Moneter Internasional (IMF) percaya bahwa bank sentral dapat mengendalikan inflasi tanpa mendorong dunia ke dalam resesi.
Dalam pertemuannya pada 10 Oktober, IMF menyatakan ekonomi dunia dapat tumbuh 3% tahun ini, mempertahankan proyeksinya dari Juli. Alasannya, tingkat pertumbuhan AS yang lebih tinggi dari perkiraan akan mengimbangi prospek pertumbuhan Tiongkok dan Eropa yang menurun.
Mengulang penilaiannya pada bulan Juli, IMF menekankan bahwa ekonomi global tetap tangguh menghadapi dua guncangan, yaitu pandemi dan perang di Ukraina. "Dengan pasar energi dan pangan yang terganggu oleh perang dan inflasi yang mencapai titik tertinggi dalam beberapa dekade akibat pelonggaran moneter, aktivitas ekonomi melambat tetapi tidak stagnan. Ekonomi global masih terus bergerak maju," tulis Gourinchas.
IMF mengatakan pertumbuhan dan inflasi kini "semakin konsisten dengan skenario soft landing, terutama di AS." Negara ini diproyeksikan mengalami pemulihan terkuat di antara negara-negara ekonomi utama, dengan pertumbuhan PDB meningkat menjadi 2,1% tahun ini.
Robot-robot dirakit di jalur perakitan mobil di Zhejiang (Tiongkok). Foto: Reuters
Meski demikian, Gourinchas memperingatkan bahwa pertumbuhan "masih lambat dan tidak merata." Prospek untuk Eropa dan Tiongkok kini kurang optimis dibandingkan tiga bulan lalu.
Zona euro diperkirakan tumbuh 0,7% tahun ini dan 1,2% tahun depan. Kedua angka tersebut lebih rendah dari perkiraan pada bulan Juli.
PDB Tiongkok juga diperkirakan hanya tumbuh 5% tahun ini, turun dari 5,2% sebelumnya. "Krisis properti Tiongkok semakin dalam, dengan potensi dampak limpahan ke seluruh dunia , terutama bagi eksportir komoditas," demikian menurut laporan IMF.
IMF memperkirakan inflasi akan terus menurun, tetapi tidak akan kembali ke target bank sentral hingga setidaknya akhir tahun depan. Inflasi global diperkirakan sekitar 6,9% tahun ini dan 5,8% tahun depan.
Ketika ditanya tentang situasi di Timur Tengah, kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan kepada wartawan bahwa "masih terlalu dini untuk menilai dampak" konflik militer antara Israel dan Hamas terhadap pertumbuhan regional dan global. Ia menegaskan bahwa IMF sedang memantau situasi tersebut.
Gourinchas juga mengatakan bahwa saat ini sulit untuk menilai dampak situasi di Timur Tengah terhadap harga minyak. Model IMF menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak sebesar 10% akan meningkatkan inflasi dunia sebesar 0,4%.
Meskipun harga minyak mentah melonjak setelah pecahnya permusuhan, Gourinchas mengatakan reli tersebut mungkin tidak akan bertahan lama. "Saya pikir kita perlu berhati-hati. Namun, saya ingin menekankan bahwa masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan apa pun," ujarnya.
Ha Thu (menurut CNN)
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)