Iran pada tanggal 7 Juni mengungkapkan gambar pertama sebuah rudal dengan kendaraan luncur hipersonik, sebuah perkembangan revolusioner bagi kemampuan serangan negara itu terhadap target di seluruh Timur Tengah dan mungkin di luarnya.
Rudal Fattah diresmikan dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Presiden Ibrahim Raisi dan perwira senior Garda Revolusi – pasukan yang bertanggung jawab atas persenjataan rudal balistik Iran, serta sebagian besar operasi militernya di luar negeri.
Amirali Hajizadeh, kepala pasukan kedirgantaraan Iran, dengan bangga mengatakan: "Rudal hipersonik Fattah memiliki jangkauan 1.400 km dan mampu menembus perisai pertahanan apa pun." Media pemerintah Iran juga secara luas mempromosikan acara tersebut.
Keberhasilan Iran telah menimbulkan kejutan besar, karena Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara telah mengalami banyak kegagalan dalam proses pengembangan senjata ini, bahkan AS pun mengalami banyak kesulitan. Baru-baru ini, Kongres AS terpaksa membatalkan program rudal hipersonik AGM-183A setelah mengalami kegagalan terus-menerus selama pengujian.
Namun, banyak ahli masih meragukan kemampuan Iran mengembangkan senjata hipersonik karena industri pertahanan negara Timur Tengah itu masih belum cukup mumpuni.
Presiden Iran Ebrahim Raisi saat peresmian rudal hipersonik Fattah.
Asal usul teknologi rudal Iran
Tiongkok merupakan negara pertama yang mengerahkan rudal hipersonik dengan peluncuran perdana rudal DF-17 pada tahun 2019. Rusia juga memperkenalkan senjata serupa pada bulan Desember di tahun yang sama, dengan rudal jelajah Zicron dan kendaraan udara Avangard yang dipasang pada rudal balistik antarbenua.
Pada bulan September 2021, Korea Utara juga melakukan uji coba pertama rudal balistik yang membawa kendaraan luncur hipersonik - rudal Hwasong-8, yang diperkirakan memiliki jangkauan sekitar 1.800 km.
Banyak ahli mengatakan bahwa meskipun industri rudal Iran dianggap sebagai salah satu yang teratas di dunia , namun masih dianggap jauh tertinggal dari Rusia, China, dan Korea Utara.
Iran telah menjadi pelanggan tetap teknologi rudal Korea Utara selama empat dekade terakhir, sehingga ada spekulasi bahwa rudal Fattah Iran juga dapat memperoleh manfaat besar dari teknologi Korea Utara.
Korea Utara mulai mengekspor rudal balistik ke Iran pada awal 1980-an. Rudal paling populer yang diekspor Korea Utara adalah Hwasong-5 dan Hwasong-6. Kedua rudal ini telah diekspor ke banyak negara di dunia, termasuk Mesir dan Iran.
Rudal Fattah.
Iran telah memproduksi beberapa model rudal dalam negeri di bawah lisensi, termasuk rudal Hwasong-5 yang diproduksi oleh Iran dengan nama domestik Shahab-1, sedangkan versi domestik Hwasong-6 adalah Shahab-2. Iran juga menerima transfer teknologi untuk memproduksi rudal Rodong-1 guna menciptakan rudal Shahab-3.
Berikutnya adalah rudal Hwasong-10 dengan jangkauan sangat jauh yakni 4.000 km, diproduksi di Iran di bawah lisensi dengan nama Khorramshahr, sehingga dapat dilihat bahwa rudal Iran telah memperoleh keuntungan yang signifikan dari transfer teknologi dan dukungan teknis serta peralatan dari Korea Utara.
Bantuan Korea Utara dipandang sebagai penjelasan yang masuk akal untuk keberhasilan rudal Fattah dan sesuai dengan upaya rudal Iran selama 40 tahun terakhir.
Selain itu, Pyongyang tidak hanya mendapatkan keuntungan dari pendapatan signifikan dari ekspor senjata dan transfer teknologi ke Iran, tetapi juga memaksa AS dan Barat untuk membubarkan kekuatan tandingan mereka dengan mendukung lawan AS di tempat lain di dunia.
Dua perspektif tentang rudal Fattah yang diumumkan Iran pada 7 Juni 2023.
Bahaya senjata hipersonik
Kendaraan luncur hipersonik dianggap berbahaya karena kecepatannya yang sangat tinggi yang dipertahankan selama penerbangan, serta kemampuan manuvernya yang tinggi dan ketinggiannya yang tinggi, sehingga sangat sulit dideteksi dan dicegat oleh pasukan pertahanan udara.
Kecepatan rudal hipersonik yang sangat tinggi memungkinkan mereka menyerang target di seluruh benua dalam hitungan menit, sekaligus secara signifikan mengurangi waktu peringatan lawan.
Teknologi senjata hipersonik akan menjadi tambahan utama bagi persenjataan Garda Revolusi Iran, yang memungkinkan rudal memiliki jangkauan yang lebih jauh dan kemampuan untuk menyerang wilayah NATO, dan akan menjadi dasar untuk mengembangkan rudal anti-kapal yang menimbulkan ancaman signifikan terhadap kelompok kapal induk AS di wilayah tersebut.
Ini dianggap sebagai senjata pencegah masa depan bagi Iran, karena pasukan konvensional Iran dianggap relatif sederhana, terutama terdiri dari unit lapis baja dan unit angkatan udara yang sudah ketinggalan zaman.
Kemunculan rudal supersonik Fattah akan membuat AS dan Barat serta lawan regional Iran berhati-hati dalam tindakan mereka, namun, kemampuan sesungguhnya dari rudal ini masih perlu waktu untuk dibuktikan.
Le Hung (Sumber: Military Watch)
Berguna
Emosi
Kreatif
Unik
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)