Pada 19 Juni, Israel menyerukan operasi militer besar-besaran terhadap kota Jenin di Tepi Barat. Penasihat Keamanan Nasional Israel meremehkan prospek normalisasi hubungan dengan Riyadh melalui mediasi AS.
| Pertempuran di kamp pengungsi Jenin berpotensi memicu puncak kekerasan baru antara Israel dan Palestina. (Sumber: Flash90) |
Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, ketua Partai Zionis Religius sayap kanan, mengatakan sekarang perlu menghentikan serangan individu dan fokus pada serangan skala besar di wilayah Palestina di Tepi Barat.
Politisi sayap kanan itu bahkan mengusulkan pengiriman tank dan jet tempur ke medan perang, dan meminta pertemuan darurat Kabinet Keamanan Israel setelah insiden tersebut. Pada hari yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi dan menyemangati tentara yang terluka dalam operasi militer di Jenin di Rumah Sakit Rambam.
Sementara itu, Otoritas Palestina bereaksi keras terhadap serangan Israel yang menewaskan lima warga Arab dan melukai 66 lainnya. Kantor berita negara Palestina (WAFA) mengutip Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Mahmoud Abbas, yang mengatakan bahwa pertempuran di kamp pengungsi Jenin dapat memicu puncak kekerasan baru.
Ia juga meminta masyarakat internasional, terutama pemerintah AS, untuk campur tangan guna mencegah serangan Israel.
Pada hari yang sama, Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi mengatakan bahwa tidak ada prospek penerbangan lanjutan dari Israel ke Arab Saudi pada tahun 2023 agar umat Yahudi dapat menunaikan ibadah haji. Hanegbi juga tidak menekankan masa depan normalisasi hubungan dengan Riyadh melalui peran perantara AS.
Awal tahun ini, Israel mengumumkan bahwa mereka akan segera membuka penerbangan ke dua tempat tersuci bagi umat Islam di Arab Saudi, yang memungkinkan 18% populasi Muslim Israel untuk mengunjungi tempat tersebut setiap tahun (dari 25 Juni hingga 2 Juli).
Pemerintah Israel menyatakan bahwa ini merupakan upaya untuk mendorong proses normalisasi hubungan dengan Riyadh, dengan AS bertindak sebagai perantara. Namun, Arab Saudi jarang menyatakan sikapnya terhadap penerbangan yang membawa jemaah haji ke Israel.
Dalam wawancara dengan KAN , Bapak Hanegbi mengatakan bahwa saat ini belum ada maskapai penerbangan di negara ini yang terdaftar untuk mengangkut jemaah haji ke Arab Saudi. Berbicara kepada Israel Hayom sebelumnya, pejabat ini menegaskan bahwa Israel dan Arab Saudi tidak memiliki peluang yang jelas untuk mencapai kesepakatan damai .
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)