Tak ada lagi sesi meramal di pedagang kaki lima, tak ada lagi jimat di saku, Gen Z kini bisa meramal nasib dengan AI, memesan jimat feng shui sesuai zodiak hanya dengan sekali klik. Ketika spiritualitas dan teknologi berpadu, ketika "kepercayaan" tak lagi dikaitkan dengan ritual tradisional melainkan bertransformasi menjadi gaya modern, apakah ini tren baru di kalangan anak muda?
Peramalan AI - "peramal" di era teknologi
Jika dulu meramal sering dikaitkan dengan garis telapak tangan dan horoskop, kini Gen Z hanya perlu beberapa klik untuk menerima "ramalan" dari kecerdasan buatan (AI). Tanpa harus duduk berjam-jam di depan peramal, atau harus mengantre untuk diramal, generasi muda masa kini perlahan beralih dari meramal tradisional ke dunia digital, di mana AI berperan sebagai "hakim" di era teknologi.
Yen Nhi (20 tahun, Hanoi ), seorang penggemar ramalan teknologi, berbagi: "Sebelumnya, saya membaca tarot di kedai kopi, tetapi sekarang saya hanya perlu membuka ponsel untuk langsung mendapatkan hasilnya. Setelah saya mencoba aplikasi tafsir mimpi, saya tidak menyangka aplikasi itu bisa memprediksi situasi saya dengan akurasi 80%."
![]() |
| Yen Nhi - seorang pengikut teknologi peramal. Foto: Nguyet Hoa |
Tren ini dengan cepat menyebar berkat serangkaian aplikasi seperti Co-Star, The Pattern, AstroGPT, yang menyediakan layanan seperti prediksi horoskop, pembacaan kartu tarot, menghitung tanggal dan waktu baik, dan bahkan menguraikan mimpi hanya dalam beberapa detik.
Alih-alih mengandalkan intuisi peramal, AI menganalisis data pribadi, membandingkan algoritma, lalu membuat penilaian tentang kepribadian, karier, cinta, atau takdir. Banyak pengguna berbagi pengalaman mengejutkan: "Aplikasi ini mengartikan mimpi dengan sangat akurat!", "Ramalan tarot AI 90% akurat, saya tidak percaya!". Video yang menguji ramalan AI juga dengan cepat menjadi tren di TikTok dan Facebook, menarik ribuan tayangan dan komentar.
Namun, sebagian besar Gen Z menyikapi tren ini dengan mentalitas "setengah percaya, setengah skeptis". Tidak semua orang sepenuhnya percaya pada prediksi AI, tetapi rasa ingin tahu cukup untuk mendorong mereka mencobanya. Thu Thuy (21 tahun, Tuyen Quang ) juga mencoba meramal AI dan terkejut dengan hasilnya: "Saya tidak percaya pada meramal, tetapi ketika saya memasukkan informasi ke dalam aplikasi horoskop, AI menganalisis kepribadian saya dengan sangat teliti. Saya pikir itu mungkin tidak sepenuhnya benar, tetapi cara AI menghubungkan data sungguh mengagumkan."
![]() |
Thu Thuy merasa bersemangat saat mencoba meramal nasib dengan AI. Foto: Nguyet Hoa |
Rasa skeptisisme dan kegembiraan, dipadukan dengan viralnya di media sosial, telah membantu menjadikan peramalan nasib AI sebuah fenomena di dunia anak muda.
Generasi Z sedang “memodernisasi” spiritualitas
Generasi muda masa kini masih percaya pada nilai-nilai spiritual, namun alih-alih mengenakan barang-barang yang berkaitan dengan kepercayaan agama tradisional, mereka memilih jimat feng shui, gelang batu energi, dan cincin zodiak - barang-barang yang membawa keberuntungan sekaligus mengekspresikan kepribadian busana mereka.
Perubahan ini mencerminkan pola pikir modern, di mana feng shui bukan sekadar keyakinan spiritual, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup. Toko daring dan merek perhiasan dengan cepat mengikuti tren ini, terus memperbarui model liontin berdasarkan 12 zodiak, gelang batu berdasarkan lima elemen, cincin feng shui dengan tulisan menarik: "Meningkatkan keberuntungan", "Meningkatkan cinta", "Menolak energi buruk". Perpaduan spiritualitas dan mode inilah yang membuat barang-barang ini populer, muncul ramai di TikTok Shop, Shopee, dan Instagram dengan ribuan pembelian.
![]() |
Pasar aksesori feng shui tumbuh pesat, dengan serangkaian merek yang mengkhususkan diri dalam menjual produk khusus untuk kaum muda, yang feng shuinya canggih, dan modern. |
Dari kebutuhan inilah pasar aksesori feng shui berkembang pesat, dengan serangkaian merek yang khusus menjual produk untuk anak muda, baik yang bernuansa feng shui, canggih, maupun modern. Di dunia yang terus berubah, keyakinan spiritual juga "berubah" agar lebih sesuai dengan tren zaman.
Keseimbangan antara akal dan iman
Terlihat bahwa kaum muda tidak lagi sepenuhnya menaruh keyakinan mereka pada penilaian yang tak berdasar, juga tidak sepenuhnya menyangkal keberadaan unsur-unsur spiritual. Sebaliknya, mereka mencari keseimbangan antara akal dan iman, di mana spiritualitas menjadi alat untuk menjaga stabilitas mental, alih-alih kebenaran mutlak yang mengatur kehidupan.
Alih-alih meramal nasib secara tradisional, banyak anak muda memilih pendekatan yang lebih logis, menggabungkan sains dan agama. Mereka tidak sepenuhnya percaya takhayul, tetapi menganggap wujud spiritual sebagai cara untuk menghilangkan stres dan menemukan arah hidup. Aplikasi meramal nasib dengan AI tidak hanya memprediksi nasib, tetapi juga mengintegrasikan nasihat psikologis, membantu pengguna memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik.
![]() |
| AstroGPT memadukan saran psikologis untuk melayani pengguna. |
Persimpangan inilah yang membuat banyak orang merasa lebih aman saat menghadapi masa depan, karena mereka yakin menerima informasi dari sistem analisis data dan bukan dari ramalan yang tidak berdasar.
Teknologi modern tidak hanya mengubah cara Gen Z memandang spiritualitas, tetapi juga mengaburkan batas antara sains dan takhayul. Seseorang dapat memercayai AI, horoskop, dan membeli jimat feng shui, menciptakan pendekatan baru yang fleksibel terhadap keyakinan pribadi.
Di dunia yang terus berkembang pesat dalam sains dan teknologi, kaum muda menciptakan sistem kepercayaan mereka sendiri—modern, spiritual, personal, namun tetap tidak sepenuhnya terlepas dari nilai-nilai tradisional. Ini bukan lagi takhayul sepihak, melainkan adaptasi generasi baru terhadap perubahan zaman.
Sumber: https://baophapluat.vn/khi-genz-me-tin-theo-thay-boi-ai-post544817.html










Komentar (0)