![]() |
Erling Haaland membawa Manchester City. |
Di usia 25 tahun, Haaland mendekati pengaruh Lionel Messi di Barcelona atau Ronaldo di Real Madrid. Layaknya kedua legenda tersebut, ia memiliki kemampuan untuk mempertahankan performa yang buruk dan stabilitas yang langka. Man City bukan lagi sekadar tim Pep Guardiola, melainkan "tim Haaland".
Satu orang menarik seluruh kelompok
Melawan Bournemouth di pekan ke-10 Liga Primer pada malam 2 November, Haaland mencetak dua gol untuk membantu Man City menang 3-1 dan naik ke posisi kedua, enam poin di belakang Arsenal. Itu bukan hanya tiga poin, tetapi bukti ketergantungan penuh. Dari 20 gol City di Liga Primer musim ini, 11 di antaranya dicetak oleh Haaland. Pencetak gol terbanyak kedua mereka di turnamen ini adalah... Maxime Esteve, bek Burnley yang mencetak dua gol bunuh diri dalam kekalahan 1-5 di Etihad.
Itu menunjukkan bahwa Man City masih hidup berkat pemain nomor 9 Norwegia tersebut. Nama-nama lainnya, Phil Foden, Jeremy Doku, Savinho, atau Omar Marmoush, belum meninggalkan jejak. Foden hanya mencetak 1 gol, sementara Marmoush bergelut dengan cedera. Ketika Pep Guardiola mengatakan, "Tanpa Haaland, segalanya akan sangat sulit," ia tidak melebih-lebihkan.
Di tahun-tahun sebelumnya, Pep memiliki sistem serangan multi-poin di mana De Bruyne, Bernardo Silva, Mahrez, dan Gundogan bisa bergantian bersinar. Sekarang, De Bruyne hilang, Gundogan hilang. Seluruh tim menatap ke satu arah: Haaland.
![]() |
Melawan Bournemouth, Haaland hanya membutuhkan dua peluang, dan keduanya menghasilkan gol. |
Melawan Bournemouth, Haaland hanya membutuhkan dua peluang, dan keduanya berhasil mencetak gol. Dua ledakan kecepatan, dua penyelesaian akhir yang keren. Semuanya terjadi begitu cepat sehingga lawan hampir tak bisa melihat ke atas. Ketika Nico O'Reilly mengalami situasi serupa, ia gagal memanfaatkan peluang. Itulah perbedaan antara pemain bagus dan pemain hebat: pemain hebat tidak pernah gagal.
Cara Haaland mencetak gol memang terlihat mudah, tetapi sebenarnya itu adalah puncak naluri dan performa. Ia tidak hanya lebih cepat dan lebih kuat, tetapi juga lebih lihai membaca situasi daripada siapa pun. Ketika bola jatuh ke kotak penalti, semua orang tahu apa yang akan terjadi, hanya saja mereka tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.
Haaland bukan sekadar mesin gol, ia juga simbol spiritual. Setiap golnya menjadi pengingat bahwa Man City masih hidup, masih siap mengejar Arsenal, meskipun skuatnya sedang tidak seimbang. Guardiola bisa merotasi dan mengubah formasi, tetapi ia tidak bisa menggantikan Haaland.
Kekhawatiran di balik halo
Pertanyaannya: mampukah Haaland mempertahankan kecepatan ini sepanjang musim? Ia telah memainkan terlalu banyak pertandingan, mulai dari Piala Dunia Antarklub FIFA hingga liga domestik, dan hampir tidak pernah mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Jadwal yang padat, ditambah gaya bermain yang sepenuhnya mengandalkan kekuatan fisik, membuat risiko cedera selalu mengintai.
![]() |
Saat Haaland masih berlari, Man City masih memimpikan tahta. |
Ketika Haaland meninggalkan lapangan pada menit ke-82 untuk beristirahat, itu bukan sekadar perhitungan taktis, melainkan langkah untuk menyelamatkan Man City sepanjang musim. Karena Guardiola mengerti, jika Haaland kolaps, seluruh tim akan kolaps.
Tanpa De Bruyne yang memikul beban, tidak ada "rencana cadangan". Musim ini, Man City sangat berbeda dari musim-musim sebelumnya, kurang kreatif, dan kurang terprediksi. Foden belum menemukan performa terbaiknya, mencetak 19 gol seperti musim 2023/24, sementara pemain baru seperti Savinho atau Reijnders masih dalam tahap adaptasi. Semua ini menjadikan Haaland satu-satunya harapan dan obsesi terbesar Pep.
Sebagai perbandingan, MU asuhan Sir Alex Ferguson mengandalkan Van Persie di musim 2012/13, tetapi masih memiliki Wayne Rooney dan Chicharito untuk berbagi beban. Sedangkan untuk Man City sekarang, semua angka mengarah ke satu arah. Haaland mencetak gol, Haaland menentukan pertandingan, Haaland menjaga asa tim tetap hidup.
Tanpanya, Man City mungkin hanya tim biasa-biasa saja dalam persaingan ini. Namun bersamanya, mereka tetap berpotensi menjadi juara. Mesinnya tak kenal lelah, tak kenal takut, dan yang terpenting, tak terhentikan.
Saat Haaland masih berlari, Man City masih memimpikan tahta. Dan ketika ia berhenti, Arsenal bisa bernapas lega. Karena di Liga Primer saat ini, hanya ada satu orang yang mampu membawa kerajaan – dan namanya adalah Erling Haaland.
Sumber: https://znews.vn/khong-haaland-khong-man-city-post1599460.html









Komentar (0)