Pada kesempatan ini, reporter Kantor Berita Vietnam mewawancarai Ibu Pauline Tamesis, Koordinator Tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa di Vietnam tentang peristiwa penting ini.

Ibu, pada tanggal 25 Oktober, Vietnam akan menjadi tuan rumah untuk pertama kalinya upacara penandatanganan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan Kejahatan Siber. Bagaimana Anda menilai signifikansi acara ini?
Upacara penandatanganan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Melawan Kejahatan Siber di Hanoi (Konvensi Hanoi) merupakan peristiwa bersejarah. Untuk pertama kalinya, sebuah Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa akan dinamai berdasarkan nama sebuah kota di Vietnam – sebuah bukti nyata dari meningkatnya status Vietnam di kancah internasional. Ini juga merupakan konvensi hukum global pertama tentang pemberantasan kejahatan siber yang diadopsi dalam kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam lebih dari dua dekade, yang menunjukkan keberhasilan multilateralisme dalam konteks dunia yang penuh tantangan saat ini. Pembentukan Konvensi ini bermula dari kebutuhan mendesak untuk menanggapi ledakan kejahatan siber – kejahatan yang melintasi batas negara, melampaui hukum, dan mengancam fondasi masyarakat digital.
Konvensi ini bukan sekadar dokumen hukum, tetapi juga cetak biru kerja sama internasional, yang membekali negara-negara anggota dengan perangkat yang ampuh untuk mencegah, menyelidiki, dan mendakwa kejahatan siber. Konvensi ini menandai era baru kerja sama antara pemerintah , organisasi internasional, pelaku bisnis, dan masyarakat sipil, semuanya dengan tujuan bersama untuk memastikan keamanan siber, melindungi data, dan menegakkan keadilan di era digital.
Secara khusus, Konvensi ini terkait erat dengan Pakta Digital Global dan Pakta untuk Masa Depan, inisiatif yang mempromosikan keamanan digital, hak asasi manusia, dan inklusivitas di dunia maya. Dokumen-dokumen ini menunjukkan tekad komunitas internasional untuk membangun masa depan digital yang terbuka, aman, dan berkelanjutan bagi semua.
Bagi Vietnam, penyelenggaraan upacara penandatanganan ini merupakan tonggak penting dalam perjalanan kerja samanya selama 47 tahun dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ini merupakan momen yang membanggakan, menunjukkan komitmen kuat Vietnam terhadap diplomasi multilateral dan perannya yang semakin besar dalam membentuk masa depan tata kelola global.
Menurut Anda, apa yang tercermin dari terpilihnya Vietnam sebagai negara tuan rumah acara ini mengenai prestise dan meningkatnya peran Vietnam dalam isu-isu global?
Penyelenggaraan acara penting ini oleh Vietnam merupakan bukti nyata kepemimpinan, visi strategis, dan komitmen teguhnya terhadap multilateralisme, dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai intinya. Hal ini mengirimkan pesan yang kuat kepada dunia bahwa Vietnam bukan hanya anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab, tetapi juga negara berkembang yang memegang peran utama dalam mengatasi tantangan paling mendesak di zaman kita.
Penghargaan ini dibangun atas kontribusi Vietnam yang proaktif dan ekstensif di forum-forum internasional — mulai dari perannya di Dewan Hak Asasi Manusia PBB, peran perintisnya dalam Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP), komitmen iklimnya yang ambisius melalui "Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional" (NDC), hingga promosinya terhadap Agenda "Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan". Semua ini berakar dari tradisi diplomasi dan kerja sama internasional Vietnam yang kuat.
Keikutsertaan Vietnam dalam Konvensi Hanoi merupakan bukti nyata kemampuannya dalam mendorong dialog dan memimpin kerja sama dalam isu-isu penting global. Hal ini merupakan sinyal yang jelas bahwa suara Vietnam didengar, kepemimpinannya dihargai, dan kemitraannya dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa semakin kuat.
Apa yang diharapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dari peran Vietnam dalam mempromosikan kerja sama internasional di bidang keamanan siber dan pencegahan kejahatan berteknologi tinggi, terutama dalam konteks dunia siber yang semakin kompleks dan berpotensi berisiko?
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengharapkan semua negara anggota Konvensi di masa mendatang, termasuk Vietnam, untuk sepenuhnya menerapkan ketentuan-ketentuan Konvensi, selaras dengan perjanjian internasional lainnya seperti "Global Digital Compact". Perserikatan Bangsa-Bangsa mengharapkan Vietnam untuk terus menunjukkan peran utamanya dalam kerja sama internasional; bersikap proaktif, berbagi pengalaman, dan mendorong inovasi dalam memerangi kejahatan siber.
Vietnam memasuki era pembangunan baru. Dengan reformasi berani yang membentuk peta jalan transformasi digitalnya, Vietnam tidak hanya beradaptasi dengan masa depan, tetapi juga turut membentuknya. Aspirasi Vietnam untuk menjadi pelopor global dalam tata kelola digital berkaitan erat dengan komitmennya untuk membangun dunia maya yang aman, inklusif, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui Vietnam sebagai mitra tepercaya – sebuah negara yang telah lama menjalin hubungan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dibangun di atas nilai-nilai bersama, saling menghormati, dan visi bersama tentang perdamaian, pembangunan, dan kerja sama. Di dunia digital yang semakin kompleks, Perserikatan Bangsa-Bangsa yakin bahwa Vietnam akan terus memimpin dengan memberi contoh, mempromosikan kerja sama lintas batas, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan, keamanan, dan martabat bagi semua.
Bersama-sama, kita dapat memastikan bahwa dunia digital tetap menjadi ruang peluang, bukan kerentanan – ruang di mana inovasi dipupuk, hak asasi manusia dilindungi, dan tidak ada seorang pun yang tertinggal.
Terima kasih banyak, Pauline Tamesis!
Sumber: https://baotintuc.vn/thoi-su/le-mo-ky-cong-uoc-ha-noi-la-su-kien-mang-tinh-lich-su-20251024082816123.htm






Komentar (0)