| Kekerasan dan penderitaan terus melanda wilayah Tigray, Ethiopia. (Sumber: Reuters) |
Ribuan orang tewas dalam konflik dua tahun tersebut, yang secara resmi berakhir pada November 2022, menurut laporan PBB pada 18 September. Kedua belah pihak saling menuduh melakukan kekerasan.
Dalam pernyataan terlampir, Mohamed Chande Othman, ketua Komisi Ahli Hak Asasi Manusia Ethiopia, mengatakan: "Penandatanganan perjanjian ini mungkin dapat mengurangi pertempuran secara signifikan. Namun, hal ini tidak akan menyelesaikan konflik di Ethiopia Utara, khususnya di wilayah Tigray, dan juga tidak akan menghasilkan perdamaian yang komprehensif."
Tn. Othman juga menekankan bahwa situasi di Ethiopia masih sangat serius.
Konflik di wilayah Tigray pecah pada November 2020 antara tentara pemerintah federal Ethiopia dan pasukan yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) yang menguasai wilayah tersebut.
Ketegangan ini telah menewaskan ribuan orang dan memaksa lebih dari 2 juta orang mengungsi dari rumah mereka. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa konflik baru ini dapat menyebabkan ratusan ribu orang mengalami kekurangan pangan yang parah.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)