Banyak orang memiliki kebiasaan menyimpan baterai cadangan di mobil mereka, menganggapnya sebagai solusi praktis saat mereka perlu mengisi daya ponsel atau menghadapi keadaan darurat. Mobil, dengan mobilitasnya, tampaknya menjadi "tempat penyimpanan" yang sempurna untuk semua perangkat. Namun, ini adalah kesalahan yang membawa risiko besar.
Saat diparkir di bawah sinar matahari, suhu di dalam mobil dapat melonjak ke tingkat ekstrem, menciptakan lingkungan yang jauh lebih keras daripada yang dapat kita bayangkan. Dalam kondisi seperti itu, tidak hanya kinerja baterai cadangan yang terpengaruh, tetapi reaksi kimia di dalam baterai juga dapat menjadi tidak normal dan berbahaya.

Konsekuensinya lebih dari sekadar memperpendek umur peralatan Anda, dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan serius dan bahkan risiko keselamatan. Keputusan yang tampaknya tidak berbahaya dapat merugikan Anda dalam jangka panjang.
Keselamatan atau tidak tergantung pada lingkungan tempat tinggal?
Jika Anda berpikir meninggalkan aki cadangan di mobil tidak berbahaya, kenyataannya jauh lebih rumit. Keamanan kebiasaan ini bergantung langsung pada lingkungan tempat tinggal Anda, terutama suhu luar.
Baterai, baik yang digunakan di ponsel, laptop, maupun mobil, memiliki musuh alami: panas. Masalah ini diperparah dengan baterai lithium-ion, yang umum ditemukan pada perangkat elektronik dan power bank. Baterai lithium-ion dikenal karena kepadatan energinya yang tinggi dan masa pakainya yang panjang, tetapi juga sangat sensitif terhadap suhu ekstrem, baik panas maupun dingin.
Saat suhu meningkat, reaksi kimia di dalam baterai terjadi lebih cepat, yang menyebabkan degradasi dini. Masa pakai baterai berkurang, kapasitas pengisian daya berkurang secara signifikan, dan yang lebih berbahaya, terdapat risiko kerusakan atau bahkan ledakan.
Yang mengkhawatirkan adalah suhu di dalam mobil yang diparkir di luar ruangan selalu jauh lebih tinggi daripada udara di luar. Efek rumah kaca menyebabkan sinar matahari menembus kaca, memerangkap panas, dan menyebabkan suhu di dalam melonjak.
Pada hari dengan suhu luar ruangan hanya 24°C, setelah 90 menit, suhu kabin mobil bisa mencapai lebih dari 43°C. Di daerah yang sangat panas, misalnya ketika suhu di luar ruangan mencapai 43°C, suhu di dalam mobil bisa mencapai 70-80°C, cukup untuk mengubah ruangan ini menjadi "oven" bagi semua perangkat elektronik.
Perlu dicatat bahwa sebagian besar baterai litium-ion hanya disarankan untuk disimpan pada suhu 10-40°C demi keamanan dan umur panjang. Meskipun secara teori, baterai ini dapat bertahan hingga suhu 63°C, itu adalah batas ekstremnya.
Bahkan, membiarkan baterai di dalam mobil pada suhu tinggi selama satu jam pun dapat menyebabkan kerusakan permanen. Di atas 35°C, lapisan antarmuka elektrolit padat (SEI) pada anoda mulai berkembang pesat, mengurangi jumlah litium yang dapat digunakan kembali dan menyebabkan baterai memburuk seiring waktu.
Sebuah penelitian menemukan bahwa baterai lithium-ion yang terisi penuh dan disimpan pada suhu 60°C selama setahun dapat kehilangan hingga 60% kapasitas aslinya.

Ada banyak kisah yang bisa dijadikan peringatan. Di tempat-tempat dengan suhu musim panas yang seringkali melebihi 40°C, meninggalkan perangkat elektronik di dalam mobil hampir seperti "hukuman mati". Beberapa pengguna berbagi pengalaman mereka lupa membawa ponsel di dalam mobil, dan kemudian mendapati layarnya terbakar matahari dan berubah warna secara permanen. Dalam banyak kasus, mereka terpaksa mengganti perangkat karena tidak dapat diperbaiki.
Dengan kata lain, aman atau tidaknya meninggalkan baterai di mobil sepenuhnya bergantung pada tempat tinggal Anda. Di iklim yang lebih dingin, risikonya mungkin lebih rendah, tetapi di lingkungan yang panas, terutama di hari-hari musim panas, meninggalkan baterai di mobil ibarat memiliki "bom waktu" di dekat Anda.
Solusi yang paling aman adalah tetap membawa perangkat elektronik yang menggunakan baterai atau baterai cadangan atau menyimpannya di tempat yang sejuk dan berventilasi, daripada membiarkannya "memanas" di kompartemen mobil.
Cara terbaik untuk menyimpan baterai cadangan
Dalam hal menyimpan baterai cadangan, terutama baterai litium-ion (Li-ion), yang umum digunakan pada sebagian besar perangkat elektronik saat ini, penting untuk tidak hanya memastikannya siap saat dibutuhkan, tetapi juga memastikan umur panjang dan keamanannya. Untuk itu, pengguna perlu memperhatikan tiga faktor utama: suhu, tingkat pengisian daya, dan lingkungan penyimpanan.
Pertama-tama, suhu memainkan peran kunci. Baterai Li-ion sangat sensitif terhadap perubahan suhu, terutama suhu tinggi. Suhu penyimpanan ideal sebaiknya antara 13°C dan 29°C, tetapi suhu di bawah 24°C akan membantu baterai lebih stabil, mengurangi self-discharge, dan mempertahankan kapasitasnya lebih lama.
Sebaliknya, ketika suhu melebihi 35°C, reaksi kimia di dalam baterai terjadi lebih cepat, yang menyebabkan degradasi ireversibel. Artinya, meninggalkan baterai di dekat kompor, perangkat penghasil panas, atau di bawah sinar matahari langsung merupakan "hukuman mati" bagi masa pakai baterai. Sementara itu, suhu dingin yang berlebihan juga berbahaya, karena dapat menyebabkan elektrolit di dalam baterai kehilangan fleksibilitasnya, sehingga memengaruhi kemampuannya untuk berfungsi.
Selain suhu, kelembapan juga perlu dikontrol. Tingkat kelembapan ideal biasanya sekitar 50%, dan tidak boleh melebihi 70%. Kelembapan yang tinggi dapat menyebabkan kondensasi, korosi komponen, dan bahkan korsleting. Banyak orang dulu berpikir bahwa menyimpan baterai di lemari es adalah solusi optimal untuk menghindari panas, tetapi ini keliru. Saat mengeluarkan baterai dari lemari es, uap air dapat dengan mudah mengembun di permukaan dan di dalam, sehingga menimbulkan risiko kerusakan dan membahayakan keselamatan. Sebaliknya, pilihlah tempat yang kering, sejuk, dan stabil, seperti ruangan ber-AC.
Aspek lain yang sering diabaikan adalah tingkat daya baterai selama penyimpanan. Untuk baterai Li-ion, tidak disarankan untuk mengisi daya hingga 100% atau mengurasnya hingga habis. Idealnya, tingkat daya baterai dijaga antara 20% dan 80%, karena rentang ini memberikan tekanan paling kecil pada sel baterai. Jika baterai dibiarkan pada tingkat daya 100% dalam waktu lama, terutama di lingkungan yang panas, kapasitas baterai akan menurun dengan cepat dan proses penuaannya akan semakin intensif.
Sebaliknya, jika baterai dibiarkan turun terlalu rendah (di bawah 20%), risiko kerusakan permanen pada baterai sangat tinggi karena tegangan turun ke level yang tidak dapat dipulihkan oleh baterai. Beberapa pengisi daya modern memiliki mode Penyimpanan terintegrasi, yang secara otomatis mengembalikan baterai ke level optimal, membantu memperpanjang masa pakainya secara signifikan. Untuk keamanan, Anda harus memeriksa baterai secara berkala setiap 3-6 bulan, dan mengisi ulang jika level baterai turun di bawah ambang batas aman.
Terakhir, jangan pernah meninggalkan aki cadangan di mobil Anda, terutama di musim panas. Suhu di dalam mobil yang diparkir di bawah sinar matahari dapat mencapai dua kali lipat suhu di luar, mencapai 70-80°C, yang sangat berbahaya bagi bahan kimia sensitif di dalam aki. Kebiasaan yang tampaknya tidak berbahaya ini dapat menyebabkan aki membengkak, cepat rusak, mengurangi kinerja, dan bahkan menimbulkan risiko kebakaran atau ledakan.
Di zaman di mana kita semakin bergantung pada baterai cadangan untuk tetap terhubung dan produktif, memahami dan menerapkan prinsip penyimpanan yang tepat tidak hanya menghemat biaya penggantian, tetapi yang lebih penting, memastikan keselamatan Anda dan perangkat Anda.
Sumber: https://baonghean.vn/lieu-co-an-toan-khi-de-pin-du-phong-trong-xe-o-to-khi-troi-nang-nong-10307058.html
Komentar (0)