Serangan serentak Israel di utara dan selatan Jalur Gaza bulan ini telah memicu eksodus baru ratusan ribu warga Palestina, mengurangi pasokan bantuan dan meningkatkan risiko kelaparan.
Asap mengepul setelah serangan Israel di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza utara pada 18 Mei 2024. Foto: Reuters
Di Jabalia, kamp pengungsi luas yang dibangun untuk warga sipil yang mengungsi 75 tahun lalu, pasukan Israel menggunakan buldoser untuk membersihkan toko dan properti di dekat pasar setempat.
Israel mengatakan telah kembali ke kamp tersebut untuk mencegah kelompok militan yang menguasai Gaza berkumpul kembali. Dalam ringkasan operasi kemarin, militer Israel mengatakan telah menghancurkan "sekitar 70 target teroris" di seluruh Jalur Gaza, termasuk lokasi militer , fasilitas penyimpanan senjata, peluncur roket, dan pos pengamatan.
Dokter Palestina mengatakan rudal Israel menghantam unit gawat darurat Rumah Sakit Kamal Adwan di Jabalia, menyebabkan kepanikan di antara staf yang bergegas mengeluarkan pasien yang masih berada di tempat tidur dan tandu.
"Roket pertama menghantam pintu masuk unit gawat darurat. Kami mencoba masuk, lalu roket kedua menghantam dan roket ketiga menghantam gedung di dekatnya. Kami tidak bisa kembali ke dalam bersama para pasien…", kata Hussam Abu Safia, direktur rumah sakit tersebut.
Warga dan staf medis mengatakan tank-tank Israel mengepung rumah sakit Jabalia lainnya, Rumah Sakit Al-Awda.
Di Jenewa, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa orang sakit dan terluka di Gaza utara kehabisan pilihan. "Hanya dua rumah sakit ini yang masih berfungsi di Gaza utara," ujarnya.
Lebih dari 35.000 warga Palestina telah tewas dalam perang Gaza, yang kini memasuki bulan kedelapan, menurut otoritas kesehatan Gaza. Setidaknya 10.000 lainnya hilang dan diyakini terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Pertempuran tersebut juga telah meratakan sebagian besar wilayah pesisir yang padat penduduk ini, menghancurkan rumah, sekolah, rumah sakit, dan menciptakan krisis kemanusiaan yang mengerikan.
UNRWA, badan PBB utama di Gaza, mengatakan pada hari Selasa bahwa distribusi makanan telah dihentikan di Rafah karena kurangnya pasokan dan ketidakamanan. Israel menargetkan Rafah untuk membasmi apa yang disebutnya sebagai empat batalion militan Hamas yang tersisa yang bersembunyi di sana.
Bui Huy (menurut Reuters)
[iklan_2]
Sumber: https://www.congluan.vn/luc-luong-israel-san-bang-trai-ti-nan-jabalia-tang-cuong-khong-kich-rafah-post296408.html







Komentar (0)