
Menurut CNA (Singapura), para siswa ini beralih ke sekolah yang menawarkan prospek karier atau gelar yang lebih stabil di bidang yang sedang berkembang seperti kecerdasan buatan (AI).
Pada bulan Agustus, berita tentang beberapa peraih nilai tertinggi di Gaokao yang menolak tawaran dari universitas "elit" menjadi viral. "Ke mana para peraih nilai tertinggi yang menolak Universitas Tsinghua akan pergi?" menjadi topik hangat di media sosial Tiongkok.
Salah satu kasus melibatkan seorang mahasiswa berprestasi di Beijing yang menolak tawaran dari Universitas Peking untuk belajar AI di Universitas Zhejiang di Hangzhou. Hangzhou juga merupakan rumah bagi startup AI DeepSeek, yang didirikan oleh seorang alumni Universitas Zhejiang. Universitas tersebut meluncurkan kursus khusus DeepSeek awal tahun ini di tengah upaya Tiongkok untuk mengembangkan industri AI-nya secara nasional.
Menurut ShanghaiRanking, Universitas Zhejiang tetap menjadi salah satu institusi pendidikan tinggi terbaik di Tiongkok, menempati peringkat ketiga tahun ini. Universitas Tsinghua berada di peringkat pertama, sementara Universitas Peking berada di peringkat kedua.
Peraih nilai gaokao teratas lainnya dari Chongqing memilih mengambil jurusan semikonduktor di Universitas Westlake, sebuah lembaga penelitian swasta yang baru didirikan yang juga berpusat di Hangzhou.
Shaun Rein, pendiri China Market Research Group, mengatakan bahwa para mahasiswa ini tidak menolak universitas-universitas ternama demi mencari pilihan yang lebih rendah. "Mereka tidak menolak universitas nomor satu atau dua hanya demi turun ke posisi ke-100. Ini seperti menolak Yale atau Princeton demi kuliah di MIT," ujarnya.

Perubahan pilihan sekolah bagi siswa dengan nilai tinggi pada ujian masuk perguruan tinggi terjadi saat anak muda Tiongkok menghadapi tekanan yang semakin meningkat di pasar kerja.
"Pilihan-pilihan ini mencerminkan lingkungan kerja saat ini," ujar Xiong Bingqi, seorang peneliti di 21st Century Education Research Institute. "Banyak siswa dan orang tua akan lebih mengutamakan prospek karier yang stabil daripada universitas bergengsi."
Akademi militer juga mengalami peningkatan minat. Sebanyak 135.000 lulusan SMA mendaftar tahun ini, menurut Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok. Manfaat di sekolah militer seperti Universitas Teknologi Pertahanan Nasional meliputi biaya kuliah gratis, tunjangan bulanan, dan jaminan karier militer.
Bapak Rein juga menyoroti inovasi di sekolah-sekolah seperti Universitas Zhejiang, yang menginvestasikan “sejumlah besar uang” untuk menarik mahasiswa dan berfokus pada bidang-bidang seperti semikonduktor dan AI.
"Pemerintah Tiongkok sedang mengalihkan perekonomian dari investasi besar-besaran di sektor seperti perumahan dan real estat, yang dulunya menyumbang 40% dari perekonomian. Sekarang, jumlahnya sekitar 25%," analisisnya. Perang tarif yang sedang berlangsung dengan AS juga telah mendorong Tiongkok untuk beralih dari manufaktur berbiaya rendah.
Lebih lanjut, menurut media lokal, tingkat pendaftaran untuk beberapa jurusan tradisional seperti sejarah dan filsafat telah menurun di universitas-universitas bergengsi. Tiongkok diperkirakan akan menyesuaikan sekitar 20% jurusan universitas tahun ini, dengan menambahkan serangkaian program baru yang terkait dengan teknologi yang sedang berkembang dan menghapus program-program yang dianggap tidak lagi memenuhi kebutuhan saat ini.
Namun, beberapa ahli memperingatkan bahwa sekolah tidak boleh berfokus hanya pada pekerjaan.
Menurut Xiong Bingqi, fokus universitas seharusnya pada pengembangan kemampuan dasar dan kualitas keseluruhan mahasiswa, bukan pada lapangan kerja. Sebaliknya, lembaga pelatihan vokasi seharusnya berfokus pada lapangan kerja.
Sumber: https://baotintuc.vn/giao-duc/ly-do-nhieu-thu-khoa-ky-thi-dai-hoc-trung-quoc-quay-lung-voi-cac-truong-nhom-dau-20251009153941459.htm
Komentar (0)