Jalur tengah yang cerah dan berangin tak hanya meninggalkan jejak dalam ingatan para pelancong dengan pantai-pantainya yang biru, hamparan pasir putih yang damai, atau desa-desa nelayan yang dipenuhi ikan dari laut lepas, tetapi juga memukau dengan ladang garamnya yang memancarkan esensi samudra. Itulah Phuong Cuu di Ninh Thuan dengan ladang garamnya yang luas, terkadang memutih seluruhnya ketika butiran garam mulai mengkristal. Atau ladang garam Hon Khoi di Khanh Hoa dengan puncak-puncaknya yang berbentuk kerucut menjulang bagai gundukan garam yang ditumpuk rapi oleh penduduk setempat, sesederhana pemandangan di sini.

Ninh Thuan memiliki garis pantai lebih dari 105 km, air laut bersalinitas tinggi, energi radiasi besar, banyak sinar matahari, angin..., menyatukan kondisi ideal untuk mengembangkan industri garam.

Iklimnya panas dan kering sepanjang tahun, air laut menguap dan mengkristal menjadi butiran lebih cepat, sehingga garam Ninh Thuan terkenal dengan butirannya yang besar dan kering.

Industri garam di Ninh Thuan telah ada selama ratusan tahun. Saat ini, Ninh Thuan merupakan salah satu dari 19 provinsi pesisir dengan luas wilayah dan produksi garam terbesar di negara ini. Tempat ini juga dikenal sebagai ibu kota garam di wilayah Selatan.

Pembuatan garam di Ninh Thuan terutama terkonsentrasi di komune Phuong Hai, Tri Hai, Nhon Hai (distrik Ninh Hai); komune Ca Na, Phuoc Diem, Phuoc Minh (distrik Thuan Nam).

Ini adalah salah satu pekerjaan yang sangat berat bagi para pekerja garam, proses pembuatan kristal garam putih berkilau bukanlah hal yang mudah namun merupakan hasil kerja keras para nelayan pesisir.

Seperti petani garam di daerah lain, masyarakat Ninh Thuan membuat garam dengan cara tradisional, di awal musim, mereka meratakan dan memadatkan permukaan sawah untuk membuat "lapisan tanah", kemudian memompa air laut ke sawah, menunggu air laut menguap selama sekitar seminggu, lalu menyapu garam.

Maka, setelah panen pertama, mereka melanjutkan dengan memompa air laut, menunggu airnya menguap, dan memanen garam. Pekerjaan rutin ini baru berhenti ketika hujan atau badai. Hari pembuatan garam bagi para petani garam dimulai pagi-pagi sekali. Pertama, mereka menyiapkan tanah, merendam pasir dengan air laut, lalu menyebarkan pasir secara merata, mengeringkannya di ladang, dan memercikkan air laut ke tempat penjemuran, menaburkan garam sebagai umpan.

Saat pasir mengering, setiap butir pasir akan mengkristal menjadi butiran-butiran garam kecil. Semakin cerah cuaca, semakin cepat garam terbentuk. Terik matahari adalah anugerah alam yang membantu para petani garam mendapatkan panen yang melimpah, membuat butiran garam lebih putih dan murni.
Majalah Heritage
Komentar (0)