Duo Katalis: Portofolio Hijau dan Modal Konsesional 2% Membentuk Kembali Arus Keuangan
Vietnam sedang mewujudkan komitmen Net Zero 2050-nya dengan "mekanisme paralel" yang inovatif: daftar klasifikasi hijau berdasarkan Keputusan 21/2025/QD-TTg, yang menyediakan bahasa standar, beserta kebijakan dukungan suku bunga 2% dari anggaran negara—sebuah pengungkit keuangan yang langsung dan kuat. Kedua instrumen ini tidak hanya "membuka katup" bagi modal preferensial, tetapi juga bertindak sebagai filter teknis untuk menghindari "greenwashing" dalam investasi.
Menurut Associate Professor Dr. Nguyen Dinh Tho, Wakil Direktur Institut Strategi dan Kebijakan Pertanian dan Lingkungan, Keputusan 21 menciptakan landasan hukum untuk mengidentifikasi proyek-proyek hijau. Ketika modal murah diarahkan ke bidang-bidang prioritas seperti energi terbarukan dan ekonomi sirkular, total emisi nasional dapat dikurangi secara signifikan dalam jangka menengah dan panjang.

Kredit dan Obligasi Hijau: Transparansi Kelembagaan Membuka Katup Modal $100 Miliar ke Nol Bersih
Dari perspektif bisnis, Bapak Le Minh Tuan, CEO sebuah perusahaan pembiayaan pembangunan, menambahkan bahwa tingkat dukungan 2% merupakan insentif yang cukup besar untuk menyeimbangkan risiko awal proyek-proyek hijau, terutama proyek energi terbarukan skala kecil dan menengah. Hal ini mengubah keberlanjutan menjadi kelayakan finansial.
Kerangka klasifikasi hijau dan mekanisme dukungan suku bunga 2% merupakan dua faktor pendorong keuangan, yang menciptakan sinyal yang jelas bagi pasar domestik dan internasional. Namun, transparansi dalam proses pencairan dan profesionalisasi pasar obligasi merupakan kunci untuk memastikan aliran modal konsesional mengalir ke tujuan yang tepat, sehingga mencapai target Net Zero 2050.
Namun, tantangan terbesar terletak pada implementasi dan pengendalian transparansi aliran modal preferensial. Mekanisme pembayaran dukungan bunga melalui anggaran daerah, alih-alih melalui sistem perbankan komersial, diharapkan dapat mengatasi "hambatan pencairan", meningkatkan fleksibilitas, dan desentralisasi. Namun, Bapak Tho memperingatkan bahwa model ini berpotensi menimbulkan "mekanisme permintaan-pemberian" atau praktik mencari untung jika tidak terdapat sistem profesional yang terpadu dan pengawasan ketat di tingkat daerah. Agar modal dapat mengalir ke tujuan yang tepat, perlu dibangun sistem data yang saling terhubung secara digital antara bank, lembaga lingkungan hidup, dan lembaga keuangan daerah, yang menjamin transparansi dan audit pasca-operasional yang terspesialisasi.
Profesionalisasi pasar modal: Kunci menarik aliran modal asing
Menurut para pakar ekonomi, selain kredit hijau, profesionalisasi pasar modal melalui Keputusan 245/2025/ND-CP tentang obligasi korporasi memainkan peran kunci dalam memobilisasi modal jangka panjang untuk proyek-proyek hijau berskala besar. Keputusan ini menciptakan "siklus penyaringan baru" dengan persyaratan pemeringkatan kredit wajib, yang memperkuat kepercayaan dan kualitas barang di pasar.
Ibu Ba Thi Thu Hue, Direktur Komersial FiinRatings, berkomentar: "Dekrit 245 menandai titik balik penting, membantu pasar penerbitan menjadi lebih kualitatif, ketika modal hanya mengalir ke bisnis yang memenuhi standar transparansi dan tata kelola." Regulasi ini memperkuat kepercayaan investor dan meminimalkan risiko sistemik. Senada dengan itu, Bapak Nguyen Dinh Duy, Direktur Analisis Senior VIS Rating, mengatakan bahwa regulasi yang memperketat disiplin keuangan, seperti batas utang, akan "mengurangi risiko dan memperkuat keamanan sistem" secara umum. Dari perspektif pasar, transparansi catatan keuangan memberikan manfaat ganda bagi bisnis yang serius.

Modal kredit hijau yang murah dan dikelola secara transparan, dipadukan dengan pasar obligasi yang profesional dan aman, akan menciptakan kekuatan pendorong ganda.
Sementara itu, Bapak Nguyen Tien Anh, direktur strategi di sebuah perusahaan infrastruktur hijau, menyatakan: "Peringkat kredit wajib memberikan keuntungan yang jelas bagi penerbit yang transparan seperti kami, seperti pengurangan biaya mobilisasi modal sebesar 10-15% dibandingkan pesaing dengan catatan keuangan yang tidak transparan, sekaligus memperluas basis investor internasional. Ini merupakan persyaratan wajib jika kami ingin bersaing mendapatkan modal dengan pasar regional."
Profesionalisasi pasar modal dan penerbitan kerangka hukum standar seperti Katalog Klasifikasi Hijau merupakan undangan yang menarik bagi investor dan lembaga keuangan internasional. Transparansi kelembagaan domestik menciptakan jembatan kepercayaan, sehingga memudahkan lembaga keuangan internasional untuk menilai dan berinvestasi. Bapak Julien Seillan, Direktur Badan Pembangunan Prancis di Vietnam (AFD), menegaskan bahwa Katalog Klasifikasi Hijau mendekati standar global, menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi lembaga keuangan internasional untuk berpartisipasi lebih dalam di pasar. Sebagai bukti komitmen ini, AFD telah mengumumkan investasi sebesar 500 juta Euro dalam kerangka Just Energy Transition Initiative (JETP). Kerja sama mitra strategis hanya dapat berkelanjutan ketika mekanisme manajemen domestik dirancang dengan transparansi mutlak dan memiliki kemampuan untuk mengendalikan risiko secara efektif. Hal ini menegaskan bahwa transparansi bukan hanya persyaratan tata kelola tetapi juga keunggulan kompetitif nasional dalam perlombaan untuk menarik modal pembangunan berkelanjutan.
Dengan demikian, modal kredit hijau murah yang dikelola secara transparan, dipadukan dengan pasar obligasi yang profesional dan aman, akan menciptakan kekuatan pendorong ganda, menciptakan landasan peluncuran yang andal bagi Vietnam untuk menarik aliran modal berkelanjutan dan secara substansial mewujudkan Net Zero 2050./.
Sumber: https://vtv.vn/minh-bach-dan-loi-dong-von-xanh-kich-hoat-van-100-ty-usd-cho-muc-tieu-net-zero-2050-100251115204635001.htm






Komentar (0)