"Tahan" pergi ke kamar mandi di sekolah karena baunya dan tidak ada tisu toilet
Ibu MLP memiliki dua anak yang bersekolah di sekolah dasar di Hoai Duc, Hanoi , dan mengatakan bahwa anak-anaknya sering menahan buang air besar di sekolah.
"Situasi ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Saat berdiskusi di kelompok orang tua, orang tua mengatakan bahwa semua anak seperti itu. Mereka takut toiletnya bau dan tidak ada tisu toilet," ungkap Ibu P.
Bu P. pernah menyarankan untuk menggunakan dana kelas untuk membeli tisu toilet bagi anak-anaknya. Namun, kebanyakan orang tua berpendapat bahwa keluarga harus mempersiapkan diri untuk anak-anak mereka sendiri.
Yang dikhawatirkan Bu P. adalah putrinya akan segera memasuki masa pubertas, jadi kebersihannya perlu lebih diperhatikan daripada anak laki-laki. Toiletnya tidak hanya membutuhkan tisu, tetapi juga bidet dan air bersih.
"Anak-anak saya masih bermain-main. Saya tidak ingat membawa kertas haid setiap hari. Kalau putri saya lupa membawa kertas haid di hari menstruasinya, itu benar-benar masalah. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, saya harus bertanya apakah dia sudah membawa kertas haidnya," ungkap Ibu P.
Toilet sekolah dilengkapi dengan kertas dan handuk tangan (Foto: Sekolah MVLomonosov).
Memiliki seorang putri di kelas 5 di sekolah negeri, Ibu Nguyen Thi Van Anh (Cau Giay, Hanoi) memiliki perasaan yang sama dengan Ibu P.
"Meskipun sekolah-sekolah modern yang maju telah berupaya menyediakan pembalut wanita di toilet untuk melayani siswi, banyak sekolah di Hanoi masih kesulitan menyediakan gulungan tisu toilet dan bidet," ujar Ibu Van Anh dengan nada kesal.
Menurut Ibu Van Anh, semua kelas di sekolah anaknya menggunakan dana orang tua untuk membeli tisu toilet. Tisu tersebut diletakkan di dalam kelas. Anak-anak mengambilnya sesuai kebutuhan setiap kali mereka pergi ke kamar mandi. Ibu Van Anh tidak yakin apakah sekolah menyediakan tisu toilet atau tidak.
"Dulu, siswa hanya belajar satu sesi, dan kesadaran akan kebersihan juga lebih rendah daripada sekarang. Sekarang, anak-anak berada di sekolah sepanjang hari. Kebersihan yang buruk sangat memengaruhi kesehatan mereka, terutama anak perempuan. Namun, tampaknya sekolah tidak memperhatikan hal ini," ujar Ibu Van Anh.
Universitas juga kekurangan tisu toilet.
NDM, seorang mahasiswa di sebuah universitas di Hanoi, mengaku: "Dari kecil hingga dewasa, saya tidak pernah bersekolah di sekolah yang menyediakan tisu toilet dalam jumlah yang cukup. Ketika saya kuliah di Hanoi, ketika toilet tidak menyediakan tisu, saya menganggapnya biasa saja."
M. mengatakan bahwa pada pagi hari, toilet universitas dilengkapi dengan tisu. Namun, menjelang siang atau sore hari, tisu tersebut habis dan tidak diisi ulang.
Menurut M., teman-teman yang kuliah di universitas lain juga menceritakan perihal kelangkaan tisu toilet ini.
Seorang kepala sekolah menyampaikan bahwa tisu toilet merupakan "masalah" bagi sekolah menengah atas karena masalah pendanaan.
Toilet standar di Sekolah Menengah Thanh Cong, Hanoi (Foto: Disediakan oleh sekolah).
Rata-rata, sekolah dasar atau menengah memiliki 2.000 siswa. Jumlah tisu toilet yang dibutuhkan setiap hari sangat besar.
Sementara itu, anggaran sanitasi bukan hanya untuk tisu toilet. Pengeluaran terpenting adalah perekrutan petugas kebersihan. Selanjutnya, ada bahan kimia pembersih, deterjen, pembersih tangan, dan sebagainya.
"Menyediakan cukup tisu toilet tidaklah mudah bagi banyak sekolah jika mereka tidak menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran serta memiliki metode yang tepat," kata kepala sekolah.
Menurutnya, alih-alih menyediakan tisu toilet di kamar kecil, banyak sekolah memilih menyediakannya di kelas agar wali kelas dapat mengatur dan mendidik anak-anak tentang kebersihan, mulai dari penggunaan kertas yang hemat hingga menjaga kebersihan secara umum.
Bapak Nguyen Quang Tung, Kepala Sekolah Menengah Pertama dan Menengah Atas MV Lomonosov, pernah bercerita kepada reporter Dan Tri bahwa sekolahnya menghabiskan sekitar 80 juta VND per bulan untuk sanitasi. Angka ini merupakan masalah keuangan yang sulit diatasi oleh sekolah negeri agar dapat memiliki toilet sekolah yang berstandar.
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)