AS pertimbangkan rencana kontingensi untuk kebijakan tarif global

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada tanggal 6 November bahwa ia akan mempertimbangkan opsi alternatif untuk mempertahankan kebijakan tarif jika Mahkamah Agung memutuskan menentang pemerintahannya dalam kasus yang dianggap sebagai "ujian besar" atas kekuasaan presiden dan dapat berdampak luas pada ekonomi global.

Berbicara di Gedung Putih sehari setelah sidang tentang legalitas tarif timbal balik yang diterapkan terhadap sebagian besar mitra dagang Amerika, Presiden Trump menyatakan: "Kami yakin telah melakukan pekerjaan yang sangat baik, dan jika kami gagal, itu akan menjadi bencana bagi Amerika Serikat. Dan kemudian kami harus menerapkan rencana kontingensi."

Pemimpin AS tersebut menekankan bahwa Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional (IEEPA) 1977 – yang saat ini digunakan sebagai dasar tarif global – adalah “alat terbaik”, tetapi mungkin ada pilihan lain. Ia berharap pemerintah akan menang dalam kasus ini dan memperingatkan bahwa AS mungkin harus mengembalikan “tarif triliunan dolar” kepada importir jika pengadilan memutuskan sebaliknya.

Ia juga mengatakan mitra dagang utama seperti Uni Eropa (UE), Jepang, dan Korea Selatan “semuanya puas dengan perjanjian perdagangan saat ini” dan bahwa “alat tarif” ditujukan untuk “melindungi dari tarif dari negara lain”.

Pengadilan yang lebih rendah sebelumnya telah memutuskan bahwa Presiden Trump melampaui wewenangnya dengan menggunakan IEEPA 1977 – yang diberlakukan untuk menangani keadaan darurat nasional – untuk mengenakan tarif global dan bea tambahan atas barang-barang dari Tiongkok, Kanada, dan Meksiko, dengan alasan bahwa negara-negara tersebut "tidak bertindak secara memadai" untuk menghentikan aliran fentanil ke AS. Pemerintahan Trump mengajukan banding atas putusan tersebut, sementara 12 negara bagian yang dipimpin Partai Demokrat dan banyak bisnis yang terdampak menggugat pemerintah federal.

Dalam sidang berdurasi 2,5 jam pada 5 November, beberapa hakim Mahkamah Agung AS menyatakan keraguannya tentang legalitas tarif tersebut. Bahkan para hakim konservatif, yang dekat dengan pemerintahan Republik di bawah pimpinan Trump, mempertanyakan apakah Presiden memiliki wewenang untuk melewati Kongres dan mengenakan tarif setinggi itu.

Tidak ada presiden yang pernah menggunakan IEEPA untuk mengenakan tarif setinggi itu secepat ini sebelumnya, dan Mahkamah Agung diperkirakan akan memutuskannya akhir tahun ini.

Sumber: https://vtv.vn/my-can-nhac-ke-hoach-du-phong-cho-chinh-sach-thue-quan-toan-cau-100251107160846986.htm