
Sam Son - tujuan yang ramah dan beradab di hati wisatawan.
Ketika pariwisata menjadi "industri tanpa asap" yang menghasilkan pendapatan besar, budaya perilaku masyarakat di destinasi wisata memainkan peran yang semakin menentukan. Di Sam Son, kawasan pantai terkenal di Thanh Hoa, hal ini tidak hanya dipandang sebagai persyaratan dalam pengembangan pariwisata, tetapi telah menjadi gaya hidup, standar yang dipupuk setiap musim liburan dan setiap generasi penduduk.
Setelah lebih dari 8 tahun menerapkan Kode Etik Pariwisata Beradab, penampilan Sam Son telah berubah secara signifikan. Citra buruk seperti meminta-minta, meminta-minta, dan membuang sampah sembarangan yang dulu menjadi "nilai minus" di mata wisatawan kini hampir hilang. Yang ada hanyalah senyum hangat, sapaan ramah, dan semangat pelayanan masyarakat yang berdedikasi—hal-hal yang membuat banyak wisatawan merasakan perubahan peradaban yang mendalam dalam cara hidup mereka.
Upaya-upaya ini bukanlah kebetulan. Selama bertahun-tahun, distrik Sam Son menganggap penerapan Kode Etik sebagai tugas rutin, yang erat kaitannya dengan gerakan-gerakan untuk membangun kehidupan perkotaan yang berbudaya dan beradab. Setiap musim liburan, tim propaganda, klub swadaya, tim relawan muda... dikerahkan secara serentak untuk memandu wisatawan, mengumpulkan sampah, mengingatkan pelaku usaha untuk memasang harga, serta menjaga ketertiban dan kebersihan di tempat-tempat umum.
Di sepanjang jalan-jalan utama, peraturan dan slogan "Sam Son - destinasi ramah", "Perilaku baik untuk dikenang wisatawan selamanya" dipajang dengan khidmat, baik sebagai pengingat maupun sebagai komitmen. Di kawasan wisata utama seperti Kuil Doc Cuoc, Co Tien, Hon Trong Mai, atau alun-alun laut, semua orang dan pelaku bisnis mematuhi peraturan, menciptakan lingkungan yang beradab dan aman.
Di hotel, restoran, dan toko suvenir, penetapan harga diberlakukan secara ketat. Banyak perusahaan secara proaktif melatih staf mereka dalam keterampilan komunikasi dan layanan profesional. Setiap penyedia layanan dianggap sebagai "duta pariwisata yang tidak profesional", yang berkontribusi dalam menciptakan citra kota pesisir yang ramah di hati wisatawan.
Tak hanya berhenti pada regulasi dan inspeksi, Sam Son juga memberikan perhatian khusus pada pembangunan kesadaran diri. Dari lansia hingga muda, dari pedagang hingga pengemudi trem, semua orang memahami bahwa kata-kata yang lembut dan tindakan yang tepat dapat membuat wisatawan kembali, membawa pujian dan kepercayaan. Dengan demikian, lingkungan pariwisata menjadi lebih sehat dan menyenangkan. Pantai menjadi lebih bersih, jalanan lebih rapi, lalu lintas tertib, tak ada lagi pemandangan pelanggan yang meminta-minta, memaksa membeli barang. Banyak keluarga yang bergantung pada pariwisata telah mengubah cara berbisnis mereka, berfokus pada kualitas layanan alih-alih hanya memikirkan keuntungan sesaat. Semangat "untuk wisatawan" pun menyebar, menciptakan ikatan yang menghubungkan masyarakat dalam ruang pariwisata yang beradab.
Untuk mendorong gerakan ini, pemerintah daerah secara rutin menyelenggarakan penghargaan dan apresiasi bagi individu dan unit yang berprestasi. Bisnis yang mematuhi peraturan dan memberikan layanan penuh perhatian dicontohkan dalam konferensi yang merangkum musim liburan. Sebaliknya, pelanggaran—mulai dari membuang sampah sembarangan hingga mengenakan biaya berlebihan—ditangani dengan ketat. Keadilan dan transparansi ini membantu masyarakat memahami bahwa budaya bukanlah slogan, melainkan tanggung jawab dan kebanggaan.
Selain propaganda langsung, Sam Son juga mempromosikan komunikasi di media sosial, portal informasi elektronik, dan sistem penyiaran. Banyak klip dan gambar indah dibagikan secara luas, berkontribusi pada promosi pariwisata secara alami. Kisah-kisah kecil namun manusiawi, seperti orang-orang yang mengembalikan barang hilang, membantu wisatawan yang kesulitan, lambat laun menjadi kebanggaan bersama di lingkungan pariwisata.
Seiring dengan perkembangannya, Kecamatan Sam Son bercita-cita menjadi kota wisata hiburan terkemuka di negara ini pada tahun 2030. Untuk mencapai hal tersebut, budaya perilaku dianggap sebagai fondasi yang berkelanjutan. Program pelatihan pariwisata, keterampilan perilaku, dan komunikasi akan terus dilaksanakan secara berkala. Komunitas bisnis dan masyarakat didorong untuk berpartisipasi dalam model "Pariwisata Hijau - pariwisata yang bertanggung jawab", yang menghubungkan pembangunan ekonomi dengan perlindungan lingkungan, sekaligus melestarikan keindahan budaya lokal.
Dalam gambaran umum tersebut, peran badan pengelola negara menjadi semakin penting, baik dalam membimbing, menghubungkan, maupun mendampingi masyarakat. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Masyarakat Kelurahan Sam Son, Ngo Thi Anh, "untuk mempertahankan citra pariwisata Sam Son, intinya adalah terus membangun masyarakat yang berbudaya: Sebuah destinasi hanya akan benar-benar berkelanjutan ketika budaya perilaku menjadi kebiasaan. Kami akan menggalakkan propaganda yang ekstensif, meningkatkan inspeksi, dan memberikan penghargaan yang tepat waktu agar setiap warga negara dan setiap pelaku bisnis bangga menjadi "duta pariwisata". Menjelang tahun 2030, Sam Son tidak hanya akan menjadi kota wisata modern tetapi juga kawasan perkotaan yang manusiawi, di mana setiap senyuman merupakan undangan bagi pengunjung untuk kembali."
Melalui kegigihan dan persatuan, Sam Son telah menegaskan bahwa pembangunan pariwisata bukan hanya kisah investasi infrastruktur atau promosi citra, tetapi pertama-tama, kisah tentang manusia dan bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain. Budaya perilaku inilah yang telah menciptakan daya tarik berkelanjutan, membangun fondasi bagi kota pesisir untuk bangkit secara bertahap, menjadi simbol destinasi Thanh Hoa yang beradab, ramah, dan membanggakan.
Artikel dan foto: Tran Hang
Sumber: https://baothanhhoa.vn/nen-tang-cho-du-lich-than-thien-ben-vung-268326.htm






Komentar (0)