
Gelembung udara di permukaan Laut Baltik pada 27 September 2022 akibat kebocoran pada pipa Nord Stream 2 (Foto: Getty).
"Jejak Ukraina dalam sabotase ini semakin terlihat dalam laporan, investigasi, dan pemberitaan media," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan pada 13 November, merujuk pada informasi bahwa seorang kolonel Ukraina diduga mengoordinasikan ledakan pipa gas Nord Stream Rusia.
"Kabar bahwa Presiden Ukraina Zelensky tampaknya tidak menyadari tindakan-tindakan tersebut oleh bawahannya di dinas keamanan. Ini merupakan sinyal yang sangat mengkhawatirkan, tidak hanya bagi kami tetapi juga bagi negara-negara Barat," komentar Peskov.
"Jika pemerintah Kiev tidak lagi mampu mengendalikan situasi di negara ini, ini mengkhawatirkan dan perlu mendapat perhatian," tambahnya.
Komentar di atas dibuat setelah Washington Post (AS) dan Der Spiegel (Jerman) mengutip sumber informasi yang mengatakan bahwa Roman Chervinsky, seorang kolonel di Pasukan Operasi Khusus Ukraina, adalah "koordinator" sabotase pipa Nord Stream.
Menurut Washington Post , Tn. Chervinsky bertanggung jawab atas logistik dan mengawasi tim yang beranggotakan enam orang tersebut. Kelompok tersebut menggunakan identitas palsu untuk menyewa perahu layar dan menggunakan peralatan selam untuk menempatkan bahan peledak di jalur pipa.
Menurut sumber yang sama, Tn. Chervinsky dikabarkan telah menerima perintah dari sejumlah pemimpin senior Ukraina dan akhirnya melapor kepada Kepala Staf Umum, Valery Zaluzhnyi. Sementara itu, Presiden Zelensky tampaknya tidak menyadari insiden tersebut.
Sementara itu, melalui pengacaranya, Tn. Chervinsky membantah terlibat dalam sabotase pipa.
"Semua spekulasi tentang keterlibatan saya dalam serangan Nord Stream disebarkan oleh Rusia tanpa dasar apa pun," kata Chervinsky dalam pernyataan tertulis kepada Washington Post dan Der Spiegel.
Tuan Chervinsky sedang diadili di Kiev atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dalam kampanye perekrutan pilot Rusia yang membelot. Ia membantah tuduhan tersebut dan menyebut penuntutan tersebut "bermotif politik ".
Pada bulan September 2022, serangkaian ledakan merusak parah kedua pipa gas Nord Stream yang dibangun untuk mengangkut gas alam dari Rusia ke Jerman dan seluruh Uni Eropa (UE).
Para penyelidik menemukan jejak bahan peledak di lokasi kejadian dan dugaan sabotase pipa. Rusia dan Barat terus saling menyalahkan atas serangan tersebut, sementara Presiden Ukraina Zelensky berulang kali membantah keterlibatan Kiev.
Pada akhir Maret, otoritas Denmark mengatakan mereka telah menemukan objek aneh berbentuk tabung berdiameter 10 cm di dekat lokasi ledakan pipa Nord Stream 2.
Saat itu, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengumumkan bahwa kapal pencari milik perusahaan energi milik negara Rusia, Gazprom, telah menemukan sebuah objek yang dirancang seperti antena yang terletak sekitar 30 km dari area terjadinya ledakan pipa gas Nord Stream.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)