Menurut para ahli kerajinan tangan, untuk menaklukkan pasar internasional, bisnis tidak hanya perlu mempertahankan identitasnya tetapi juga secara proaktif meningkatkan standar produksi.

Penghijauan adalah sebuah tantangan
Industri kerajinan tangan merupakan bidang yang unik, sangat berbeda dari banyak industri manufaktur lainnya. Sebagian besar fasilitas produksi terpusat di desa-desa kerajinan, berskala kecil, dan memiliki karakter komunitas yang tinggi. Namun, dari desa-desa kerajinan inilah lahir produk-produk yang mengandung "jiwa" bangsa, yang mengkristalkan nilai-nilai budaya, identitas, dan semangat kreatif khas masyarakat Vietnam.
Menurut Ketua Asosiasi Desa Kerajinan dan Kerajinan Hanoi , Ha Thi Vinh, membawa produk-produk bernilai budaya ke pasar internasional merupakan perjalanan yang menarik sekaligus menantang. Dalam konteks tersebut, penandatanganan perjanjian perdagangan bebas Vietnam dengan banyak negara dianggap sebagai peluang berharga dan syarat bagi perusahaan kerajinan untuk memperluas pasar, meningkatkan daya saing, dan membawa produk Vietnam ke pasar internasional.
Namun, transformasi hijau menjadi persyaratan wajib dalam rantai pasokan internasional. Menurut Ibu Ha Thi Vinh, perusahaan ekspor keramik dan kerajinan tangan terpaksa melakukan investasi besar untuk membangun sistem pengolahan limbah, menjalankan produksi bersih, dan memenuhi standar lingkungan. Hal ini menciptakan tekanan finansial yang besar, terutama ketika sebagian besar merek di industri ini merupakan usaha kecil dan menengah.
Di saat yang sama, konflik dan perang di dunia sangat memengaruhi perdagangan internasional, terutama di pasar-pasar besar seperti Uni Eropa. Berbeda dengan industri esensial seperti tekstil atau alas kaki, produk kerajinan tangan lebih banyak melayani kebutuhan dekorasi dan kenikmatan seni, bukan kebutuhan pokok sehari-hari. Ketika ekonomi global sedang lesu, konsumen seringkali mengurangi pengeluaran untuk kelompok produk ini, sehingga menciptakan tantangan besar bagi bisnis. Oleh karena itu, terlepas dari minat banyak pelanggan internasional, bisnis Vietnam masih menghadapi kesulitan dalam memenuhi pesanan besar dan persyaratan kualitas yang seragam. Hal ini merupakan peluang untuk berkembang sekaligus tantangan yang harus diatasi.
Seiring tren konsumsi hijau dan pembangunan berkelanjutan menjadi standar global yang wajib, pasar-pasar besar seperti Eropa dan AS semakin menerapkan persyaratan yang lebih ketat. Perusahaan yang ingin mengekspor produk harus memenuhi sertifikasi tanggung jawab lingkungan dan sosial. Ini bukan hanya komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan, tetapi juga "paspor" bagi produk Vietnam untuk memasuki pasar kelas atas.
Akan tetapi, untuk mencapai standar ini dibutuhkan pabrik yang berskala cukup besar, dengan proses produksi modern dan sistem manajemen profesional, yang menjadi tantangan utama bagi sebagian besar perusahaan kerajinan tangan Vietnam saat ini.
Bisnis harus meningkatkan standar produksi.
Meskipun pasar internasional masih menawarkan banyak ruang bagi industri kerajinan tangan, untuk memenuhi standar ekspor, pelaku usaha menghadapi banyak tantangan. Kesulitan-kesulitan ini tidak hanya terkait dengan skala produksi, tetapi juga manajemen dan kapasitas operasional, yang secara langsung memengaruhi pembangunan berkelanjutan seluruh industri.
Contoh tipikal adalah masalah kemasan. Keramik rapuh dan membutuhkan banyak lapisan perlindungan. Namun, tren konsumsi hijau telah memaksa bisnis untuk beralih ke material ramah lingkungan. Beberapa unit telah mencoba menggunakan kertas sarang lebah dan karton sarang lebah, tetapi pasokan domestik terbatas dan harganya mahal.
Terkait bahan baku, meskipun Vietnam memiliki cadangan mineral keramik yang melimpah, menurut Ketua Asosiasi Desa Kerajinan dan Kerajinan Hanoi, Ha Thi Vinh, eksploitasi dan pengelolaannya tidak efektif, sehingga menyebabkan pasokan tidak stabil. Banyak bisnis terpaksa mengimpor bahan baku dari luar negeri, sehingga meningkatkan biaya dan mengurangi keunggulan kompetitif.
Logistik juga menjadi kendala. Standar internasional mengizinkan kontainer 20 kaki untuk menampung 24 hingga 28 ton barang, tetapi peraturan transportasi domestik hanya mengizinkan 20 hingga 22 ton. Hal ini memaksa perusahaan untuk memisahkan barang, sehingga meningkatkan biaya transportasi. Ibu Ha Thi Vinh menekankan bahwa ini adalah masalah yang perlu diselesaikan untuk mengurangi biaya logistik ekspor.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, menurut Ibu Ha Thi Vinh, perlu dibangun model-model tipikal di desa-desa kerajinan, terutama untuk industri-industri dengan potensi ekspor yang besar. Dalam model ini, Negara berperan sebagai "bidan", mendukung tempat dan peralatan, sekaligus menciptakan kondisi bagi para pelaku usaha untuk menerapkan produksi sesuai standar internasional. Mengundang para ahli untuk memberikan saran dan arahan akan membantu membentuk model-model yang layak untuk diekspor, yang darinya usaha-usaha kecil dapat belajar, menstandardisasi proses, dan meningkatkan daya saing.
Selain itu, promosi perdagangan memainkan peran kunci. Penyelenggaraan kegiatan promosi perdagangan internasional, partisipasi dalam pameran-pameran besar, dan pertemuan langsung dengan mitra asing diperlukan untuk memperluas pasar dan meningkatkan peluang penandatanganan kontrak.
Selain itu, penting untuk mempromosikan penyelenggaraan pameran internasional langsung di Vietnam, yang akan membantu bisnis menjangkau pelanggan internasional tanpa mengeluarkan banyak biaya. Keuntungan lainnya adalah peserta dapat langsung mengunjungi pabrik, mengevaluasi potensi bisnis, sehingga meningkatkan peluang untuk menandatangani kontrak.
Sumber: https://hanoimoi.vn/nganh-thu-cong-my-nghe-no-luc-dap-ung-yeu-cau-san-xuat-xanh-722668.html






Komentar (0)