Desa Sopsokha di Bhutan telah menyenangkan para blogger perjalanan yang telah mengunjungi lebih dari 120 negara karena bentuk-bentuk falus yang muncul di mana-mana.
Daniel Pinto, 25 tahun, warga negara Portugal, yakin bahwa Desa Sopsokha adalah destinasi paling aneh yang pernah dikunjungi blogger perjalanan ini. Desa ini terletak di Bhutan bagian barat, dikenal sebagai "desa penis". Sebagian besar bangunan dan patung di Sopsokha berkaitan dengan gambar ini.
"Dulunya desa tradisional yang dikelilingi sawah-sawah yang indah. Tapi, semakin dekat saya, semakin terasa asing," ujar blogger perjalanan yang telah mengunjungi lebih dari 120 negara ini.
Gambar papan penunjuk arah di Desa Sopsokha. Foto: Daniel Pinto
Menurut Bhutan Best Inbound Tours, sebuah perusahaan yang berdiri sejak tahun 2005 dan berspesialisasi dalam menyediakan tur bagi wisatawan asing di Bhutan, Desa Sopsokha dikaitkan dengan Drukpa Kunley, seorang biksu Buddha Tibet yang dikenal sebagai "dewa kesuburan". Dokumen-dokumen kuno menunjukkan bahwa beliaulah yang memperkenalkan seni lukis falus ke Bhutan dan menggunakan patung-patung falus untuk mengusir roh jahat.
Pinto mengunjungi Chimi Lhakhang, atau "kuil kesuburan", dan melihat patung emas raksasa yang dikelilingi falus dengan berbagai bentuk dan ukuran. Kuil ini merupakan tujuan populer bagi para wanita yang ingin hamil. Setibanya di sana, mereka diberikan falus kayu dan diminta untuk mengelilingi kuil tiga kali. Masyarakat Bhutan percaya bahwa simbol-simbol falus ini akan meningkatkan kesuburan.
Ada juga banyak foto di kuil yang merekam kisah pasangan yang datang untuk berdoa memohon anak dan berhasil. Namun, kuil-kuil di Bhutan melarang kamera dan ponsel, sehingga Pinto tidak dapat mengambil gambar. Turis seperti Pinto dapat membeli suvenir berbentuk penis dengan berbagai bentuk, warna, dan ukuran.
Turis pria tersebut mengatakan Bhutan sangat ketat dalam mengelola wisatawan karena selalu didampingi oleh seorang pejabat pemerintah selama kunjungannya. Pada bulan September, Bhutan menurunkan tarif turis dari 200 dolar AS menjadi 100 dolar AS per malam. Langkah ini diambil untuk mempromosikan pariwisata pascapandemi. Sebelumnya, pada bulan September 2022, negara tersebut menaikkan tarif pariwisata berkelanjutan dari 65 dolar AS menjadi 200 dolar AS. Tarif ini digunakan untuk mengimbangi dampak pariwisata terhadap lingkungan.
Hoai Anh (Menurut Independent )
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)