google jepang.jpg
Google dan Apple keduanya memerlukan aplikasi seluler untuk menggunakan sistem pembayaran mereka.

Setelah AS dan Eropa mencapai keberhasilan dalam perang melawan monopoli Big Tech di sektor perangkat lunak, anggota parlemen Jepang memutuskan untuk mengambil tindakan yang tepat.

Mulai tahun 2024, Jepang berencana untuk mengenakan denda pada Apple dan Google karena menyalahgunakan monopoli mereka dalam mendistribusikan aplikasi seluler dan menggunakan sistem pembayaran.

Undang-undang Jepang saat ini memperbolehkan otoritas antimonopoli untuk mendenda perusahaan yang menyalahgunakan monopoli hingga 6 persen dari pendapatan mereka dari kesalahan tersebut.

Sebagai perbandingan, di AS, denda bisa mencapai 10% dari total pendapatan perusahaan untuk tahun fiskal tersebut. Google baru-baru ini menyerah dan secara sukarela menerima denda sebesar $700 juta.

RUU baru yang diajukan ke parlemen Jepang akan berfokus pada beberapa area pelanggaran oleh distributor perangkat lunak seluler: toko aplikasi, pembayaran, sistem pencarian dan operasi, serta peramban.

Google dan Apple tidak akan memiliki hak untuk memaksakan layanan mereka kepada pengguna dan memprioritaskan hasil pencarian mereka. Seperti AS dan Eropa, Jepang akan berupaya memastikan bahwa pengembang aplikasi domestik memiliki kesempatan untuk mempromosikan produk mereka di dalam ekosistem Apple.

Google dan Apple juga diharuskan menawarkan kepada pengguna Jepang opsi untuk memilih sistem pembayaran dalam aplikasi.

Pembayaran 'komisi' Apple saat ini dapat mencapai 30% dan jelas menyebabkan kerugian bagi pengguna maupun pengembang independen.

Meskipun mengizinkan pemasangan aplikasi pada perangkat Android dari sumber pihak ketiga, Google belum fleksibel dalam hal pembayaran.

Jika RUU tersebut disetujui oleh pemerintah Jepang, pengembang aplikasi dalam negeri akan memiliki kesempatan untuk memasang aplikasi mereka di perangkat Apple dan menggunakan sistem pembayarannya sendiri.

Pasar aplikasi seluler Jepang diperkirakan tumbuh satu setengah kali lipat menjadi $29,2 miliar antara tahun 2018 dan 2023.

Undang-undang layanan digital baru di AS dan Eropa secara drastis mengatur operasi Big Tech, sehingga pembentukan kebijakan serupa di semua pasar utama diperkirakan menjadi proses yang tak terelakkan.

(menurut ANK)