Berikut ini adalah beberapa pengalaman umum dari negara-negara yang memimpin tren ini.
Denmark
Denmark telah menjadi salah satu negara terdepan di dunia dalam transformasi hijau , menetapkan tujuan ambisius untuk menjadi negara terhijau di dunia pada tahun 2035. Transisi negara ini didorong oleh investasi dalam energi terbarukan, perencanaan kota berkelanjutan, dan kebijakan lingkungan yang kuat.
Denmark adalah pelopor energi angin, dengan tenaga angin menyumbang lebih dari 50% dari total konsumsi listrik. Denmark merupakan salah satu negara pertama yang berinvestasi besar-besaran di ladang angin lepas pantai, dengan proyek-proyek penting seperti Horns Rev dan Ladang Angin Lepas Pantai Anholt. Selain tenaga angin, pemerintah Denmark juga berfokus pada investasi dalam proyek-proyek hidrogen hijau sebagai sumber energi penting bagi industri dan transportasi.
![]() |
| Denmark adalah pelopor energi angin. Foto: Renew Economy. |
Perencanaan kota dan transportasi berkelanjutan juga merupakan bagian penting dari strategi transisi hijau Denmark. Kota-kota di Denmark memiliki infrastruktur yang ramah sepeda. Lebih dari 40% penduduk Kopenhagen bersepeda berkat jalur khusus, jembatan sepeda, dan kebijakan yang mendorong transportasi berkelanjutan. Transportasi umum di Denmark sedang dikembangkan dengan cara rendah emisi, dengan perluasan bus listrik, sistem metro, dan feri bertenaga hidrogen untuk mengurangi emisi karbon di wilayah perkotaan.
Pengelolaan sampah merupakan aspek kunci dari transisi hijau. Denmark memiliki peraturan ketat untuk mengurangi sampah TPA, mendorong daur ulang, dan mendorong bisnis untuk mengadopsi ekonomi sirkular. Peraturan ini didukung oleh jaringan pembangkit listrik tenaga sampah yang didanai dengan baik. Denmark memiliki beberapa pembangkit listrik tenaga sampah paling efisien di dunia, terutama CopenHill, yang mengubah sampah menjadi listrik dan panas untuk ribuan rumah.
Di bidang kebijakan pemerintah, Denmark telah menerapkan pajak tinggi terhadap emisi karbon, yang mendorong industri untuk beralih ke teknologi yang lebih bersih. Negara ini juga secara aktif bekerja sama dengan Uni Eropa (UE), Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan mitra swasta untuk menerapkan inisiatif berkelanjutan dalam skala global.
Kebajikan
Jerman merupakan salah satu negara terdepan di dunia dalam transisi hijau, berkat komitmen jangka panjangnya terhadap energi terbarukan , kebijakan berkelanjutan, dan inovasi industri. Strategi Energiewende (Transisi Energi) Jerman memainkan peran kunci dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mendorong ekonomi rendah karbon.
Inisiatif Energiewende bertujuan untuk mengubah sistem energi Jerman melalui:
- Memperluas energi terbarukan: Energi terbarukan menyumbang lebih dari 46% produksi listrik Jerman, dengan fokus pada tenaga surya, angin, dan biomassa.
- Menghentikan penggunaan tenaga nuklir dan batu bara: Jerman menutup pembangkit listrik tenaga nuklir terakhirnya pada tahun 2023 dan bermaksud menghentikan sepenuhnya penggunaan tenaga batu bara pada tahun 2038.
- Sistem energi terdesentralisasi: Dorong rumah tangga dan usaha kecil untuk memproduksi dan menyimpan energi terbarukan mereka sendiri.
![]() |
| Pemerintah Jerman mempromosikan kendaraan listrik dengan menawarkan subsidi dan pembebasan pajak untuk mendorong penggunaannya. Foto: Phys.org. |
Untuk mengembangkan transportasi berkelanjutan, pemerintah Jerman mempromosikan kendaraan listrik (EV) dengan subsidi dan pembebasan pajak untuk mendorong penggunaan jenis kendaraan ini. Produsen mobil besar seperti Volkswagen, BMW, dan Mercedes-Benz memimpin tren peralihan ke kendaraan listrik. Dalam hal transportasi umum, pemerintah Jerman berinvestasi besar-besaran pada kereta api berkecepatan tinggi, bus bertenaga hidrogen, dan infrastruktur sepeda untuk mengurangi emisi karbon. Peraturan emisi CO₂ untuk mobil dan industri diterapkan secara ketat di Jerman.
Jerman telah menerapkan berbagai kebijakan untuk mengurangi sampah dan mendorong daur ulang serta manufaktur ramah lingkungan. Berkat regulasi ketat terkait klasifikasi dan pemanfaatan kembali sampah, Jerman kini memiliki tingkat daur ulang tertinggi di dunia (67%). Industri di Jerman beralih ke teknologi hemat energi, dengan banyak insentif pemerintah bagi bisnis yang mengadopsi teknologi netral karbon. Pemerintah Jerman telah menerbitkan obligasi hijau untuk meningkatkan modal bagi proyek energi terbarukan, efisiensi energi, dan infrastruktur berkelanjutan.
Korea
Korea Selatan sedang membuat langkah signifikan dalam transisi hijaunya, dengan tujuan mencapai netralitas karbon pada tahun 2050. Melalui kebijakan ambisius seperti Kesepakatan Baru Hijau Korea dan investasi besar-besaran dalam energi terbarukan, teknologi hijau, dan industri berkelanjutan, Korea Selatan menjadi salah satu negara terdepan di Asia dalam transisi menuju produksi berkelanjutan.
Diluncurkan pada tahun 2020, Green New Deal Korea adalah kerangka kebijakan komprehensif untuk mendorong pertumbuhan hijau, dengan fokus pada:
- Memperluas energi terbarukan: Korea Selatan bertujuan untuk meningkatkan proporsi energi terbarukan menjadi 30-35% pada tahun 2040, dengan fokus pada tenaga surya, tenaga angin, dan energi hidrogen.
- Berinvestasi dalam infrastruktur hijau: Pemerintah merenovasi bangunan tua untuk meningkatkan efisiensi energi dan membangun kota pintar yang mengintegrasikan teknologi berkelanjutan.
- Mengintegrasikan ekonomi digital dan ekonomi hijau: Korea menerapkan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi digital untuk mengoptimalkan penggunaan energi dan sumber daya.
![]() |
| Sistem pengelolaan sampah di Korea dianggap paling maju di dunia. Pembangunan Asia. |
Korea Selatan sedang membangun salah satu ladang angin lepas pantai terbesar di dunia, dengan target 12 GW energi angin pada tahun 2030. Korea Selatan juga merupakan pelopor dalam membangun ekonomi hidrogen, dengan investasi besar pada kendaraan bertenaga hidrogen, stasiun pengisian daya, dan sel bahan bakar hidrogen. Untuk mengurangi ketergantungannya pada batu bara secara bertahap, Korea Selatan berinvestasi dalam teknologi tenaga nuklir yang lebih bersih dan aman.
Pemerintah Korea Selatan mendorong warganya untuk menggunakan kendaraan listrik dan hidrogen. Korea Selatan merupakan rumah bagi produsen kendaraan listrik dan hidrogen terkemuka seperti Hyundai dan Kia, dengan target memproduksi 4,5 juta kendaraan listrik dan 200.000 kendaraan hidrogen pada tahun 2025. Pemerintah berinvestasi dalam bus ramah lingkungan bertenaga hidrogen, taksi listrik, dan kereta api berkecepatan tinggi. Infrastruktur sepeda perkotaan juga telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Sistem pengelolaan sampah Korea Selatan dianggap sebagai salah satu yang tercanggih di dunia. Negara ini memiliki tingkat daur ulang sampah yang tinggi (lebih dari 60%), dengan kebijakan pemilahan sampah yang ketat dan larangan penggunaan plastik sekali pakai. Kota-kota seperti Seoul dan Busan menerapkan teknologi AI dalam pengelolaan sampah untuk mengurangi sampah dan mengoptimalkan daur ulang.
Untuk mendorong pengembangan ekonomi sirkular dan industri hijau, pemerintah Korea memberikan subsidi kepada bisnis yang mengadopsi teknologi produksi rendah karbon. Sistem keuangan Korea mempromosikan obligasi hijau dan investasi ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) untuk mendukung proyek-proyek berkelanjutan.
Sumber: https://khoahocdoisong.vn/nhin-ra-the-gioi-kinh-nghiem-chuyen-doi-xanh-cua-cac-nuoc-post267168.html









Komentar (0)