Secara khusus, AA mengklaim memiliki "kendali penuh" atas Pauktaw, sebuah kota berpenduduk 20.000 orang di dekat pelabuhan laut dalam yang penting di ibu kota Sittwe, negara bagian Rakhine di Myanmar barat, menurut AFP hari ini, 25 Januari.
Anggota AA sempat merebut Pauktaw pada November 2023, mengakhiri gencatan senjata rapuh yang sebagian besar telah berlangsung sejak kudeta 2021.
Sejak itu, pemerintah militer Myanmar telah menggunakan artileri dan kapal angkatan laut untuk membombardir kota tersebut hampir setiap hari dan menyerang kota tersebut dengan helikopter, AFP melaporkan, mengutip beberapa penduduk.
Citra Google Earth terbaru dari Pauktaw menunjukkan suatu area di pusat kota hampir hancur menjadi puing-puing dan beberapa bangunan rusak.
Warga mengungsi dari sebuah desa setelah pertempuran baru antara pasukan Myanmar dan Tentara Arakan (AA) di kotapraja Pauktaw di negara bagian Rakhine barat pada 19 November 2023.
AFP mengatakan tidak dapat mengonfirmasi klaim baru AA dan belum ada tanggapan langsung dari pemerintah militer Myanmar. Pada 23 Januari, pemerintah militer Myanmar mengatakan bentrokan "intens" sedang terjadi di kota tersebut, tetapi belum memberikan informasi lebih lanjut sejak saat itu.
Dalam pernyataannya pada 24 Januari, AA juga mengatakan bahwa bentrokan "intens" terjadi di kota Mrauk-U, Minbya, Kyauktaw, dan Rathedaung di Rakhine, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Tiongkok merespons setelah warga terluka akibat tembakan artileri dari Myanmar
AA telah berjuang selama bertahun-tahun demi otonomi yang lebih besar bagi warga etnis Rakhine di negara bagian tersebut. Mereka adalah salah satu dari puluhan kelompok bersenjata etnis minoritas yang telah memerangi militer Myanmar sejak negara tersebut merdeka dari Inggris pada tahun 1948.
Beberapa kelompok menginginkan otonomi yang lebih besar, sementara yang lain hanya menginginkan hak untuk mengendalikan perdagangan batu giok, narkoba, dan kayu di wilayah mereka, AFP melaporkan.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)