Baru-baru ini, Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman menegaskan bahwa Bank Sentral India (RBI) tidak menambah cadangan emasnya untuk menggantikan dolar AS atau mata uang internasional lainnya.
Kementerian Luar Negeri India baru-baru ini menyatakan bahwa negara tersebut tidak memiliki kebijakan atau strategi terkait dedolarisasi. (Sumber: Mint) |
Berbicara di Parlemen India, Ibu Sitharaman mengatakan bahwa pembelian emas oleh RBI merupakan bagian dari strategi untuk menyeimbangkan cadangan devisa, bukan tanda mencari mekanisme pembayaran alternatif terhadap dolar AS.
"Emas tetap menjadi bagian dari cadangan RBI, tetapi pembelian logam mulia ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan mata uang internasional apa pun," tegas menteri tersebut.
Pernyataan Sitharaman muncul setelah anggota parlemen Manish Tiwari bertanya: "Apakah peralihan ke emas merupakan tanda pencarian mekanisme pembayaran alternatif terhadap dolar AS?"
Pada tahun 2006, emas hanya menyumbang 6% dari cadangan devisa global, tetapi pada tahun 2024, angka tersebut telah meningkat menjadi 11%. Tiongkok, India, Polandia, Turki, dan banyak negara lainnya mengakumulasi emas dengan pesat.
Menteri Sitharaman mengakui bahwa meningkatnya permintaan emas tidak hanya disebabkan oleh bank sentral, tetapi juga karena kebiasaan menimbun masyarakat India.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri India baru-baru ini juga mengatakan bahwa negaranya tidak memiliki kebijakan atau strategi terkait de-dolarisasi.
Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan bahwa negara-negara di seluruh dunia sedang mencari alternatif selain dolar AS, terutama kelompok BRICS dari negara-negara ekonomi berkembang terkemuka.
"Jika BRICS terus mempromosikan transaksi dalam mata uang mereka sendiri atau menggunakan emas, bukan USD, AS mungkin akan mengambil tindakan balasan yang tegas, termasuk mengenakan tarif 100% pada barang," tegas Trump.
[iklan_2]
Sumber: https://baoquocte.vn/nuoc-thanh-vien-brics-co-cau-tra-loi-ve-phi-usd-hoa-he-lo-nguyen-nhan-tang-mua-vang-304577.html
Komentar (0)