Perairan yang baru ditemukan ini, disebut Perairan Khatulistiwa Atlantik, membentang dari Brasil hingga Afrika Barat.
Samudra Atlantik saat badai. Foto: Alamy
Para ilmuwan telah menemukan massa air yang sebelumnya tak teridentifikasi di tengah Samudra Atlantik. Massa air raksasa ini membentang melintasi Samudra Atlantik, dari Brasil hingga Teluk Guinea, dekat Afrika Barat, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters. Massa ini, yang disebut Air Khatulistiwa Atlantik, terbentuk di sepanjang khatulistiwa ketika arus laut bercampur dengan air dari selatan dan utara, Live Science melaporkan pada 22 November.
Sebelum penemuan Air Khatulistiwa Atlantik, para ilmuwan telah mengamati percampuran air di sepanjang khatulistiwa di Samudra Pasifik dan Hindia, tetapi belum pernah di Samudra Atlantik. Menurut Viktor Zhurbas, seorang fisikawan dan ahli oseanografi di Institut Shirshov di Moskow, perairan yang baru diidentifikasi ini memungkinkan mereka untuk menyempurnakan model fenomena massa air utama dunia.
Jauh dari seragam, air laut merupakan tambal sulam massa dan lapisan yang saling terhubung, yang terus-menerus bercampur dan terpisah oleh arus, pusaran, serta perubahan suhu dan salinitas. Massa air merupakan bagian-bagian terpisah dari jaringan ini, masing-masing memiliki geografi, sejarah, dan sifat umum yang serupa seperti kepadatan dan isotop oksigen, nitrat, dan fosfat terlarut. Untuk membedakan massa air, para ahli oseanografi memetakan hubungan antara suhu dan salinitas di seluruh lautan, menggabungkan kedua pengukuran tersebut untuk menentukan kepadatan air laut.
Pada tahun 1942, grafik suhu-salinitas ini mengarah pada penemuan perairan khatulistiwa di Samudra Pasifik dan Hindia. Terbentuk oleh percampuran perairan dari utara dan selatan, perairan khatulistiwa di Samudra Pasifik dan Hindia memiliki kurva suhu dan salinitas yang mengikuti garis kerapatan konstan, yang mudah dibedakan dari perairan di sekitarnya. Namun, hubungan semacam itu belum pernah didokumentasikan di Samudra Atlantik.
Untuk menemukan air yang hilang, tim tersebut menganalisis data yang dikumpulkan oleh program Argo, sebuah kumpulan pelampung semi-submersible otonom yang memindai lautan dunia untuk mencari puing-puing. Setelah menganalisis data yang dikumpulkan oleh jaringan pelampung tersebut, para peneliti menemukan kurva suhu-salinitas yang sejajar dengan kurva yang menandai massa air pusat Atlantik Utara dan Atlantik Selatan. Itulah Air Atlantik Khatulistiwa. Dengan mengidentifikasi massa air ini, tim dapat lebih memahami proses pencampuran samudra, yang penting untuk mengangkut panas, oksigen, dan nutrisi ke seluruh dunia, ujar Zhurbas.
An Khang (Menurut Live Science )
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)