
Pada tanggal 25 September, Universitas Saigon menyelenggarakan Konferensi Ilmiah Internasional ICEFM 2025 dengan tema “Pengembangan Bisnis Berkelanjutan di Era AI”, yang dihadiri lebih dari 200 delegasi dalam dan luar negeri termasuk ilmuwan, pakar teknologi, pemimpin bisnis, dan perwakilan lembaga manajemen.
Dalam konferensi tersebut, para delegasi mempresentasikan makalah dan membahas topik-topik seputar dampak AI di bidang ekonomi , keuangan, dan manajemen. Khususnya, Profesor Garry Tan Wei Han (Universitas UCSI, Malaysia) memaparkan tentang perdagangan di Metaverse. Metaverse dianggap sebagai versi baru internet, di mana dunia nyata dan virtual terhubung melalui kacamata realitas virtual (VR), teknologi blockchain, dan avatar.
Ruang ini membuka cara-cara baru dalam berkomunikasi, belajar, bepergian, dan berbelanja, sekaligus mendorong perkembangan perdagangan virtual. Diperkirakan pada tahun 2026, sekitar 25% konsumen akan menghabiskan setidaknya satu jam sehari untuk berpartisipasi dalam aktivitas di dunia virtual ini.

Menurut Profesor Garry Tan Wei Han, banyak bisnis ritel, terutama di sektor fesyen mewah, telah memanfaatkan potensi pendapatan yang tinggi dengan biaya distribusi yang rendah. Ia menekankan bahwa Metaverse sedang mendefinisikan ulang pengalaman pelanggan, sehingga membentuk strategi bisnis omnichannel yang benar-benar baru.
Profesor Catherine Prentice (University of Southern Queensland, Australia) melanjutkan analisisnya, yang menyatakan bahwa AI secara fundamental mengubah pengalaman layanan dengan berbagai aplikasi, mulai dari otomatisasi proses, optimalisasi manajemen pendapatan, peramalan permintaan, hingga layanan pelanggan langsung oleh robot. Namun, AI juga menimbulkan tantangan dalam hal keselamatan kerja dan keterlibatan karyawan. Penting untuk menentukan apakah AI akan menggantikan atau melengkapi manusia, dan menemukan model kolaborasi yang efektif untuk meningkatkan pengalaman pelanggan sekaligus mempertahankan motivasi dan kreativitas staf.

Di bidang keuangan, tim peneliti dari Universitas Saigon memperkenalkan algoritma Shrinkage-Enhanced Ant Colony untuk mengoptimalkan portofolio saham. Algoritma ini memungkinkan investor untuk membuat keputusan berdasarkan analisis data besar, meminimalkan risiko, dan meningkatkan kinerja investasi dalam konteks pasar yang sangat volatil.
Salah satu sorotan konferensi adalah presentasi tentang sistem SimInterview, sebuah platform simulasi wawancara multibahasa berbasis model bahasa besar (LLM). Alat ini membantu mahasiswa melatih keterampilan wawancara dalam lingkungan simulasi yang realistis, sehingga meningkatkan daya saing global mereka. Perwakilan tim peneliti mengatakan bahwa sistem ini akan berkontribusi pada standarisasi kualitas sumber daya manusia di era AI.
Konferensi ICEFM 2025 menerima 132 makalah penelitian dari akademisi dalam dan luar negeri. Menurut penyelenggara, konferensi ini memiliki nilai akademis, sekaligus membuka arah baru bagi bisnis, kebijakan, dan komunitas di era AI.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/phat-trien-kinh-doanh-ben-vung-trong-ky-nguyen-ai-post814712.html
Komentar (0)