Kabar bahwa transaksi e-commerce dikenakan pajak sebesar 10% menimbulkan kebingungan di masyarakat. Padahal, peraturan perpajakan untuk sektor ini sangat berbeda.
Ibu Thu Thao (Distrik Cau Giay, Hanoi ), seorang pekerja kantoran yang sering berbelanja online, berbagi: "Saya melihat banyak artikel yang mengatakan bahwa hanya mentransfer uang dengan isi "BELI - JUAL" akan dikenakan pajak tambahan sebesar 10%. Informasi ini membuat saya sangat khawatir karena keluarga saya sering bertransaksi online."
Senada dengan itu, Bapak Hoang Nam (pemilik toko e-commerce di Ha Nam ) juga mengungkapkan kekhawatirannya: "Jika pelanggan salah paham dan takut mentransfer uang, kami akan kesulitan berbisnis. Padahal, informasi seperti itu berdampak besar."
Pada malam tanggal 9 Januari, saat berbincang dengan Lao Dong, seorang pejabat profesional di badan administrasi pajak mengatakan bahwa tidak ada peraturan yang mewajibkan pemungutan pajak 10% atas transaksi e-commerce. Informasi yang tersebar di media sosial ini tidak benar.
Saat ini, transaksi e-commerce (kecuali layanan konten informasi digital) dikenakan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 1% dan pajak penghasilan pribadi (PPN) sebesar 0,5%, yang dihitung berdasarkan pendapatan penjual. Yang penting, pembeli tidak perlu membayar pajak tambahan apa pun dari transaksi tersebut.
Pejabat profesional ini menekankan bahwa organisasi dan individu yang menjalankan bisnis melalui e-commerce perlu melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan peraturan. Apabila pelaporan terlambat atau tidak lengkap, wajib pajak akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
Masyarakat juga diimbau untuk memverifikasi informasi dari sumber yang dapat dipercaya guna menghindari kebingungan akibat konten yang tidak akurat di media sosial.
Sumber






Komentar (0)