Kumpulan Puisi Jantung Pulau (Penerbit Kim Dong) - Foto: HO LAM
Membaca The Heart of the Island dengan 26 puisi tentang kehidupan di Truong Sa, pembaca merasakan kepulauan Truong Sa yang sederhana dan puitis dengan banyak warna dan dari sana, cinta terhadap tanah air dan pulau-pulau tumbuh...
Ho Huy Son memiliki banyak pengalaman tak terlupakan di pulau ini. Ia mengatakan pulau ini hanya memiliki satu ruang kelas, sehingga ruang kelas tersebut sangat istimewa karena memiliki semua kelas, mulai dari taman kanak-kanak, kelas 1 hingga kelas 5. Untuk melanjutkan sekolah, anak-anak harus meninggalkan pulau dan kembali ke daratan.
"Datang ke sini, saya merasa kasihan sekali kepada orang dewasa dan kasihan sekali kepada anak-anak. Meskipun banyak kekurangan, anak-anak di pulau terpencil ini tetap riang gembira. Melihat mereka asyik makan es krim atau membaca setiap halaman buku, hadiah yang dibawa oleh para paman dan bibi dari daratan, hati saya dipenuhi haru," ungkap Ho Huy Son.
Kembali ke kota setelah lebih dari seminggu di laut, sambil masih merasa "kangen tanah", Tuan Son mendapat ide untuk menulis kumpulan puisi anak-anak tentang Truong Sa.
"Saya ingin bercerita tentang hal-hal yang saya alami ketika datang ke kepulauan Truong Sa.
Dan yang lebih penting lagi, saya ingin mengirim pesan sederhana kepada anak-anak: Truong Sa adalah bagian suci Tanah Air kita!" - kata Tuan Son.
Dapat dikatakan bahwa The Heart of the Island merupakan kumpulan puisi yang merangkum apa yang telah dilihat, disentuh, dan dirasakan penulis tentang kepulauan Truong Sa.
Itulah gambaran seorang pelaut yang menenteng senjata selama berjam-jam, keluarga, ruang kelas, pagoda di pulau, pohon beringin, badai, topan, dan mercusuar yang menjaga pulau itu: "Jantung pulau/ Adalah mercusuar/ Rajin, pekerja keras/ Menjaga dengan tenang/ Tidur siang dan terjaga malam/ Memandu kapal/ Berlayar dengan aman/ Pelayaran yang lancar".
Setibanya di Truong Sa, Ho Huy Son membenamkan diri bersama anak-anak yang tumbuh di sana setiap hari dan menyadari bahwa mereka istimewa dari cara mereka bersekolah: "Setiap langkah menuju kelas/ Suara ombak perlahan terangkat/ Bendera nasional mengiringi/ Bernyanyi di tonggak sejarah" (Pergi ke Sekolah), hingga kegembiraan menerima hadiah dari daratan: "Dari halaman buku kecil/ Daratan terbuka/ Aku menyaksikan dengan gembira/ Aku semakin mencintai tanah airku!" (Halaman buku melintasi ombak).
Atau momen indah dan damai anak-anak sedang makan es krim: "Demi tonggak sejarah/ Aku makan es krim/ Angin berhenti untuk menonton/ Aku sangat menginginkannya/ Ombak tampak merajuk/ Turun dan naik.../ Gelas es krim/ Begitu ajaib/ Tak tergantikan/ Cinta untuk daratan!" (Makan es krim di dekat tonggak sejarah).
Berbagi dalam epilog buku, Ho Huy Son mengakui bahwa senyuman, tatapan mata, dan terutama momen menikmati es krim lezat dari anak-anak di pulau terpencil itu memberinya motivasi kuat untuk menulis.
Seperti dalam lagu "That Place Is Truong Sa", Ho Huy Son membangkitkan rasa ingin tahu pada anak-anak: "Di mana Truong Sa? / Aku belum pernah melihatnya sebelumnya / Melihat peta negara / Ombak bergulung jauh dari pantai".
Lalu ia menguraikan: "Truong Sa juga punya sekolah/ Para pelajar berceloteh dan belajar/ Di bawah rindangnya pohon beringin/ Senyum mencerahkan pagi/ Di sana, siang dan malam, tanpa terkecuali/ Siluet angkatan laut berdiri tegak/ Melindungi kedaulatan perairan teritorial/ Reputasinya akan bergema selamanya!...".
Komentar (0)