Pada paruh pertama tahun 2024, serangkaian serangan ransomware muncul dengan kuat menyasar bisnis-bisnis utama di Vietnam, menyebabkan kerugian besar bagi bisnis dan masyarakat. Serangan-serangan ini melumpuhkan sistem informasi, mengganggu operasional dan bisnis, serta menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.
Banyak bisnis terpaksa membayar tebusan besar untuk mendapatkan kembali data dan memulihkan sistem, sehingga kehilangan kepercayaan pelanggan dan mitra. Kerugian ini tidak hanya berdampak pada perekonomian, tetapi juga berdampak jangka panjang pada reputasi dan daya saing bisnis Vietnam di pasar internasional.
Dalam lokakarya tersebut, Bapak La Manh Cuong, Wakil Presiden Bidang Penelitian dan Pengembangan, Direktur Jenderal OPSWAT Vietnam, menyampaikan: “Alasan utama mengapa bisnis di Vietnam menjadi sasaran kejahatan siber adalah karena kurangnya persiapan sistem pertahanan keamanan siber untuk melindungi sistem jaringan penting mereka dari serangan canggih.
Sebagian besar bisnis di Vietnam belum menginvestasikan sumber daya yang cukup untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang efektif. Selain itu, penggunaan perangkat lunak tanpa lisensi yang tidak diperbarui secara berkala, dan kurangnya kesadaran akan keamanan siber di kalangan komunitas bisnis juga berkontribusi pada peningkatan risiko serangan.
“Untuk menghentikan ransomware sebelum bisnis diserang, penting untuk menerapkan solusi keamanan yang komprehensif, berdasarkan filosofi zero-trust, guna melindungi keamanan siber organisasi secara efektif.
Perusahaan harus secara bersamaan menerapkan teknologi keamanan khusus untuk sistem jaringan penting seperti teknologi sanitasi dan rekonstruksi konten (CDR), teknologi deteksi malware multi-aplikasi (Multiscanning), dan teknologi pencegahan kebocoran data (DLP) untuk memaksimalkan kemampuan pertahanan keamanan siber mereka.
"Teknologi ini membantu menghilangkan ancaman tersembunyi dalam berkas, mendeteksi dan memblokir malware sebelum malware tersebut sempat menembus sistem," tambah Tn. Cuong.
Suasana konferensi. (Foto: ANH TUAN) |
Menurut laporan Trend Micro, Bapak Le Minh Nghia, konsultan keamanan, berkomentar: “Pada paruh pertama tahun 2023, serangan ransomware meningkat sebesar 50% dibandingkan tahun sebelumnya. Situasi ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah dan skala serangan.
Sebagian besar serangan ransomware saat ini melibatkan pemerasan data pribadi atau komersial yang sensitif untuk tebusan, yang meningkatkan kompleksitas insiden dan menimbulkan risiko biaya dan kerusakan reputasi yang lebih besar.”
Dalam pertahanan terhadap ransomware, Trend Micro telah mengembangkan dua solusi berlapis generasi baru: Platform Keamanan Siber Trend Vision One (platform keamanan yang beragam dan terpadu yang membantu organisasi mengelola keamanan komprehensif dengan kemampuan pencegahan, deteksi, dan respons yang kuat, didukung oleh kecerdasan buatan, tim intelijen ancaman dan penelitian terkemuka) dan Intelijen Ancaman (memberikan informasi tentang ancaman yang muncul, terutama ransomware, membantu organisasi memahami informasi lebih awal dan mengambil tindakan pencegahan).
Lokakarya berlangsung dalam suasana yang hidup, dengan banyak pertanyaan dan diskusi mendalam dari para delegasi.
Dengan banyak pengalaman implementasi praktis, para ahli berbagi lebih jelas tentang pengetahuan proaktif untuk mencegah, memerangi, dan merespons serangan ransomware secara efektif.
Penerapan solusi ini penting untuk membantu bisnis di Vietnam meningkatkan kemampuan pertahanan dan melindungi sistem jaringan penting mereka dari serangan siber yang semakin canggih dan berkelanjutan.
Akibatnya, bisnis lebih proaktif dalam mengembangkan pemulihan bencana dan rencana kontinjensi (DRP) untuk meminimalkan gangguan operasional yang disebabkan oleh serangan ransomware.
[iklan_2]
Sumber: https://nhandan.vn/ung-pho-hieu-qua-voi-cac-cuoc-tan-cong-ransomware-post815504.html
Komentar (0)