Bersamaan dengan kompetisi olahraga , terdapat festival yang merayakan kreativitas dan inklusi bagi penyandang disabilitas. Di antaranya, sebuah pameran bertajuk "When Attitudes Take Form" menyoroti bakat 13 seniman penyandang disabilitas intelektual.
Keluarga Eisenberg (yang tinggal di AS) telah lama mendukung para seniman penyandang disabilitas. Keluarga ini memiliki seorang putri bernama Jesse, yang juga mengalami masalah intelektual sekitar 20 tahun yang lalu, sehingga mereka mulai mengoleksi dan memperkenalkan karya-karya seniman dengan kondisi serupa. Seiring waktu, mereka telah membangun koleksi khusus untuk genre seni ini. Selain itu, keluarga ini juga aktif mempromosikan dan menyumbangkan karya-karya mereka ke berbagai organisasi besar. Karya-karya seniman penyandang disabilitas dalam pameran ini juga dipamerkan di Museum Seni Modern San Francisco, Museum Seni Modern New York, dan banyak museum bergengsi lainnya.
Para seniman yang ditampilkan dalam pameran ini memiliki beragam disabilitas intelektual dan perkembangan, termasuk autisme, skizofrenia, dan gangguan kognitif. Masing-masing mengekspresikan pemahaman mereka tentang dunia melalui karya seni mereka. Seniman Amerika Dan Miller, yang kesulitan berkomunikasi, memiliki karya yang terdiri dari huruf, kata, nama, dan angka yang ditumpuk satu sama lain. Sekilas tampak kacau, tetapi sangat mencolok, mengingatkan pada gaya Jackson Pollock.
Seniman Skotlandia Nnena Kalu juga mengandalkan pengulangan dan pelapisan dalam karyanya. Sejak 1999, ia telah menjadi anggota ActionSpace, sebuah organisasi yang berbasis di London yang mendukung seniman penyandang disabilitas belajar. Instalasi berskala besarnya telah menerima pengakuan internasional. Kalu sering menciptakan lukisan berpasangan, saling melengkapi dan mencerminkan.
Karya William Scott, seorang seniman autis dan skizofrenia asal California (AS), juga sangat hidup. Scott adalah seorang arsitek yang bekerja di Creative Growth, salah satu pusat seni tertua dan terbesar bagi penyandang disabilitas di dunia. Karya seninya berakar kuat dalam kehidupan pribadinya, dengan lukisan-lukisan yang menggambarkan anggota keluarga dan umat paroki, aktor, musisi, dan pemimpin hak-hak sipil. Dalam sebagian besar karyanya, ia membayangkan San Francisco yang ideal, lingkungan, gedung, dan pusat komunitas dengan arsitektur baru. Seniman asal New York, Derrick Alexis Coard (AS), yang memiliki gangguan skizoafektif, menggunakan lukisannya untuk mengeksplorasi tema-tema maskulinitas, spiritualitas, dan keyakinan kaum kulit hitam.
Meskipun bakat para seniman ini tak terbantahkan, penyandang disabilitas masih kurang dihargai di dunia seni. Sebuah laporan British Council pada tahun 2023 menemukan bahwa 48% institusi seni di Eropa memamerkan karya seniman disabilitas setidaknya setahun sekali, sementara 23% tidak pernah melakukannya. Pameran bertajuk "When Attitudes Take Form" ini berlangsung hingga 27 April dan bertujuan untuk mengubah persepsi serta memberikan pengakuan yang layak bagi para seniman penyandang disabilitas intelektual.
Komentar (0)