
Seniman Teater Uzume (Jepang) dalam drama "Perdamaian"
Pada malam tanggal 25 November, di Teater Pham Thi Tran (Ninh Binh), lakon "Perdamaian" karya Teater Uzume (Jepang) meninggalkan kesan istimewa di hati para penonton Festival Teater Eksperimental Internasional ke-6 - 2025. Lakon ini merupakan pertunjukan seni yang membuka ruang untuk perenungan mendalam tentang perang, perdamaian, dan nasib manusia—sesuatu yang tak lekang oleh waktu, meskipun telah melewati lebih dari dua milenium sejarah.
Teater Uzume dan Karya Aristophanes: Perjalanan Hasrat Manusia
Drama ini diadaptasi dari karya klasik "Perdamaian" karya dramawan Yunani kuno Aristophanes, melalui versi Peter Hacks, dan disutradarai oleh sutradara Jerman Peter Goessner. Drama ini merupakan komedi kuno dengan semangat anti-perang yang kuat, tetapi dalam pendekatan Teater Uzume, komedi tersebut hanya "di permukaan", sementara di baliknya terdapat aliran tragedi kemanusiaan yang tenang.

Menggunakan banyak teknik, seniman dari Teater Uzume (Jepang) menceritakan kisah "Perdamaian" dengan gaya eksperimental yang sangat unik.
Kisah ini berpusat pada Trygaios, seorang petani – yang mewakili suara rakyat, seorang manusia biasa dengan aspirasi luar biasa. Ketika perang berlangsung begitu lama hingga tak seorang pun ingat asal-usulnya, Trygaios menunggangi kumbang scarab dan terbang ke Gunung Olympus untuk menyelamatkan Dewi Perdamaian yang terpenjara. Namun ironisnya, tidak semua orang menginginkan kebebasannya. Ada yang diuntungkan oleh perang, ada yang takut akan perubahan, ada pula yang terbiasa hidup dalam kekacauan…
Di sanalah tragedi modern terungkap: Perdamaian tidak hanya dicegah oleh kekuatan metafisik, tetapi juga oleh keegoisan manusia, ketakutan, dan kebiasaan menderita.
Teater Uzume, yang didirikan pada tahun 1996 di Kitakyushu, merupakan salah satu grup teater gabungan tertua di Jepang. Mereka memenangkan Kompetisi Sutradara Nasional Toga pada tahun 2000, berpartisipasi dalam pembangunan Teater Sengawa di Tokyo, dan secara rutin tampil di berbagai festival internasional.
Semua elemen ini membawa Uzume melampaui konsep "grup tamu", menjadi entitas kreatif dengan suaranya sendiri di peta teater eksperimental dunia .
Teater Uzume dan perpaduan filsafat Eropa dengan semangat teater Jepang
Keistimewaan "Peace" bukan hanya naskahnya, tetapi juga pementasannya, yang memiliki semangat perpaduan Timur-Barat. Sutradara Peter Goessner, yang berlatar belakang teater Jerman, telah memadukan pemikiran teater Eropa klasik dengan pengendalian diri, minimalis, dan kedalaman batin yang khas teater Jepang.

Desain karakternya sangat mengesankan.
Tanpa menggunakan teknik panggung modern secara berlebihan, drama ini menggunakan tubuh aktor, irama dialog, dan gerakan ekspresif untuk menciptakan ruang imajiner yang konvensional sekaligus familiar.
Kumbang kotoran – sebuah simbol aneh dalam versi aslinya – muncul bukan hanya sebagai elemen humor, tetapi sebagai metafora untuk melampaui pemikiran: ketika orang ingin menemukan kedamaian, mereka harus berani mengatasi hal-hal yang mereka anggap "rendah" dan "tidak masuk akal".
Pemeran multi-generasi – kelanjutan tradisi dan masa depan
Salah satu daya tarik utama "Peace" adalah perpaduan antara aktor-aktor veteran peraih penghargaan nasional dan wajah-wajah muda yang merupakan mahasiswa Peter Goessner di TOHO Gakuen College of Drama and Music. Resonansi inilah yang menjadikan drama ini sebagai ruang persimpangan antara pengalaman dan masa muda, antara masa lalu dan masa kini.

Pemimpin Asosiasi Seniman Panggung Vietnam mengucapkan selamat kepada para seniman Teater Uzume (Jepang)
Fakta bahwa "Perdamaian" dipentaskan di Ninh Binh - tanah yang kaya akan sejarah dan kedalaman budaya, semakin meningkatkan makna karya tersebut.
Dalam konteks dunia saat ini, di mana masih banyak titik panas konflik, perang, kekerasan, dan ketidakstabilan, drama ini merupakan karya seni yang mengingatkan umat manusia akan nilai dasar kehidupan: perdamaian bukanlah sesuatu yang nyata, melainkan hasil perjuangan, dari keberanian untuk mengatasi keegoisan.
"Perdamaian" tidak secara langsung mengutuk atau menyerukan slogan-slogan, tetapi secara diam-diam menabur pesan di hati para pendengarnya: Marilah kita hargai nilai perdamaian dengan cinta kasih terhadap kemanusiaan.
Dan mungkin, berkat pesan itulah lakon ini telah melampaui batas-batas pertunjukan, menjadi sebuah pengalaman spiritual – tempat para penonton berdialog dengan diri mereka sendiri.
Source: https://nld.com.vn/vo-hoa-binh-va-cach-ke-chuyen-rat-rieng-cua-nha-hat-uzume-nhat-ban-196251127055914714.htm






Komentar (0)