Pusat Tanggap Darurat Siber Vietnam (VNCERT/CC), di bawah Departemen Keamanan Informasi Kementerian Informasi dan Komunikasi, melaporkan bahwa kampanye phishing canggih yang memanfaatkan AI dan teknologi peniruan identitas untuk mencuri informasi login Gmail dari pengguna, saat ini sedang berlangsung di seluruh dunia .

Bentuk penipuan baru ini mencakup peniruan alamat email dan nomor telepon Google, menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membuat pesan dan panggilan yang realistis guna mengelabui pengguna agar memberikan informasi sensitif.

alamat email untuk debugging 1.jpg
Menurut analisis para ahli, email konfirmasi yang dikirim oleh penipu kepada korban sangat mirip dengan email asli dari Google. (Ilustrasi: Internet)

Secara spesifik, para penipu mengirimkan email palsu yang menyamar sebagai Google, meminta pengguna untuk melakukan proses pemulihan akun. Email tersebut berisi tautan ke situs web palsu dengan antarmuka yang mirip dengan halaman login Gmail, yang dirancang untuk mencuri informasi login.

Sekitar 40 menit setelah menerima email phishing, pengguna kemudian menerima panggilan telepon palsu dari seseorang yang mengaku sebagai perwakilan dukungan Google, yang memberitahukan tentang aktivitas yang tidak biasa di akun Gmail mereka.

Para penipu juga menggunakan suara dan perangkat lunak AI untuk memalsukan nomor telepon guna meningkatkan kredibilitas mereka.

Menyadari adanya penipuan baru yang membahayakan pengguna Gmail di seluruh dunia karena berisiko kehilangan kredensial login dan data pribadi mereka, para ahli di VNCERT/CC Center merekomendasikan agar pengguna dan administrator waspada terhadap panggilan dari nomor telepon yang tampaknya milik Google; dan selalu periksa alamat email pengirim dengan cermat.

Jika ragu, pengguna sebaiknya tidak memberikan informasi sensitif melalui telepon atau email.

Para penjahat siber semakin banyak menggunakan teknologi AI dalam kampanye penipuan mereka . Dalam beberapa bulan pertama tahun ini, para ahli mencatat bahwa tidak banyak bentuk penipuan baru yang muncul. Namun, banyak kelompok kejahatan siber telah meningkatkan penggunaan teknologi AI seperti DeepFake dan DeepVoice dalam operasi penipuan mereka.