10.000 barang antik membawa Anda kembali ke Saigon lama

Di Kota Ho Chi Minh, kedai kopi klasik memang tak pernah sepi. Namun, ada satu tempat di mana nostalgia tak hanya menjadi hiasan. Di sana, setiap kursi kayu, koran bekas, atau barang-barang sehari-hari warga Saigon dilestarikan sebagai saksi sejarah.

Kafe "membawa Anda kembali ke masa lalu" dengan 10.000 barang antik di Saigon

Begitu masuk, Anda akan langsung tertarik ke ruang yang bernuansa nostalgia. Setiap ubin, meja dan kursi kayu yang ternoda oleh waktu, atau lemari, lampu minyak... semuanya bernuansa Saigon kuno.

Sebagai seorang yang sangat menyukai barang-barang antik, Bapak Huynh Minh Hiep, pemilik toko, telah menghabiskan 13 tahun dengan tekun mengumpulkan setiap barang yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Saigon. Baginya, ini bukan sekadar perjalanan mengumpulkan suvenir, tetapi juga cara untuk menceritakan kisah tentang Saigon yang sangat familiar.

Dari lebih dari 10.000 artefak yang saya miliki, hanya sekitar 2.000 yang saat ini dipajang di toko. Namun bagi saya, setiap barang adalah kenangan, saksi bisu masa lalu. Saya ingin tempat ini tidak hanya untuk minum kopi, tetapi juga menjadi tempat di mana generasi mendatang dapat lebih memahami kehidupan, budaya, dan masyarakat Saigon pada masa itu," ujar Hiep.

Ia menambahkan dengan lembut: "Tidak semua hal lama itu berharga, tetapi ada hal-hal yang sangat kecil yang membantu seluruh generasi mengingat masa kecil mereka."

Jika Anda pecinta barang antik, atau sekadar ingin menemukan sudut kecil untuk hidup santai dan menenangkan diri di masa lampau, tempat ini adalah pilihan yang tepat. Anda akan merasakan suasana Saigon yang tenang, tempat kasih sayang dan kenangan selalu ada.

Salah satu benda yang membuat siapa pun ingin mengamatinya lebih dekat adalah koin-koin kuno yang telah membatu, berasal dari masa pemerintahan Raja Minh Mang (sekitar tahun 1820). Karat hijau yang melapisi setiap koin seolah merangkum napas sejarah, kuno sekaligus misterius.

Bagi banyak anak muda yang baru pertama kali mengunjungi toko ini, koran-koran yang menguning mungkin hanya pernah mereka lihat di film atau buku sejarah. Namun, ketika mereka melihatnya langsung dan menyentuh halaman-halaman rapuh dengan tulisan tangan tebal dari puluhan tahun lalu, rasanya seperti membuka kembali kenangan akan sebuah kota.

Lebih dari sekadar kertas dan tinta, surat kabar-surat kabar itu adalah kenangan hidup, napas Saigon di masa lalu, terekam dalam setiap judul, setiap iklan kecil. Dan anehnya, di ruang itu, orang-orang dapat berbincang lebih mudah, dengan teman, dengan orang tua, atau dengan diri mereka sendiri.

Tempat ini dengan cepat menjadi destinasi favorit anak muda, terutama mereka yang mencintai budaya kuno, gaya lama, atau membutuhkan material untuk proyek kreatif. Di akhir pekan, tempat ini sering dikunjungi oleh banyak rombongan mahasiswa, seniman, desainer, dan fotografer untuk "mengisi ulang inspirasi mereka".

"Datang ke sini, rasanya seperti menghidupkan kembali Saigon yang selama ini hanya saya kenal melalui cerita orang tua, mulai dari musik lama, aroma kayu tua, hingga barang-barang familiar seperti pemutar kaset atau koran bekas. Saya jadi lebih memahami kenangan orang tua, dan saya juga punya lebih banyak cerita untuk diceritakan kepada mereka," ujar Doan Canh Nghi (18 tahun).

Dan jangan lupa bawa kamera atau ponselmu untuk berfoto, karena setiap sudut di sini indah! Entah kamu penggemar gaya nostalgia atau tidak, sulit untuk tidak mengambil beberapa foto.

Kalau kamu pernah berpikir Saigon kuno hanyalah kisah buku atau foto-foto lama, cobalah kunjungi tempat ini sekali. Siapa tahu, kamu mungkin "mabuk" dengan tempat itu seperti banyak anak muda lainnya, bukan karena kopinya, tapi karena kenangan yang menyentuh.

Di tengah alunan musik Pham Duy yang menggema dari pemutar kaset reel-to-reel, sinar matahari yang menembus jendela kayu, menyinari koran tua yang pudar… Anda akan mendapati diri Anda tenang, perlahan, dan penuh emosi. Saigon yang sangat romantis, sangat puitis, dan sangat mudah membuat orang ingin kembali lagi.

Komentar (0)