Tren yang tak terelakkan
Menurut survei yang dilakukan oleh Departemen Perusahaan Swasta dan Pengembangan Ekonomi Kolektif ( Kementerian Keuangan ) pada tahun 2024, lebih dari 90% usaha kecil dan menengah (UKM) Vietnam telah menerapkan setidaknya satu bentuk teknologi digital dalam operasional mereka, tetapi hanya sebagian kecil yang secara sistematis memanfaatkan AI. Sementara itu, dunia sedang memasuki periode perkembangan AI yang eksponensial, dengan 77% perusahaan global telah menggunakan AI untuk mengukur konsumsi energi dan mendeteksi pemborosan dalam produksi. Hal ini menunjukkan bahwa kesenjangan antara perusahaan Vietnam dan dunia semakin nyata jika tidak ada tindakan yang tepat waktu.
Menurut Dr. Can Van Luc, Kepala Ekonom BIDV , tren penghijauan dan digitalisasi, khususnya AI, sedang menguat dan menjadi tren yang tak terelakkan. Menilai manfaat penerapan teknologi, Bapak Luc mengatakan bahwa AI diidentifikasi sebagai salah satu dari empat teknologi digital yang sangat penting di masa mendatang, bersama dengan data, blockchain, dan komputasi awan. Selain itu, keamanan informasi, data, dan jaringan juga merupakan isu yang perlu mendapat perhatian khusus dari para pelaku bisnis. Skala nilai tambah AI diperkirakan akan meningkat dari 7% menjadi 29% dalam 10 tahun ke depan secara global, yang kemungkinan berkontribusi hingga 30% dari nilai tambah sektor teknologi digital.
Selain itu, teknologi AI paling banyak diterapkan di bidang keuangan, perbankan, dan e-commerce, sementara pariwisata dan real estate masih lambat. AS adalah negara yang paling banyak berinvestasi dalam AI, tetapi Vietnam masih berinvestasi cukup sedikit. Menurut data survei, AI dapat berkontribusi sekitar 120-130 miliar USD terhadap ekonomi Vietnam pada tahun 2040, setara dengan sekitar 7,5% PDB. Dr. Can Van Luc menambahkan bahwa AI adalah masalah strategis, bukan masalah teknologi sederhana, dan bisnis perlu mempertimbangkan ini sebagai investasi, bukan biaya. Hasilnya mungkin tidak langsung terlihat, tetapi dalam jangka panjang, hasilnya akan sangat spesifik dan ini merupakan masalah investasi jangka panjang. Selain itu, biaya pengelolaan, perubahan, pemeliharaan, dan pengembangan sistem AI sangat besar, bisnis perlu mempertimbangkan apakah akan melakukannya sendiri, melakukan outsourcing, atau menggabungkan keduanya. Yang penting adalah data yang tepat lebih bermanfaat daripada banyak data.

Foto ilustrasi.
Meningkatkan basis pelanggan
Ibu Nguyen Viet Hue, perwakilan Departemen Pengembangan Usaha Swasta dan Ekonomi Kolektif (Kementerian Keuangan), mengatakan bahwa meskipun mencakup 98% dari total jumlah perusahaan, sebagian besar usaha kecil dan menengah (UKM) berada dalam tahap "transformasi awal", yang berfokus terutama pada otomatisasi produksi dan pelaporan data ekspor, sementara investasi dalam pengendalian mutu, pemeliharaan, atau manajemen emisi masih kurang. Sementara itu, dari perspektif perusahaan, Ibu Nguyen Huong Quynh, CEO platform inovasi BambuUP, berkomentar bahwa tahap ini masih terfragmentasi dan terputus-putus. AI adalah faktor yang dapat membantu menghubungkan bagian-bagian tersebut ke dalam jaringan cerdas, tempat data, proses, dan manusia beroperasi secara terpadu.
Menurut Ibu Quynh, proses penerapan AI dalam transformasi ganda perlu diimplementasikan dalam lima langkah berurutan: menilai situasi terkini dan menentukan tujuan; menstandardisasi infrastruktur data dan teknologi; segera menguji coba aplikasi AI sederhana; komitmen kepemimpinan dan pelatihan sumber daya manusia; dan terakhir, mengukur, mengoptimalkan, dan meningkatkan skala.
Berbicara tentang strategi penerapan AI dan data pintar dalam manajemen bisnis, Direktur Jenderal MISA Le Hong Quang mengatakan bahwa tingkat penerapan AI dalam manajemen perusahaan meningkat dari 33% (pada tahun 2022) menjadi 72% (pada tahun 2024). Perusahaan yang menerapkan data untuk pengambilan keputusan dapat meningkatkan kemampuan menarik pelanggan 23 kali lebih tinggi dibandingkan perusahaan tradisional. Penerapan AI membantu meningkatkan produktivitas layanan pelanggan sebesar 1,71 kali lipat, hanya membutuhkan 350 orang, bukan 600 orang, untuk melayani pelanggan. Hal ini sekaligus mengoptimalkan proses keuangan, mengotomatiskan akuntansi, dan mendukung perusahaan untuk mengakses modal lebih cepat.
Menurut para ahli ekonomi, selain prospek, masih banyak kendala yang perlu diatasi oleh usaha kecil dan menengah (UKM) untuk menjadikan AI sebagai penggerak pembangunan berkelanjutan. Tiga kendala utama saat ini adalah keuangan, sumber daya manusia, dan budaya inovasi. Sekitar 86% UKM menganggap biaya investasi teknologi sebagai kendala utama. Selain itu, kurangnya konsultan dan keterampilan digital membuat banyak perusahaan "tidak tahu harus mulai dari mana".
Sumber: https://mst.gov.vn/ai-mo-duong-cho-doanh-nghiep-phat-trien-kep-197251108171932491.htm






Komentar (0)