Lokakarya “Tata kelola perusahaan di era AI: Meningkatkan kinerja dengan AI dan data pintar” - Foto: VGP/HG
Demikian pendapat para ahli, pembicara, dan pelaku bisnis pada lokakarya "Tata Kelola Perusahaan di Era AI: Meningkatkan Kinerja dengan AI dan Data Cerdas" yang diselenggarakan pada 11 Maret di Hanoi .
Dalam lokakarya tersebut, Dr. Can Van Luc, Anggota Dewan Penasihat Kebijakan Keuangan dan Moneter Nasional, Kepala Ekonom BIDV, menganalisis situasi ekonomi dunia dan Vietnam pada periode 2024-2025. Perekonomian global tumbuh lambat, sekitar 2,7%, inflasi turun menjadi 2,9% pada tahun 2025, sementara perdagangan global diperkirakan sedikit menurun menjadi 3,2%.
Bagi Vietnam, perekonomian kami merupakan titik terang dengan pertumbuhan ekspor yang positif dan maraknya modal investasi langsung asing (FDI). Namun, dunia usaha masih menghadapi banyak tantangan dan mengharapkan kebijakan dukungan dari Negara, khususnya Resolusi Partai untuk memajukan perekonomian swasta.
Dr. Can Van Luc juga menekankan bahwa persaingan di bidang teknologi, terutama AI, sangat ketat antarnegara. Jika Vietnam lambat, bisnis akan tersingkir jika mereka lambat beradaptasi.
"Berinvestasi dalam AI adalah investasi jangka panjang, dan hasilnya mungkin tidak langsung terlihat, tetapi perlu disadari bahwa penerapan AI (atau Gen AI...) merupakan masalah strategis, bukan sekadar masalah teknis atau teknologi. AI bukan sekadar tren, tetapi telah menjadi faktor penentu dalam produktivitas, kualitas, dan efisiensi bisnis," ujar Dr. Can Van Luc.
Laporan McKinsey tahun 2024 menemukan bahwa 65% pekerja global telah menerapkan AI Generatif dalam pekerjaan mereka, tetapi hanya 15% bisnis yang mencatat keuntungan signifikan dari teknologi ini. Bidang penerapan AI yang paling umum meliputi pemasaran (54%), teknologi (39%), dan keuangan (16%).
Untuk berhasil menerapkan AI, menurut Dr. Can Van Luc, bisnis perlu menyiapkan strategi AI yang konsisten dengan tujuan bisnis mereka; menyiapkan platform data; memilih alat dan teknologi AI yang tepat; memastikan penggunaan AI yang etis dan bertanggung jawab; terus memantau dan meningkatkan sistem AI; mengembangkan tenaga kerja yang kompeten untuk sepenuhnya memanfaatkan potensi teknologi ini...
Berbagi tentang strategi penerapan AI dan data pintar dalam manajemen bisnis, Bapak Le Hong Quang, Direktur Jenderal MISA, mengutip data yang menunjukkan bahwa tingkat bisnis yang menerapkan AI dalam manajemen meningkat dari 33% pada tahun 2022 menjadi 72% pada tahun 2024 (menurut IBM, Forbes, McKinsey).
Teknologi ini membantu dalam layanan pelanggan (56%), keamanan siber (51%), manajemen hubungan pelanggan (42%), dan produksi konten (40%). Bisnis yang menggunakan data untuk pengambilan keputusan memiliki peluang 23 kali lebih besar untuk meningkatkan akuisisi pelanggan dibandingkan bisnis tradisional.
Penerapan AI membantu meningkatkan produktivitas layanan pelanggan hingga 1,71 kali lipat, mengurangi jumlah staf dari 600 menjadi 350 orang, sekaligus mengoptimalkan proses keuangan, mengotomatiskan akuntansi, dan mendukung bisnis untuk mengakses modal lebih cepat.
Bapak Le Hong Quang menekankan bahwa AI merupakan tren yang tak terelakkan, yang menuntut bisnis untuk beradaptasi dengan cepat guna mempertahankan keunggulan kompetitif. Bisnis perlu mempopulerkan AI dalam manajemen untuk meningkatkan kinerja, membangun budaya pengambilan keputusan berbasis data, dan mendorong transformasi digital dengan platform komputasi awan yang terintegrasi dengan AI. Di saat yang sama, penting untuk terus meninjau dan menyusun rencana penerapan AI pada setiap proses guna membantu mengoptimalkan efisiensi operasional dan manajemen.
Dalam diskusi panel "AI & Data Cerdas - Kunci Manajemen Bisnis Modern", para pembicara membahas dan menganalisis peran AI dalam manajemen bisnis, pembagian tugas antara manusia dan AI, serta pengalaman praktis dalam penerapan teknologi ini untuk meningkatkan efisiensi manajemen dan operasional.
Semua pembicara sepakat bahwa AI telah menjadi alat inti dalam manajemen bisnis modern. Untuk menerapkan AI secara efektif, bisnis perlu mengubah tidak hanya teknologi tetapi juga pemikiran manajemen dan strategi pengembangan jangka panjang. Jika kita tidak bertindak tegas sekarang, kita tidak hanya akan tertinggal tetapi juga berisiko tersingkir dari persaingan ini.
Sumber: https://mst.gov.vn/ai-tro-thanh-yeu-to-quyet-dinh-hieu-suat-doanh-nghiep-197250312085711148.htm
Komentar (0)