Namun, setelah menaklukkan kerasnya alam, para prajurit pulau ini tetap berani, teguh dalam senjata mereka, siang dan malam dengan teguh melindungi kedaulatan suci Tanah Air; dengan gigih dan tekun merawat dan merawat setiap hamparan sayuran, setiap akar dan daun pohon. Warna hijau pulau terpencil ini juga merupakan warna keyakinan dan harapan, melambangkan kecintaan yang mendalam terhadap laut, pulau, tanah air, dan negara para prajurit Paman Ho.

Pulau adalah rumah, laut adalah tanah air

Rumah dan tanah air adalah tempat paling dicintai dan paling hangat yang ingin dituju semua orang. Bagi para prajurit Paman Ho, laut dan kepulauan Tanah Air bagaikan "seikat belimbing manis", bagaikan rumah kedua mereka. Itulah sebabnya, selain tekad untuk menuntaskan tugas dengan sempurna dalam mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, persatuan, dan keutuhan wilayah Tanah Air, para perwira dan prajurit Tentara Rakyat Vietnam senantiasa mencintai, melekat, dan antusias serta bertanggung jawab dalam membangun laut dan kepulauan kita agar semakin indah.

Prajurit Paman Ho menabur benih hijau di laut dan pulau-pulau.

Di pulau-pulau terpencil Tanah Air, di mana terik matahari seakan membakar pasir putih dan terumbu karang, ada hal-hal yang tampaknya mustahil, tetapi di bawah tangan prajurit Paman Ho, semuanya muncul secara ajaib, yakni hijaunya tanah air, kehidupan.

Mereka yang pernah ke Truong Sa dan melihat kebun sayur dengan segala macam sayuran hijau: sawi, kangkung, bayam Malabar; teralis pohon labu dan gambas yang berbuah lebat, dirawat dengan hati-hati setiap hari; dan dedaunan pohon maple yang sejuk serta pohon beringin yang merentang tertiup angin... semuanya merasakan keakraban yang asing. Warna hijau pepohonan dan dedaunan tak hanya membuat kampus unit tampak lebih semarak, tetapi juga turut menyejukkan jiwa para perwira dan prajurit setelah berjam-jam latihan keras dan melelahkan. Lebih dalam lagi, ia juga merupakan napas dan ketangguhan para prajurit Paman Ho di pulau terpencil.

Di pulau terpencil, setiap tunas hijau mengandung begitu banyak antusiasme, dibanjiri tetesan keringat yang tak terhitung jumlahnya, kegigihan, daya tahan, dan kecintaan terhadap laut dan pulau-pulau yang sama bergairahnya dengan "tanah air" para kader dan prajurit. Setiap baris sayuran, setiap daun yang penuh kehidupan adalah bukti keindahan pasukan revolusioner yang tak hanya unggul dalam pertempuran, tetapi juga kreatif dalam bekerja dan efektif dalam produksi. Sekaligus, ini adalah penegasan yang kuat: "Tak ada yang tak bisa dilakukan oleh prajurit Paman Ho."

Hamparan hijau sejuk yang muncul di antara lapisan-lapisan debur ombak yang berpuncak putih, seakan menambah indahnya lautan dan langit tanah air, menjadikan "pagar Tanah Air" semakin semarak, sungguh menjadi sandaran rohani bagi para perwira dan prajurit agar senantiasa beriman dan memegang teguh senjatanya meski jauh dari tanah air, keluarga, dan orang-orang yang dicintai.

Jaga agar "jantung" dari garis depan tetap utuh

Daratan dan air tawar sangat akrab dan sangat penting bagi kehidupan di sekitar kita, tetapi di tengah lautan luas, hal-hal yang tampak biasa ini sangatlah langka. Dari daratan, setiap jengkal tanah, setiap tetes air yang dikirim ke pulau-pulau terpencil, dihargai dan dihormati oleh para perwira dan prajurit. Daratan berfungsi untuk menyuburkan tunas-tunas hijau, air untuk menopang kehidupan. Dan yang lebih penting, ia juga merupakan jantung, kehangatan ibu pertiwi yang menyebar hingga ke lautan.

Bagi para perwira dan prajurit di garis depan Tanah Air, setiap kapal dari daratan membawa begitu banyak sukacita, kebahagiaan, dan harapan bagi negeri yang jauh. Bahagia karena para perwira dan prajurit tahu bahwa, dari belakang, jutaan hati orang Vietnam selalu memandang ke Laut Timur; bahagia karena di kapal-kapal itu, selain hati-hati patriotik yang tak terhitung jumlahnya, juga terdapat surat-surat dan hadiah-hadiah sederhana dari tanah air.

Kebun sayur hijau subur milik prajurit Paman Ho.

Bagi para delegasi yang berkunjung ke pulau ini, setiap tatapan, setiap senyum optimis, penuh semangat baja para perwira dan prajurit di tengah kesulitan dan tantangan yang tak terhitung jumlahnya, akan membangkitkan kecintaan yang tak terbatas terhadap laut dan kepulauan; menyebarkan optimisme dan memperkuat keyakinan teguh pada prajurit Paman Ho, prajurit dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Karena kasih sayang dan nilai-nilai mendalam yang terpancar dari daratan selalu dilestarikan, dihargai, dan dihormati oleh para prajurit kita.

Dan kemudian, di pulau-pulau kering berbatu, di tengah hamparan pasir putih, di bawah sinar matahari, angin, dan rasa asin laut, kehidupan masih tumbuh dan berkembang bak bunga musim semi. Itulah pula pesan tentang semangat mengatasi kesulitan dan kesukaran untuk berkontribusi bagi Tanah Air para prajurit Paman Ho. Seperti syair-syair romantis namun teguh dari para prajurit pulau: .

Rahasia Menanam Sayuran Prajurit Paman Ho

Di garis depan Tanah Air, para perwira dan prajurit tidak hanya melindungi langit, laut, dan pulau-pulau, tetapi juga menggunakan kecerdasan, tangan, dan hati mereka untuk melestarikan kehidupan tunas-tunas hijau. Dari generasi ke generasi, prajurit Paman Ho terus-menerus meneliti, bereksperimen, dan menciptakan "rahasia" untuk menanam sayuran tepat di atas pasir putih berbintik-bintik, di tengah terik matahari dan angin kencang.

Jika Di daratan, para petani menanam sayur-sayuran di ladang-ladang luas yang terbentang sejauh mata memandang, sementara di pulau-pulau yang terendam dan mengapung, para prajurit kita membuat kebun sayur mini dari kotak-kotak busa, kaleng-kaleng plastik, tangki-tangki semen, dan bahkan dari cangkang siput laut... Pasir dicampur dengan tanah yang dikirim dari belakang dengan perbandingan yang sesuai, ditambah abu dapur dan daun-daun busuk untuk menciptakan lingkungan hidup dan tumbuh bagi sayur-sayuran hijau.

Ada sebuah paradoks yang hanya bisa dipahami oleh para perwira dan prajurit di pulau itu: "masih haus di tengah luasnya". Di laut, terkadang badai datang tiba-tiba, tetapi terkadang tidak ada hujan selama berbulan-bulan. Dalam keadaan seperti itu, para perwira dan prajurit mengukur dan membagi setiap ember air: sebagian untuk memasak, sebagian untuk keperluan sehari-hari, sebagian untuk tanaman, bunga, sayuran... menciptakan siklus tertutup, sangat ilmiah dan sangat ekonomis. Di sana, prajurit Paman Ho tidak "mendinginkan" sayuran secara bebas seperti di daratan, tetapi dengan hati-hati menuangkan setiap sendok kecil air ke setiap bedengan yang kering; penyiraman sayuran juga hanya dilakukan pada waktu yang tepat, biasanya pagi dan sore hari, sebelum matahari terbit atau saat cuaca dingin agar uap air tidak cepat menguap.

"Rahasia" menabur benih hijau di pasir putih prajurit Paman Ho.

Pada siang hari, untuk mencegah daun sayuran terbakar oleh matahari, angin, dan garam laut, para perwira dan prajurit memasang kerangka kokoh yang dilapisi jaring hijau. Pada malam hari, jaring dibuka agar sayuran dapat "berendam dalam embun", alih-alih "berendam dalam air". Setiap hari, para prajurit kita selalu mengingat dan mengikuti resep merawat dan melindungi sayuran yang telah diwariskan turun-temurun.

Pengalaman dan inisiatif tersebut menjadi "rahasia" untuk menabur benih hijau di atas pasir putih para prajurit Paman Ho. Oleh karena itu, meskipun tangan mereka kapalan, tanpa teknologi canggih atau mesin modern, berkat kreativitas dan ketekunan para perwira dan prajurit, dari Truong Sa Lon hingga Da Tay, Da Nam, Son Ca, Co Lin, Sinh Ton... warna hijau pepohonan dan dedaunan selalu menghiasi mereka. Oleh karena itu, makanan para prajurit pun dilengkapi dengan sayuran hijau. Di sana Tak hanya menjadi sajian yang tak terpisahkan, namun juga menjadi sumber kebanggaan karena merupakan hasil cinta dan kerja keras, hasil keringat dan usaha.

Di garis depan badai, prajurit Paman Ho bukan saja mereka yang menjaga perdamaian bagi tanah air, tetapi juga para pencipta, para master, mereka yang menabur iman di tengah ombak. Setiap kali matahari terbenam berwarna ungu, matahari terbenam yang unik di lautan, tiba, memandang deretan pohon dan hamparan sayur hijau yang bergoyang mengikuti irama ombak membantu para perwira dan prajurit meredakan kerinduan dan kerinduan mereka terhadap tanah daratan.

Menabur benih hijau di atas pasir putih adalah cita-cita membangun laut dan pulau-pulau di tanah air agar semakin indah. Pada saat yang sama, ia adalah semangat, tekad, dan tekad untuk mengatasi keadaan, tekad untuk menuntaskan misi suci yang diemban Partai, Negara, dan rakyat para prajurit Paman Ho dengan sempurna.

Artikel dan foto: VU QUOC - NGO THUY

    Sumber: https://www.qdnd.vn/nuoi-duong-van-hoa-bo-doi-cu-ho/bo-doi-cu-ho-soe-mam-xanh-tren-mien-cat-trang-1012392