Pemerintah menghapuskan beberapa bentuk disiplin bagi pejabat dan pegawai negeri sipil.
3 kasus belum dipertimbangkan untuk tindakan disiplin
Dengan demikian, Keputusan No. 172/2025/ND-CP menetapkan 3 kasus yang tidak dapat dikenakan tindakan disiplin (bukan 4 kasus sebagaimana ditentukan dalam Keputusan No. 112/2020/ND-CP), yaitu:
- Pejabat dan pegawai negeri sipil yang sedang dirawat karena penyakit serius atau kehilangan kemampuan kognitif; sakit parah dan dirawat sebagai pasien rawat inap di rumah sakit dengan konfirmasi dari otoritas medis yang berwenang.
- Kader perempuan dan pegawai negeri sipil yang sedang hamil, sedang cuti melahirkan, atau mengasuh anak yang belum berumur 12 bulan, atau kader laki-laki dan pegawai negeri sipil (dalam hal istri meninggal dunia atau istri tidak dapat mengasuh anak karena keadaan memaksa atau halangan objektif sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan peraturan perundang-undangan di bidang kedaruratan) yang mengasuh anak yang belum berumur 12 bulan, kecuali dalam hal pelanggar mempunyai permintaan tertulis untuk pertimbangan tindakan disiplin.
- Pejabat dan pegawai negeri sipil yang sedang dituntut, ditahan, atau dipenjarakan sambil menunggu selesainya penyidikan, penuntutan, atau pengadilan yang berwenang karena melakukan pelanggaran hukum; kecuali dalam perkara yang diputuskan oleh pejabat yang berwenang.
Sebelumnya, Keputusan No. 112/2020/ND-CP menetapkan bahwa perkara "kader, pegawai negeri sipil, dan pegawai negeri sipil yang sedang menjalani cuti tahunan, cuti sesuai ketentuan, atau cuti pribadi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang" juga merupakan perkara yang tidak dipertimbangkan untuk dikenakan tindakan disiplin.
Melengkapi kasus pengecualian tanggung jawab disiplin
Keputusan No. 172/2025/ND-CP juga mengatur kasus-kasus pengecualian disiplin yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan ketentuan hukum terkait lainnya.
Dalam hal terjadi pelanggaran dengan satu atau lebih keadaan berikut, tindakan disiplin dikecualikan: pejabat yang berwenang mengukuhkan hilangnya kapasitas tindakan sipil saat melakukan pelanggaran; harus mematuhi keputusan atasan sesuai ketentuan Undang-Undang tentang Kader dan Pegawai Negeri Sipil 2025; pejabat yang berwenang mengukuhkan pelanggaran dalam keadaan mendesak, karena keadaan kahar atau halangan objektif sesuai ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan undang-undang tentang keadaan darurat saat menjalankan tugas kedinasan; telah mematuhi ketentuan tentang wewenang, tata tertib, prosedur, dan nirlaba dalam proses pelaksanaan tugas tetapi telah menimbulkan kerugian karena alasan objektif; telah melaksanakan usulan inovasi dan kreativitas yang telah diizinkan oleh pejabat yang berwenang dan telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan, dengan motif murni, untuk kepentingan umum tetapi telah terjadi kerugian; telah melakukan pelanggaran sampai pada taraf didisiplinkan tetapi telah meninggal dunia. Pengaturan ini bertujuan untuk melembagakan mekanisme untuk mendorong keberanian berpikir dan berani berbuat.
Keputusan No. 172/2025/ND-CP juga menambahkan ketentuan khusus tentang pelanggaran yang dianggap meringankan atau meningkatkan tingkat disiplin; mengubah dan melengkapi batas waktu penanganan disiplin.
Hapuskan beberapa bentuk disiplin bagi pejabat dan pegawai negeri sipil
Secara khusus, keputusan tersebut menghapuskan beberapa bentuk disiplin bagi pejabat dan pegawai negeri sipil.
Dengan demikian, tindakan disiplin yang diterapkan kepada pejabat meliputi: teguran; peringatan; pemecatan, diterapkan kepada pejabat yang disetujui, diangkat atau ditugaskan untuk menduduki jabatan atau gelar; dan pemecatan.
Tindakan disiplin yang diterapkan kepada pegawai negeri sipil: teguran; peringatan; pemecatan, diterapkan kepada pegawai negeri sipil dalam posisi kepemimpinan dan manajemen; pengunduran diri paksa.
Dengan demikian, Keputusan No. 172/2025/ND-CP telah menghapuskan bentuk hukuman disiplin berupa penurunan pangkat yang berlaku bagi PNS yang menduduki jabatan pimpinan dan manajemen, serta pengurangan gaji bagi PNS yang tidak menduduki jabatan pimpinan dan manajemen. Perubahan ini dilakukan untuk mematuhi Undang-Undang tentang Kaderisasi dan Kepegawaian 2025, karena undang-undang ini tidak mengatur kedua bentuk hukuman disiplin tersebut.
Keputusan No. 172/2025/ND-CP juga secara jelas mengatur penerapan tindakan disiplin.
Tindakan disiplin berupa pemberhentian paksa diberikan kepada PNS yang melakukan pelanggaran dalam salah satu hal berikut: pernah dikenakan tindakan disiplin berupa pemberhentian bagi PNS yang menduduki jabatan pimpinan atau pimpinan, atau teguran bagi PNS yang bukan menduduki jabatan pimpinan atau pimpinan, tetapi mengulangi pelanggaran; melakukan pelanggaran pertama kali yang menimbulkan akibat sangat berat dalam salah satu hal dikenakan tindakan disiplin berupa teguran, tetapi yang melanggar tidak mempunyai sikap menerima, memperbaiki, atau proaktif memperbaiki akibat tersebut, dan dalam salah satu hal dikenakan tindakan disiplin yang lebih berat; menggunakan ijazah, sertifikat, atau tanda pengenal palsu atau tidak sah untuk direkrut pada suatu instansi, organisasi, atau unit; menjadi pecandu narkoba (dalam hal ini harus ada surat keterangan dari tempat pelayanan kesehatan atau surat keterangan dari instansi yang berwenang).
Terapkan tindakan disiplin pemecatan terhadap pejabat
Pejabat yang melanggar ketentuan Undang-Undang tentang Organisasi Majelis Permusyawaratan Rakyat , Undang-Undang tentang Organisasi Pemerintahan Daerah, Undang-Undang tentang Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat, serta ketentuan hukum terkait lainnya akan diberhentikan. Kewenangan, tata tertib, dan prosedur pemberhentian akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum.
LAM NGUYEN
Sumber: https://www.sggp.org.vn/bo-ky-luat-giang-chuc-va-ha-bac-luong-voi-cong-chuc-post802149.html
Komentar (0)