
Putus cinta karena filosofi yang 'salah'
Selama bertahun-tahun, sepak bola Singapura, Thailand, dan Indonesia telah menetapkan filosofi pengembangan mereka dan menunjukkan loyalitas pada jalur masing-masing. Thailand sangat mengagumi metode dan proses pelatihan sepak bola Jepang yang jelas. Mereka ingin mengembangkan tim mereka sesuai model sepak bola Jepang dengan teknik dan dedikasi yang tinggi. Itulah sebabnya tim putri, tim U-23, dan tim nasional putra Thailand dipimpin oleh para ahli strategi dari negeri matahari terbit.
Namun, tampaknya ada perbedaan besar antara harapan dan kenyataan. Hanya dalam 2 tahun, sepak bola Thailand telah mengalami kekecewaan di level tim putri, U-23, dan tim nasional. Hasil yang kurang memuaskan dan gaya bermain yang sulit ditiru telah memaksa para perencana sepak bola Thailand untuk terus-menerus memecat pelatih Jepang, yang terbaru adalah Masatada Ishii.
Hal yang sama terjadi dengan sepak bola Singapura. 4 bulan yang lalu, Bapak Tsutomu Ogura mengumumkan pengunduran dirinya karena alasan pribadi, tetapi semua orang mengerti bahwa meskipun beliau tidak mengundurkan diri secara sukarela, pelatih ini akan kesulitan dipertahankan. Alasannya sederhana: performa tim Singapura sedang tidak bagus. Tingkat kemenangan Ogura bersama Singapura hanya 31,25% (menang 5 dari 16 pertandingan).
Sedangkan untuk Indonesia, filosofi mereka hanyalah "mengandalkan" Belanda. Dari cara mereka memanfaatkan sumber daya manusia hingga perekrutan pelatih, Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia dari Belanda. Itulah sebabnya Federasi Sepak Bola Indonesia (FIFA) tak ragu memecat Shin Tae-yong dan mendatangkan Patrick Kluivert. Sayangnya, kemampuan bahasa Kluivert yang mumpuni tidak mampu membantunya mengatasi kekurangannya dalam hal kualifikasi dan pengalaman melatih.
Dalam dua kekalahan terakhir melawan Arab Saudi dan Irak di kualifikasi Piala Dunia 2026, mantan penyerang Barcelona itu tampak kurang berpengalaman dibandingkan rekan-rekannya. Hal ini wajar karena dalam karier kepelatihannya, ia belum pernah meraih kesuksesan. Bahkan di tim nasional Curacao dan klub Adana Demirspor, Kluivert tampil sangat mengecewakan karena performanya yang buruk.
Keputusan penunjukan Kluivert dapat dikatakan merupakan langkah yang keliru dari Federasi Sepak Bola Indonesia. Mereka memiliki filosofi yang sama, tetapi dari segi teori hingga penerapan praktis, masih terdapat kesenjangan yang besar. Kepercayaan Thailand dan Singapura terhadap pelatih Jepang juga merupakan pilihan yang keliru.

Berdiri di persimpangan jalan
Dapat dikatakan bahwa saat ini, sepak bola Thailand, Singapura, dan Indonesia berada di persimpangan jalan dengan pertanyaan-pertanyaan sulit yang perlu dijawab. Bagi rakyat Thailand, akankah mereka melanjutkan jalur "Japanisasi" atau akankah mereka memilih ideologi baru untuk dianut? Menemukan jawabannya akan sangat sulit karena ini bukan pertama kalinya sepak bola Thailand gagal mempercayakan kepercayaannya kepada pelatih Jepang.
Soal sepak bola Indonesia, tampaknya mereka akan tetap menaruh kepercayaan pada Belanda. Namun pertanyaannya, siapa yang akan dipilih Indonesia dan ahli strategi bergengsi mana yang bersedia mengorbankan kariernya untuk kembali ke dataran rendah dan memimpin tim yang kompleks seperti Indonesia?
Sementara itu, bagi Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS), pertanyaannya sama sulitnya. Akankah mereka merekrut pelatih asing yang terkenal atau tetap mempercayakan timnya kepada Gavin Lee, pelatih lokal yang kurang terkenal namun berkinerja baik?
Anehnya, berkat Gavin Lee, tim Singapura mengubah nasibnya. Dari yang sebelumnya kurang beruntung dalam perebutan tiket ke Piala Asia 2027, mereka kini menyalakan api mimpi mereka dengan finis di posisi kedua, meraih 8 poin setelah 4 pertandingan (setara dengan tim teratas Hong Kong, Tiongkok). Karena performa Gavin Lee yang begitu baik, FAS berada dalam dilema, tidak dapat memutuskan siapa yang akan memimpin tim nasional.
Dapat dikatakan bahwa mulai saat ini hingga pertemuan FIFA Days di bulan November, perebutan kursi panas di tim-tim Asia Tenggara akan menjadi sangat menarik, tidak ada bedanya dengan persaingan antar tim-tim ini yang banyak takdirnya...

U22 Vietnam di SEA Games 33: Tidak ada yang perlu ditakutkan dari Malaysia!

Berapa biaya yang dikeluarkan Indonesia untuk memecat pelatih Kluivert?

Indonesia resmi memecat pelatih Kluivert dan seluruh stafnya.

Tim Vietnam naik 4 peringkat di peringkat FIFA, kokoh di posisi ke-2 Asia Tenggara

Pelatih Patrick Kluivert akan meninggalkan tim Indonesia?
Sumber: https://tienphong.vn/bong-da-dong-nam-a-nhon-nhip-mua-thay-hlv-truong-post1789278.tpo
Komentar (0)