Gempa bumi yang mengguncang sepak bola Eropa

Pada 21 Oktober, stadion Allsvenskan berguncang ketika Mjallby AIF —tim dari desa nelayan kecil Hallevik dengan populasi lebih dari 1.000 jiwa—menjuarai kejuaraan Swedia tahun 2025 dengan 3 putaran tersisa. Kisah Mjallby bahkan lebih ajaib karena orang yang memimpin mereka adalah Anders Torstensson, seorang... kepala sekolah, yang baru melatih sepak bola profesional pada tahun 2023. Tim tersebut hampir gulung tikar saat bermain di divisi 3 pada tahun 2016 akibat krisis keuangan.

Musim lalu, Mjallby finis di posisi ke-5, tertinggal 15 poin dari sang juara Malmö. Namun, musim 2025 akan mencatat babak baru bagi mereka, dengan gelar juara nasional pertama mereka dalam 86 tahun. Tak heran jika media Eropa menjuluki Mjallby sebagai "Kota Leicester-nya Eropa Utara". Dan faktanya, sejarah sepak bola Eropa telah menyaksikan banyak kejutan serupa, ketika tim-tim kecil mampu melampaui segala batasan untuk mencapai puncak.

Dari posisi ke-14 musim sebelumnya, Leicester City memasuki musim 2015/16 dengan peluang 5.000 banding 1 – begitu rendahnya hingga terkesan seperti lelucon. Namun, di bawah arahan Claudio Ranieri, dengan penampilan gemilang Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan N'Golo Kante, "The Foxes" mengalahkan semua tim besar dan menjuarai Liga Primer Inggris dengan selisih 10 poin.

Di tengah era gemilang Serie A dengan bintang-bintang seperti Diego Maradona dan Michel Platini, Hellas Verona yang kurang dikenal tiba-tiba mengubah tatanan sepak bola Italia. Hanya kalah 2 kali sepanjang musim 1984/85 , Verona melampaui Juventus, Napoli, Milan, dan Inter untuk meraih satu-satunya Scudetto dalam sejarah klub.

Tepat ketika PSG memasuki era kemewahan dan belanja besar-besaran, Montpellier secara tak terduga menghalangi "kekaisaran minyak" yang sedang terbentuk. Dengan Olivier Giroud sebagai ujung tombak utama, mereka memenangkan Kejuaraan Nasional Prancis pada musim 2011/12 , unggul 3 poin dari PSG – satu-satunya gelar utama dalam sejarah klub. Tim tersebut baru saja terdegradasi ke Ligue 2 ketika mereka finis di dasar klasemen pada musim 2024/25.

Sejak Liga Super Turki didirikan pada tahun 1959, hanya 4 tim, termasuk Galatasaray, Fenerbahce, Besiktas, dan Trabzonspor, yang mendominasi. Namun, pada musim 2019/20 , Basaksehir mematahkan dominasi tersebut dengan meraih gelar juara pertama dan satu-satunya sepanjang sejarah mereka.

Dua tahun setelah terdegradasi, Kaiserslautern kembali ke Bundesliga dan langsung... memenangkan kejuaraan. Di bawah arahan "Wizard" Otto Rehhagel, mereka mengalahkan Bayern München di laga pembuka. Pada akhirnya, Kaiserslautern mengungguli "The Grey Tigers" untuk meraih gelar juara dengan selisih lebih dari 2 poin. Musim 1997/98 juga merupakan musim pertama dan satu-satunya di mana seorang pemain rookie dinobatkan di Bundesliga.

Setelah 11 tahun dominasi Bayern München, Xabi Alonso dan Bayer Leverkusen menulis ulang sejarah Bundesliga. Saat ia mengambil alih, tim berada di posisi kedua terbawah dengan raihan 5 poin setelah 8 pertandingan. Setahun kemudian, Leverkusen tak hanya menjuarai Bundesliga, tetapi juga meraih gelar ganda domestik tanpa pernah kalah – mengakhiri julukan "Neverkusen" dengan musim 2023/24 yang sempurna.

Sumber: https://znews.vn/nhung-con-dia-chan-lam-rung-chuyen-bong-da-chau-au-post1595976.html