Sepakbola Asia Tenggara terhindar dari pengucilan

Berbeda dengan Piala AFF, turnamen yang berdiri sejak 1996 namun selalu dikritik karena tidak masuk dalam jadwal kompetisi FIFA sehingga menyebabkan banyak klub enggan melepas pemainnya, Piala ASEAN FIFA menjanjikan penyelesaian tuntas masalah terbesar: absennya bintang-bintang papan atas.

Pakar sepak bola Zulakbal Abdul Karim berkomentar: "Sebelumnya, banyak klub tidak mengizinkan pemain mereka berpartisipasi di Piala AFF karena turnamen tersebut bukan bagian dari FIFA Days. Namun, jika Piala ASEAN FIFA diakui secara resmi, tim-tim akan memiliki skuad terkuat, dan kualitas sepak bola di kawasan ini pasti akan meningkat secara signifikan."

Menurut Bapak Zulakbal, hanya Thailand dan Vietnam yang mampu mempertahankan performa mereka mendekati level kontinental, sementara negara-negara sepak bola lainnya, termasuk Malaysia, masih berjuang untuk mendapatkan pijakan. "Kehadiran FIFA dapat mempersempit kesenjangan itu," ujarnya.

Malaysia hanya memenangkan kejuaraan regional sekali pada tahun 2010. Dengan stadion baru ini, Bapak Zulakbal yakin bahwa ini adalah kesempatan bagi mereka untuk menegaskan posisi mereka: "Setelah kembali ke Piala Asia pada tahun 2023, Malaysia perlu terus mempertahankan momentumnya. Untuk melakukannya, mereka harus mendominasi Piala ASEAN seperti yang dilakukan Thailand. Jika mereka memiliki kekuatan terkuat, ini bisa menjadi awal era baru bagi sepak bola Malaysia dan Asia Tenggara."

Presiden FIFA Gianni Infantino mengumumkan rencana tersebut pada tanggal 26 Oktober, dengan mengatakan turnamen tersebut diharapkan mempertemukan 11 negara ASEAN dan akan dibangun berdasarkan model Piala Arab FIFA 2021, yang sangat sukses.

FIFA akan bekerja sama erat dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF), dan federasi anggota untuk menyelesaikan format dan struktur kompetisi.

Sumber: https://znews.vn/bong-da-dong-nam-a-thoat-canh-bi-hat-hui-post1597707.html