Carlo Ancelotti memutuskan untuk mengeluarkan Neymar - simbol hebat sepak bola Brasil selama lebih dari satu dekade - dari skuad Brasil. |
Alasannya? Carlo Ancelotti memutuskan untuk mencoret Neymar, ikon besar sepak bola Brasil selama lebih dari satu dekade, dari skuad. Meskipun sang pelatih Italia sendiri menegaskan bahwa ini hanyalah "keputusan profesional", kisah ini telah membuka banyak lapisan makna tentang bagaimana ia membangun tim Selecão dalam perjalanan barunya.
Ketika Neymar tidak lagi "kebal"
Neymar kembali ke Santos dengan peningkatan performa yang signifikan, penuh harapan untuk kembali ke tim nasional setelah absen dua tahun. Absennya Neymar langsung menimbulkan keraguan publik: apakah karena cederanya yang kambuh? Namun, striker berusia 33 tahun itu sendiri menepis semua spekulasi: "Ini keputusan profesional, bukan karena kebugaran. Ini keputusan pelatih."
Ancelotti kemudian menegaskan: "Tidak ada yang meragukan teknik Neymar. Tapi kami harus menilai kondisi fisik setiap pemain, bukan hanya dia. Persaingannya sangat ketat, ada 70 nama yang berpotensi masuk tim."
Pesannya jelas: Neymar, terlepas dari bakat dan pengalamannya, bukan lagi pemain yang “dianggap remeh”.
Patut dicatat bahwa Ancelotti telah berulang kali menyebut Neymar sebagai "pemain kunci untuk Piala Dunia 2026". Artinya, ia tidak mengesampingkan sang striker dari rencana jangka panjangnya. Namun saat ini, ia berpegang teguh pada prinsip: hanya mereka yang memenuhi kriteria yang akan dipilih.
"Saya membutuhkan pemain yang 100% bugar, terintegrasi dengan baik, dan bermain untuk tim, bukan hanya untuk diri mereka sendiri. Beberapa pemain mungkin memiliki kualitas teknik yang lebih rendah, tetapi mereka beradaptasi lebih baik dan meningkatkan efisiensi tim," tegas Ancelotti.
Inilah identitas Ancelotti. Sepanjang kariernya, ia tak pernah membangun tim hanya dengan satu bintang. Di Milan, Chelsea, Real Madrid, atau sekarang Brasil, pelatih berusia 65 tahun ini selalu mengutamakan tim.
Ancelotti sangat tangguh. |
Perlu dicatat bahwa Neymar bukan satu-satunya bintang yang absen. Duo Real Madrid, Vinicius Junior dan Rodrygo juga absen. Alasannya, kabarnya, untuk menghindari kelebihan pemain, mengingat Brasil telah memastikan tempat di Piala Dunia. Bagi Ancelotti, ini adalah kesempatan emas untuk bereksperimen dan memberi kesempatan kepada pemain-pemain seperti Raphinha, Gabriel Martinelli, João Pedro, Kaio Jorge, Matheus Cunha, Luiz Henrique, Estevão, atau Richarlison.
Jadi, keputusan ini profesional sekaligus strategis. Neymar tidak "tereliminasi" secara permanen, tetapi ia dipaksa untuk membuktikan bahwa ia bugar secara fisik dan siap berkompetisi secara adil seperti pemain lainnya.
Neymar pernah menjadi "pemain nomor 1" Selecão, memikul tanggung jawab untuk melanjutkan tradisi Pelé, Romario, dan Ronaldo. Namun, kariernya terus-menerus terganggu oleh cedera dan gaya hidup yang kontroversial. Dua tahun absen dari tim membuat citra bintangnya tak lagi tergoyahkan.
Ancelotti, yang dikenal karena sifatnya yang tenang dan pragmatis, tak ragu menyampaikan pesan dingin: nama dan warisan tak cukup untuk menjamin posisi inti. Yang lebih penting adalah performa dan adaptasi. Bersama Brasil saat ini, ia memiliki generasi muda berbakat yang kaya, mulai dari Vinicius, Rodrygo hingga Martinelli dan Estevão. Neymar tak lagi "tak tergantikan".
Transformasi Selecão
Keputusan untuk mencoret Neymar juga mencerminkan perubahan pendekatan Brasil terhadap Piala Dunia 2026. Setelah beberapa turnamen yang mengecewakan karena ketergantungan mereka pada individu, Selecão di bawah Ancelotti menginginkan model yang lebih seimbang. Ia ingin tim tidak bergantung pada satu superstar saja, melainkan berjalan lancar berdasarkan kekuatan kolektif dan fleksibilitas taktis.
Dalam filosofi tersebut, Neymar masih bisa memainkan peran penting—namun sebagai roda penggerak, bukan "pusat alam semesta". Jika ia menerima perubahan ini, ia masih memiliki kesempatan untuk kembali bersinar di Piala Dunia di AS, Meksiko, dan Kanada.
![]() |
Neymar tidak lagi "tak tersentuh". |
Sebelum pertandingan melawan Chili, Carlo berkata singkat namun jelas: "Kami mengevaluasi semua orang, bukan hanya Neymar." Itu adalah pesan kepada setiap pemain Brasil, bahwa seragam kuning-hijau tidak lagi diperuntukkan bagi siapa pun. Untuk mengenakan seragam Selecão, semua orang harus memenuhi standar – dalam hal bentuk, kebugaran, dan semangat.
Ketangguhan ini mungkin kontroversial, tetapi perlu. Brasil telah mengalami terlalu banyak kekecewaan karena terlalu percaya pada satu orang. Ancelotti, dengan pengalamannya melatih banyak klub besar, memahami bahwa hanya tim yang bersatu yang dapat meraih kejayaan.
Neymar pernah menjadi kebanggaan sepak bola Brasil, tetapi di bawah Ancelotti, ia harus menerima kenyataan yang berbeda: tak ada lagi privilese. Kisahnya bukan tentang menyingkirkan atau "memenggal" pemain-pemain terbaik, melainkan tentang bagaimana pelatih Italia itu menerapkan disiplin strategis: setiap orang harus membuktikan kemampuan mereka.
Bagi Brasil, ini pertanda positif: Selecão sedang memasuki fase pembangunan kembali, di mana kekuatan kolektif ditempatkan di atas semua bintang. Dan bagi Neymar, ini adalah peringatan bahwa jalan menuju Piala Dunia 2026 hanya akan terbuka jika ia bersedia berubah dan berjuang seperti pemain lainnya.
Sumber: https://znews.vn/brazil-khong-con-cho-cho-dac-quyen-cua-neymar-post1582413.html







Komentar (0)