Associate Professor, Dr. Nguyen Hong Sinh, dosen senior Fakultas Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora (Universitas Nasional Kota Ho Chi Minh), berbagi tentang kisah integritas akademis.
Kerusakan reputasi akibat pelanggaran integritas ilmiah
Pada konferensi internasional ilmu sosial dan humaniora yang diselenggarakan oleh Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora, Kota Ho Chi Minh pada 25 Oktober, Lektor Kepala, Dr. Nguyen Hong Sinh, dosen senior Fakultas Ilmu Perpustakaan dan Informasi universitas tersebut, menekankan pentingnya etika penelitian dan integritas akademik. Karena, menurut Ibu Sinh, "tidak ada prestasi yang lebih penting daripada kehormatan."
"Kita perlu memahami dengan jelas peraturan tentang integritas akademik, menerapkannya secara ketat, dan dengan berani mengutuk pelanggarannya," tegas Profesor Madya, Dr. Sinh.
Ibu Sinh mengatakan bahwa dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal BMC Medical Ethics pada tahun 2021, kelompok penulis menunjukkan bahwa 80,8% kasus pelanggaran integritas akademik dan etika penelitian terjadi di bidang kedokteran dan ilmu kesehatan, dan 5,6% terjadi di bidang ilmu sosial dan humaniora.
Menurut pengamatan Ibu Sinh, sebagian besar peneliti menyadari peran integritas akademik, tetapi masih ada kasus pelanggaran yang disengaja atau tidak disengaja seperti pemalsuan data dan pemalsuan informasi, kurangnya persetujuan dari partisipan penelitian, dan kurangnya persetujuan dari dewan etik penelitian.
Apa konsekuensi dari pelanggaran? Menurut Associate Professor Sinh, jika hak dan kepentingan partisipan tidak dijamin, peneliti dapat melanggar privasi; menciptakan penderitaan psikologis; memanfaatkan dan merugikan kelompok rentan... Jika hasil penelitian tidak valid, para pembuat kebijakan akan salah paham dan membuat keputusan yang tidak efektif. Para peneliti juga berisiko artikel yang mereka terbitkan ditarik dan reputasi ilmiah mereka akan rusak.
Para akademisi, peneliti dan mahasiswa yang menghadiri konferensi internasional
"Ini adalah isu-isu yang perlu diperhatikan oleh para peneliti muda ketika memilih untuk memasuki jalur akademis guna memastikan etika dan integritas dalam penelitian," ujar Ibu Sinh.
Cara Cepat Mempublikasikan Karya Ilmiah
Pada konferensi tersebut, Dr. Nohman Khan, CEO Connecting Asia (Malaysia), memperkenalkan metode penulisan artikel internasional yang efektif, yaitu tinjauan sistematis. Ia yakin bahwa artikel ilmiah jenis ini akan mudah dipublikasikan, bahkan di jurnal-jurnal terkemuka. Para peneliti juga dapat menyelesaikan artikel dengan cepat karena mereka hanya perlu membaca dan memproses informasi yang tersedia secara langsung.
Menurut Dr. Khan, tinjauan sistematis bertujuan untuk mensintesis penelitian yang ada, mengidentifikasi kesenjangan penelitian, mendorong pengambilan keputusan berbasis bukti, dan mengurangi bias dalam memilih studi yang tersedia. Untuk melakukan penelitian dengan metode ini, Bapak Khan menyarankan para peneliti muda untuk menulis sedikit demi sedikit setiap hari.
"Tinjauan sistematis bukanlah proses satu hari. Prosesnya relatif membosankan, jadi berlatihlah setiap hari dan Anda akan mendapatkan hasilnya," kata Khan.
Dr. Nohman Khan, Direktur Eksekutif Connecting Asia (Malaysia)
Mengenai pengalaman penerbitan internasional, Profesor Hamdan bin Said dari Universitas Teknologi, Malaysia, berpesan kepada para peneliti muda untuk tidak berkecil hati setelah ditolak publikasi untuk pertama kalinya. "Ajukan pertanyaan kepada editor untuk mengetahui apa yang perlu diperbaiki, lalu kirimkan. Ulangi proses ini hingga penelitian Anda diterbitkan. Yang penting adalah menyadari kekurangannya dan berusaha mengatasinya, alih-alih bersedih," saran Hamdan.
Profesor Hamdan mendorong para peneliti muda untuk berani menyampaikan kebutuhan mereka saat datang ke konferensi. "Ini adalah tempat terbaik untuk membangun jaringan hubungan dengan peneliti lain. Tunjukkan minat Anda pada karya mereka, mintalah informasi kontak mereka, dan kirimkan naskah Anda untuk mendapatkan umpan balik. Jika Anda datang ke konferensi hanya untuk menyapa, Anda tidak akan belajar apa pun," kata Bapak Hamdan.
Mengenai biaya penerbitan, Bapak Hamdan menyarankan agar para peneliti muda berdiskusi langsung dengan badan atau organisasi pengelola, pendanaan penelitian, dan menyatakan kontribusi mereka melalui hasil dan dampak penelitian mereka terhadap masyarakat. Bapak Hamdan juga mengatakan bahwa mengatasi kendala bahasa merupakan syarat penting untuk berintegrasi ke dalam lingkungan penerbitan internasional. "Saya harap kita dapat saling membantu untuk melangkah lebih jauh," ujar Bapak Hamdan.
Prof. Dr. Hamdan bin Said dari Fakultas Pendidikan , Sekolah Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Teknologi Malaysia
Ketika peneliti muda mempublikasikan hasil penelitian ilmiah
Pada konferensi tersebut, para peneliti muda, termasuk mahasiswa S1, S2, dan S3, melaporkan hasil penelitian mereka. Para peneliti muda ini menjalani proses publikasi ilmiah yang ketat, mulai dari pengajuan naskah, peninjauan, pelaporan kepada subkomite, hingga penerbitan hasil penelitian dalam prosiding ber-ISBN dari Rumah Penerbitan Universitas Nasional Kota Ho Chi Minh. Konferensi ini mengumpulkan lebih dari 100 laporan dari berbagai bidang studi seperti filsafat, sastra, teori dan metodologi pengajaran bahasa Inggris, pendidikan, psikologi...
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/can-can-dam-len-an-hanh-vi-sai-pham-liem-chinh-hoc-thuat-185241026103152178.htm
Komentar (0)