Menurut Andrei Kostin - CEO bank terbesar kedua Rusia VTB, yuan populer dan banyak negara juga membayar dalam mata uang selain USD dan euro.
Dalam wawancara dengan Reuters , Andrei Kostin mengatakan perang di Ukraina menciptakan perubahan besar pada ekonomi dunia, mengurangi globalisasi dalam konteks China yang secara bertahap menjadi kekuatan ekonomi terkemuka.
Ia juga mengatakan bahwa AS dan Uni Eropa (UE) akan menderita kerugian akibat pembekuan ratusan miliar dolar aset pemerintah Rusia di luar negeri, karena semakin banyak negara yang membayar dalam mata uang selain dolar AS dan euro.
"Sejarah panjang dominasi dolar AS akan segera berakhir. Tiongkok juga akan secara bertahap menghapus pembatasan mata uangnya. Mereka memahami bahwa mereka tidak dapat menjadi kekuatan ekonomi nomor satu dunia jika yuan tetap menjadi mata uang yang tidak dapat dikonversi secara bebas," ujar Kostin. Ia juga yakin bahwa Tiongkok akan berada dalam situasi berbahaya jika terus berinvestasi pada obligasi pemerintah AS.
CEO VTB Andrei Kostin di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg 2022. Foto: Reuters
Dolar AS telah mendominasi dunia sejak awal abad ke-20, ketika ia menyalip pound sterling Inggris dan menjadi mata uang cadangan dunia. Namun, JPMorgan menyatakan awal bulan ini bahwa tanda-tanda de-dolarisasi dalam ekonomi global telah muncul. Perang di Ukraina dan ketidakpastian seputar batas utang AS membuat posisi dolar goyah.
Sementara itu, ekonomi Tiongkok telah tumbuh pesat selama 40 tahun terakhir. Kostin mengatakan VTB juga sedang menegosiasikan penggunaan yuan dalam pembayaran dengan negara ketiga.
Kostin adalah mantan diplomat yang pernah bekerja di Inggris dan Australia. Ia telah berkecimpung di sektor perbankan sejak awal 1990-an. Saat ini, Kostin merupakan salah satu bankir paling berpengalaman dan berpengaruh di Rusia.
Kostin dijatuhi sanksi oleh AS pada tahun 2018. Setelah perang di Ukraina, ia terus dijatuhi sanksi oleh Uni Eropa dan Inggris karena "dekatnya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin".
Ia mengatakan sanksi tersebut tidak adil dan langkah politik tersebut juga akan "kontraproduktif" bagi Barat. Kostin mengatakan ia telah membaca banyak artikel tentang pencucian uang narkoba melalui bank-bank besar Barat.
Kostin mengatakan VTB memperkirakan laba sebesar 400 miliar rubel (US$4,9 miliar) tahun ini. Perusahaan membukukan laba yang sangat besar dalam lima bulan pertama tahun ini, setelah mencatat rekor kerugian tahun lalu.
Ia juga menegaskan bahwa ekonomi Rusia tidak akan runtuh akibat sanksi Barat. Pada bulan April, Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan PDB Rusia tahun ini menjadi 0,7%, dari sebelumnya 0,3%. Namun, proyeksi untuk tahun 2024 dipangkas dari 2,1% menjadi 1,3%.
"Sanksi itu buruk. Kita menderita karenanya, tentu saja. Namun, perekonomian telah beradaptasi. Kita juga memperkirakan sanksi akan semakin ketat. Namun, ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka," ujarnya.
Ha Thu (menurut Reuters)
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)