Menurut surat kabar Mainichi pada 3 Januari, sistem deteksi dini gempa bumi milik East Japan Railway Company akan dipasang di seluruh 135 kereta peluru shinkansen pada Maret tahun depan. Sistem ini akan membantu mempersingkat waktu respons mulai dari mendeteksi gempa bumi hingga mengaktifkan sistem pengereman darurat, dari rata-rata saat ini 3,9 detik menjadi 1,3 detik.
Sistem pengereman darurat baru untuk kereta peluru shinkansen akan diterapkan mulai Maret tahun depan
Rem darurat akan diaktifkan jika terjadi gempa bumi berkekuatan 5,5 atau lebih besar.
Dalam sistem ini, kereta peluru yang melaju pada kecepatan 320 km/jam akan segera berhenti setelah sekitar 230 m dari pengereman, jarak yang lebih pendek daripada teknologi yang ada saat ini.
Sistem baru ini dikembangkan bekerja sama dengan Perusahaan Kereta Api Jepang Timur dan Institut Penelitian Teknis Kereta Api.
Kereta peluru Shinkansen saat ini melakukan pemberhentian darurat sekitar 20 kali setahun akibat gempa bumi. Dengan sistem baru, jumlah tersebut dapat meningkat empat kali lipat karena penyempurnaan sistem sensor.
Presiden Perusahaan Yuji Fukasawa menyebut penerapan sistem baru ini sebagai keputusan untuk memprioritaskan keselamatan. Menurut Mainichi , sistem keselamatan gempa Shinkansen telah terus ditingkatkan sejak beroperasi pada tahun 1982.
Jepang segera mencari korban gempa bumi
Pengumuman itu muncul setelah gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter melanda Jepang bagian tengah pada Hari Tahun Baru, dengan pihak berwenang melaporkan sedikitnya 64 kematian.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)