Bapak Le Quoc Minh: Kami juga ramai membicarakan perkembangan kecerdasan buatan, ada yang antusias dan ada pula yang khawatir. Dapat dipastikan bahwa kecerdasan buatan kini hampir menjadi bagian wajib di ruang redaksi. Ruang redaksi di Vietnam memang jarang menggunakannya, tetapi menurut statistik terbaru, 75% ruang redaksi di dunia telah menggunakan perangkat kecerdasan buatan.
Ketika berbicara tentang kecerdasan buatan, banyak orang membayangkan mesin yang menulis artikel, alih-alih manusia. Namun, kecerdasan buatan memiliki makna yang jauh lebih luas.
Kecerdasan buatan telah diterapkan secara intensif di banyak agensi pers dalam berbagai cara sejak lama, dan kini telah berkembang ke tingkat yang lebih tinggi. Artinya, menulis esai, mengarang puisi, atau menulis artikel kini dimungkinkan. Khususnya, pengguna dapat memberikan perintah semudah memberi perintah kepada orang lain. Inilah langkah-langkah kecerdasan buatan yang akan semakin populer di ruang redaksi.
Tn. Le Quoc Minh: Akan ada pendapat bahwa jika mesin melakukan itu, di mana peran manusia? Apakah itu akan menyebabkan jurnalis kehilangan pekerjaan?
Saya ingin menegaskan bahwa, setidaknya di masa mendatang, mesin hanya akan berhenti pada tahap membantu manusia melakukan pekerjaan yang berat, teliti, detail, dan repetitif. Sedangkan untuk konten kreatif dan orisinal, mesin saat ini tidak dapat melakukannya.
Mesin saat ini menulis artikel dan gambar berdasarkan informasi yang sudah tersedia di internet, alih-alih menciptakan konten yang benar-benar baru. Oleh karena itu, ancaman terhadap karya kreatif jurnalis ini belum ada.
Mengenai membiarkan mesin menulis artikelnya sendiri, penelitian terbaru menunjukkan tren ini memang ada, tetapi ruang redaksi perlu mempertimbangkannya dengan cermat. Sebab, menurut survei, pembaca akan menuntut agar konten apa pun yang ditulis oleh mesin diberi label untuk membedakannya dengan jurnalis sungguhan. Namun, yang lebih penting, jika organisasi berita menggunakan banyak artikel yang ditulis oleh mesin, kepercayaan pengguna terhadap organisasi berita tersebut akan menurun.
Tn. Le Quoc Minh: Harus ditegaskan bahwa pepatah "konten adalah raja" tidak pernah salah. Jika kontennya bagus, pengguna akan membaca, menonton, dan mendengarkannya. Ini adalah hal yang "tidak dapat diubah". Namun, dalam lingkungan di mana terdapat terlalu banyak informasi, terlalu padat, belum lagi informasi palsu, buruk, beracun, dan menyesatkan yang membanjiri pasar seperti saat ini, konten harus berbeda, menciptakan konten yang lebih menarik bagi pengguna.
Namun, dalam konteks begitu banyak sumber informasi, bahkan informasi yang baik pun harus bersaing dengan platform media sosial lainnya. Jika tidak ada langkah-langkah teknologi untuk menyampaikan konten Anda kepada "target", kemungkinan konten Anda dibaca sangat rendah.
Jika Anda tidak tahu, tidak paham, dan tidak mahir dalam teknologi, Anda tidak akan dapat menyampaikan informasi Anda kepada orang-orang yang Anda inginkan. Sebab, dengan banyaknya pembaca, surat kabar akan dikenal oleh semua orang, memiliki posisi, dan dapat menciptakan sumber pendapatan. Oleh karena itu, dalam konteks saat ini, menguasai teknologi sangatlah penting, dan tentu saja teknologi harus menjadi bagian yang sangat penting dalam kegiatan jurnalisme.
Bapak Le Quoc Minh: Tren teknologi bisa bersifat sementara atau dapat mendukung ruang redaksi. Oleh karena itu, setiap ruang redaksi perlu mempertimbangkan dengan cermat untuk berinvestasi dalam teknologi berdasarkan kemampuan, tujuan, dan sumber daya manusianya.
Meskipun penerapan teknologi wajib, pemilihan teknologi yang tepat juga perlu dipertimbangkan. Penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia agar mampu menerapkan metode dan teknologi baru di masa mendatang.
Selain keterampilan inti, jurnalis masa kini juga perlu dibekali dengan keterampilan baru. Jurnalis senior dan berpengalaman yang belum menguasai teknologi perlu didukung oleh tim jurnalis atau staf teknologi yang lebih muda.
Khususnya, keterampilan teknologi akan menjadi sangat penting bagi jurnalis muda. Oleh karena itu, jurnalis harus dibekali dengan seperangkat keterampilan lunak agar fleksibel sehingga mereka dapat beradaptasi dengan hal-hal baru yang akan terjadi di masa mendatang.

Bapak Le Quoc Minh: Kalau pimpinan kantor berita mana pun memahami teknologi, proses transformasi digital akan sangat terdukung dan hasil yang dicapai bisa meningkat 30-40% dibanding kantor berita lainnya.
Pemimpin tidak perlu menjadi ahli teknologi tetapi perlu memahami bahwa menerapkan dan mengadopsi teknologi itu perlu dan harus menjadi pelopor dalam mempromosikan teknologi.
Pemimpin memainkan peran yang sangat penting. Ketika pemimpin bertekad untuk mengubah seluruh organisasi ke arah yang baru, efisiensinya akan lebih tinggi. Semangat transformasi digital harus disebarluaskan ke seluruh departemen dan individu.
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)