Pakar Akmal Marhali mengunggah artikel di laman pribadinya tentang isu kekerasan dalam sepak bola pada pertandingan Persitangsel melawan Raga Negeri pada 5 Februari di Liga 4. Persitangsel menang 2-1 atas Raga Negeri, tetapi perlu dicatat bahwa para pemain kedua tim tidak ragu untuk bertarung di lapangan.
“Inilah wajah buruk sepak bola kita,” Akmal Marhali mengawali postingannya dengan foto-foto pemain kedua tim yang sedang berkelahi saat pertandingan.
Saya sangat menantikan pertandingan Liga 4 antara Persitangsel dan Raga Negeri di Stadion Heroik Kopassus, Serang, untuk menyaksikan talenta-talenta muda sepak bola nasional. Namun sayang, yang terjadi justru kekerasan yang berlebihan. Bukan sekadar pemain bermain kasar, tetapi mereka sudah melampaui batas dan berubah menjadi penyerangan.
Yang lebih menyedihkan lagi, kaptennya, Nurhidayat (Persitangsel Club), melakukan tindakan seperti itu. Dan yang lebih mengecewakan lagi, wasit Irwan Haedori tidak memberikan peringatan apa pun, apalagi kartu," ujar Akmal Marhali.
Dalam foto yang dibagikan Akmal Marhali, Nurhidayat tampak mencekik pemain lawan yang tergeletak di lapangan.
Nurhidayat (Klub Persitangsel) mencekik pemain Raga Negeri
"Tindakan mencekik pemain di tanah tidak dapat diterima. Ini sama sekali bukan perkembangan yang kita inginkan dalam sepak bola ," tegas Akmal Marhali.
"Komisi Disiplin Asprov PSSI Banten harus memberikan sanksi tegas atas tindakan kekerasan ini, bahkan larangan bermain sepak bola secara permanen jika diperlukan. Tindakan ini telah melanggar sportivitas dan fair play. Wasit yang memimpin pertandingan juga harus ditindak oleh Komite Wasit karena dianggap menutup mata, menciptakan preseden buruk, dan berpotensi mendorong tindakan serupa di masa mendatang," lanjut Akmal Marhali.
"Mari kita akui, sepak bola kita perlu dibangun di atas fondasi yang kokoh. Kekerasan tidak bisa ditoleransi hanya demi kemenangan. Pemain muda juga perlu dilatih dengan semangat dan mentalitas yang tepat. Sepak bola adalah profesi yang mulia dan terhormat, jadi para pemain perlu menjaga kehormatannya. Mari kita saling menghormati," tegas Akmal Marhali.
Unggahan Akmal Marhali dengan cepat menarik perhatian di media sosial Indonesia. Pada tanggal 5 Februari, terjadi kekacauan dalam pertandingan Liga 4 antara Persipur Purwodadi dan Persebi Boyolali. Tim tuan rumah, Persipur Purwodadi, tertinggal 1-3 saat pertandingan resmi hampir berakhir.
Pada menit ke-88, kekacauan terjadi di tribun setelah sebuah benda dilemparkan dari salah satu area penonton.
Laga Persipur Purwodadi kontra Persebi Boyolali berakhir ricuh
Beberapa menit kemudian, kerumunan suporter dari tribun menyerbu ke lapangan, membuat situasi semakin tak terkendali. Para suporter bahkan kedapatan melakukan vandalisme dan terus melempar benda-benda, yang membuat para pemain Persipur Purwodadi dan Persebi Boyolali terjebak.
Menurut Tribun Muria , suporter ekstremis yang menyerbu lapangan adalah suporter Persipur. Bentrokan antarsuporter Persipur terjadi di berbagai lokasi, termasuk di sekitar RSUD Yakkum Purwodadi. Video yang beredar di media sosial menunjukkan para suporter ekstremis saling melempar batu dan menyerang orang lain tepat di halaman rumah sakit. Kepolisian Grobogan segera turun tangan untuk meredakan kericuhan. Mereka menangkap puluhan pemuda yang diduga terlibat dalam insiden tersebut.
Meski pertandingan terpaksa dihentikan pada menit ke-88 akibat insiden tersebut, Persipur dan Persebi dikabarkan sepakat mengakhiri pertandingan dengan skor 1-3 untuk kemenangan tim tamu.
[iklan_2]
Source: https://vtcnews.vn/chuyen-gia-indonesia-ngao-ngan-khi-cau-thu-bop-co-doi-phuong-tren-san-ar924253.html






Komentar (0)