Dalam “A Whole Flowing Stream”, puisi “A Moment” merupakan syair empat baris yang mengesankan: “Mimpi yang ditabur sejak awal waktu/ Hati pohon murbei, cinta yang terlambat/ Bulan adalah gumpalan kabut/ Apa lagi yang bisa menggantikan gairah/ Cinta apa yang dingin dan berangin/ Cinta apa yang cerah dan penuh dengan kesedihanku” .
Puisi liris ini kaya akan kontemplasi, mengalir dalam urat emosi klasik dan melamun, membuka berbagai lapisan waktu. "Mimpi yang ditabur dari awal waktu" - baris pembuka yang sangat unik. Mimpi itu tidak hanya datang dari masa kini, tetapi seolah menabur benih dari "awal waktu" - awal mula alam semesta, membangkitkan mimpi primitif, cinta dari kehidupan lampau, penuh takdir, melampaui masa kini.
"Hati yang penuh pasang surut, terlambat jatuh cinta" - sebuah bait indah dalam "A Moment". Di dalamnya, "pasang surut" dapat dipahami sebagai perubahan, pasang surut; "terlambat jatuh cinta" dapat dipahami sebagai cinta yang tak datang lebih awal, melainkan bertahan dan tertunda bagaikan utang cinta yang belum lunas. Gambaran seseorang yang menyimpan perasaan dari awal waktu di dalam hatinya, mengatasi banyak pasang surut, namun tetap tak terbebas dari jerat cinta.
Bulan biasanya terang dan murni, simbol kejernihan, tetapi di sini, bulan menjadi "gumpalan kabut" – buram dan melamun. Sebuah distorsi kreatif atas citra tersebut: Cinta tak lagi murni, melainkan gumpalan sesak napas, diselimuti kabut.
"Apa lagi yang bisa menggantikan gairah" - sebaris puisi yang membangkitkan rasa hampa dan kehilangan, seolah setelah semua kerinduan dan gairah, yang tersisa hanyalah bayangan dan tak ada yang cukup untuk menggantikannya. Sebaris puisi yang terdengar seperti desahan pelan.
“Cinta apa yang selalu dingin dan berangin/Cinta apa yang selalu cerah dan penuh kesedihan bagiku” - dua baris terakhir menunjukkan: Cinta sering kali rapuh, sangat menyakitkan dan tidak mudah untuk dilepaskan.
Puisi ini merupakan perjalanan dari fantasi primitif menuju realitas emosional multidimensi. Bait-baitnya intens, musiknya lembut dan padat, menggunakan gambaran-gambaran alami untuk menerangi keadaan emosional yang sangat manusiawi dari awal hingga saat ini. Puisi ini juga menegaskan: Cinta adalah kesedihan, tetapi kesedihan yang indah yang menghantui dan tak terpatahkan.
Momen-momen seperti itu tak kurang dalam puisi-puisi Nguyen Thi Kim Lan. Momen-momen itu hanya diungkapkan dengan cemerlang dalam satu atau lain cara. Ia tak hanya menulis tentang cinta, tetapi juga tentang banyak topik lainnya. Terkadang topik itu hanya alasan untuk berkirim pesan dan curhat. Dapat diringkas sebagai berikut: "Anggur sore hari penuh nostalgia/ Maka berhentilah mabuk - tingkatkan secara bertahap/ Lepaskan gairahmu dan tutupi kesedihanmu/ Suatu hari nanti, cintaku akan abadi" ("Maka datanglah berkunjung sekali saja"); "Jalan cinta kini tertutup lumut/ Serambi tua memiliki beberapa sinar senja yang pucat" ("Hari-hari dan bulan-bulan berkelana"); "Lereng panjang yang cerah memperlebar cakrawala/ Bayangan migrasi dengan kehidupan manusia yang masih tersisa" ("Awal Musim Gugur"); "Cinta telah pergi, maka cinta telah pergi/ Musim bernapas bulan telah pergi/ Musim bernapas bulan telah pergi/ Musim bernapas bulan telah pergi!" ("Maka ia telah pergi"); “Sungai Lam tampak bingung dan keruh/ Warna yang jauh ternoda asap dari pembakaran ladang dan diriku/ Cahaya senja mendesak ombak untuk merayakan ulang tahun pertamanya/ Tanggul jagung tak lagi menjadi yatim piatu dengan sendirinya/ Siapa yang memutuskan benang merah/ Siapa yang mendesak sepuluh jari hangat untuk mengikatnya dengan susah payah?” (“Sore di Sungai Lam”), “Aku sendiri, masih sendiri/ Terlalu banyak hujan pasti cerah, terlalu banyak malam pasti siang” (“Berbisik pada April”)...
Puisi enam-delapan Nguyen Thi Kim Lan unik, fleksibel sekaligus beragam, dengan makna yang mendalam... Kata-kata yang ia gunakan seringkali sangat berharga, dan ditempatkan pada posisi prima, menciptakan makna baru. Rasanya ia telah melepaskan diri dari batasan rima yang ketat dalam genre puisi tradisional ini, menulis sendiri. Kata-kata: "Ngau" dalam "Men chieu ngau nhung noi hoi", "tuy luy" dalam "Thi thoi tuy luy lac - boi tron qua", "phong moss" dalam "Loi yeu gio da phong moss", "mo co" dalam "Bo ngo da khat mo co tu minh"... adalah contoh-contoh yang spesifik, hidup, dan berkesan.
Namun, secara keseluruhan, puisi dalam "A Whole Flowing Stream" adalah pandangan yang cemerlang tentang keindahan abadi cinta dan keyakinan dalam diri manusia. Itulah sebabnya dalam "The Seasons of Young Leaves", ia menulis: "Kuharap kau adalah benih/ yang ditabur dalam diriku/ cinta yang berakar dalam dan abadi" . Itulah sebabnya dalam "Singing in the Silence", ia menulis: "Kumohon berilah aku beberapa daun hijau/ untuk mendongak/ untuk berharap…/ Kumohon berilah aku makna/ agar semua yang hancur/ dapat sembuh…" .
Sumber: https://hanoimoi.vn/de-bao-nhieu-do-vo-lai-lanh-715958.html
Komentar (0)