![]() |
| Penyanyi Tung Duong memamerkan suaranya yang merdu dengan dua lagu, "Apa yang bisa lebih indah?" dan "Melanjutkan kisah perdamaian ." (Sumber: Surat Kabar Van Hoa) |
Kemudahan itu terkadang juga membawa konsekuensi: Bahasa dalam musik tak lagi dikendalikan oleh standar estetika dan etika sosial. Di sana, kata-kata tak lagi berfungsi untuk memupuk emosi, melainkan menjadi senjata serangan pribadi, mendorong gaya hidup yang sembrono, dan mengagungkan "ego" ekstrem sebagai "bumbu pemberontakan".
Batasan dalam kreativitas
Tanpa kebebasan kreatif, seni menjadi kaku dan terkekang dalam suatu kerangka. Namun, kebebasan itu, seperti bentuk kehidupan sosial lainnya, pasti selalu disertai batasan dan tanggung jawab kepada publik dan komunitas.
Seniman mungkin bebas berkreasi, tetapi mereka tak pernah meninggalkan batasan kemanusiaan. Karena hanya ketika kebebasan dibarengi dengan tanggung jawab, musik dapat benar-benar berkontribusi memperindah kemanusiaan dan mendukung kehidupan spiritual masyarakat.
Musik apa pun, sebebas apa pun, memiliki standar dasar estetika, etika, dan budaya. Di Vietnam, batasan tersebut terutama adalah budaya dan tradisi.
Oleh karena itu, dalam gambaran musik Vietnam kontemporer, di samping ekspresi-ekspresi menyimpang dari sekelompok komponis yang hanya mengikuti selera, masih banyak seniman muda yang berusaha meneguhkan jati diri dan tanggung jawabnya dengan melestarikan keindahan lirik.
Mereka menyadari bahwa musik tidak hanya untuk hiburan tetapi juga bahasa jiwa, yang mampu membimbing estetika dan emosi seluruh generasi pendengar.
Banyak musisi muda seperti Nguyen Van Chung, Hua Kim Tuyen, Vu Cat Tuong, Nguyen Hung… dalam berkarya telah menunjukkan kehalusan berbahasa, rasa hormat terhadap bahasa Vietnam, dan mempertahankan keindahan emosi yang tulus. Beberapa seniman indie juga memilih jalur kreativitas yang gigih, menulis lagu bernuansa kontemporer namun tetap mengandung filosofi hidup yang lembut namun mendalam.
Dengan kesadaran itu, musik Vietnam juga menyaksikan generasi baru komposer muda beradab yang tahu bagaimana menyeimbangkan kebebasan dan tanggung jawab. Mereka tidak melihat batasan sebagai hambatan, melainkan sebagai kesempatan untuk menyelami diri mereka sendiri, sehingga setiap lirik yang menggema memiliki nilai yang menumbuhkan keindahan dan kebaikan di hati pendengar.
Pendidikan estetika publik
Musik adalah suara emosi, sekaligus saluran untuk menyampaikan gagasan dan budaya. Ketika sebuah lagu diciptakan dan dipopulerkan, ia tak hanya mencerminkan jiwa sang seniman, tetapi juga berkontribusi membentuk estetika dan pandangan hidup pendengarnya, terutama generasi muda.
Musik Vietnam sepanjang masa telah membuktikan bahwa lirik yang sederhana namun mendalam dapat menyentuh hati pendengar, membuat musik menjadi memori kolektif, suara zaman.
Selama perang perlawanan, lagu-lagu seperti "Praise to President Ho" oleh Luu Huu Phuoc atau "Epic Song Lo" oleh Van Cao menggambarkan citra orang Vietnam yang tangguh dan patriotik dengan bahasa heroik namun puitis.
Memasuki masa damai, lirik-lirik yang indah tampak liris, humanis, dan hidup. "Hanoi at night turns windy" karya Truong Quy Hai, "Diem Xua" karya Trinh Cong Son, atau "A life, a forest " karya Tran Long An… semuanya merupakan contoh khas, di mana bahasa disuling menjadi puisi, menyentuh hati orang-orang dengan kehalusan dan kemanusiaan.
Lirik yang indah dapat dikatakan membantu musik melampaui batas hiburan, menjadi bentuk budaya yang bernilai estetika dan edukatif. Musik menyehatkan jiwa, menanamkan cinta, hasrat untuk hidup, dan keyakinan akan keindahan dalam hati manusia.
Sumber: https://baoquocte.vn/de-loi-ca-khong-truot-khoi-quy-dao-van-hoa-334203.html







Komentar (0)