Di samping tantangan dalam mematuhi regulasi tentang produksi hijau dan ekonomi sirkular, perusahaan tekstil dan garmen dalam negeri juga memiliki peluang besar untuk menembus lebih dalam pasar bernilai miliaran dolar jika mereka memiliki asal barang yang jelas dan melindungi lingkungan.

Bisnis menghadapi banyak tantangan
Berbagi di Konferensi Nasional tentang Produksi dan Konsumsi Berkelanjutan 2024 yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan pada tanggal 19 September di Da Nang, Bapak Nguyen Duc Tri, Wakil Presiden Asosiasi Tekstil Vietnam (VITAS) menyatakan bahwa negara-negara semakin menuntut persyaratan yang lebih ketat untuk produk tekstil. Oleh karena itu, produk tekstil harus memenuhi standar terkait emisi karbon, penggunaan bahan kimia yang aman, dan asal bahan daur ulang. Peraturan baru ini memaksa perusahaan domestik untuk beralih ke proses produksi yang lebih bersih seperti penggunaan energi bersih, energi terbarukan, bahan daur ulang, dan meminimalkan limbah dalam produksi.
Untuk beradaptasi, banyak perusahaan tekstil dan garmen telah berinvestasi di pasar niche melalui produksi kain daur ulang dari plastik PET, kapas daur ulang, atau serat berkelanjutan seperti serat bambu dan serat kulit pohon. Peralihan ke produksi konsumsi berkelanjutan mendorong ekonomi sirkular Hal ini menyebabkan bisnis menghadapi banyak kesulitan karena harus mengubah teknologi dan proses produksi. Biaya konversi produksi menjadi beban bagi banyak perusahaan tekstil dan garmen Vietnam, terutama usaha kecil dan menengah.
Menurut Bapak Tri, untuk beralih ke produksi konsumsi berkelanjutan guna mendorong ekonomi sirkular, bisnis perlu berinvestasi besar-besaran dalam teknologi, sistem pengolahan air limbah, penghematan energi, dan penggunaan bahan daur ulang. Seiring dengan konversi tersebut, biaya produksi juga meningkat tajam karena kain daur ulang, katun organik, dan bahan-bahan non-polusi seringkali lebih mahal daripada bahan tradisional, dan pasokannya masih langka. Biaya, penanganan masalah pengelolaan limbah, dan rantai pasok bisnis tekstil dan garmen juga merupakan tantangan signifikan bagi bisnis dalam proses "penghijauan" produksi.
"Beberapa bisnis hanya melihat produksi hijau dan ekonomi sirkular sebagai cara untuk memenuhi persyaratan internasional, alih-alih menganggapnya sebagai strategi jangka panjang. Kurangnya keterampilan manajemen rantai pasok yang berkelanjutan juga menjadi kendala utama bagi bisnis," ujar Bapak Tri.
Selain standar "penghijauan", menurut para pelaku bisnis, kesulitan terbesar saat ini adalah strategi pengembangan dan biaya untuk mentransformasi proses produksi dan operasi rantai pasok. Kenyataannya, saat ini belum ada standar global terpadu tentang produksi berkelanjutan yang berlaku untuk industri tekstil dan garmen, sehingga menimbulkan kesulitan dalam menilai dan memastikan keberlanjutan rantai pasok dan produk.
Selain transformasi produksi, menurut perwakilan Asosiasi Tekstil dan Pakaian Jadi Vietnam, perusahaan perlu berinvestasi dalam pengembangan dan perluasan bahan baku tekstil domestik seperti serat daur ulang dan kain ramah lingkungan. Pengembangan sumber bahan baku ini akan membantu mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor, sekaligus memenuhi persyaratan ketat untuk produk berkelanjutan di pasar internasional. Perusahaan tekstil dan pakaian jadi juga memiliki lebih banyak peluang untuk mengakses pasar yang lebih besar dan lebih berkelanjutan seperti Uni Eropa, AS, dan Jepang.
Berdasarkan Strategi Pengembangan Industri Tekstil dan Alas Kaki Vietnam hingga 2030, dengan visi hingga 2035, industri tekstil dan garmen Vietnam akan berkembang secara berkelanjutan berdasarkan model ekonomi sirkular. Pemerintah akan menyediakan program dukungan berupa pinjaman preferensial, insentif pajak untuk proyek produksi hijau, dan program pelatihan untuk membantu pelaku usaha mengakses teknologi dan solusi berkelanjutan dengan lebih mudah.
Harus tahu cara memanfaatkan peluang
Menurut Wakil Presiden Asosiasi Tekstil dan Pakaian Vietnam, selain kesulitan, regulasi tentang pembangunan hijau, persyaratan produksi bersih, dan ekonomi sirkular juga merupakan peluang untuk membantu perusahaan tekstil dan pakaian jadi meningkatkan nilai merek dan daya saing di pasar.
“Bagi bisnis yang secara proaktif dan serius bertransisi ke ekonomi sirkular, produksi dan konsumsi berkelanjutan telah menciptakan perbedaan bagi bisnis mereka di pasar, sehingga meningkatkan nilai merek dan meningkatkan keuntungan,” ujar Bapak Tri.
Menurut direktur umum sebuah perusahaan tekstil besar, transisi menuju produksi hijau dan penerapan ekonomi sirkular juga merupakan peluang untuk mendorong inovasi dan kreativitas, dan perusahaan dapat memanfaatkan peluang untuk menciptakan produk-produk baru yang ramah lingkungan. Namun, hal ini membutuhkan tekad dan upaya dari para pemimpin perusahaan serta dukungan dari Pemerintah, kementerian, dan daerah dalam hal pelatihan sumber daya manusia dan tenaga kerja berkualitas tinggi, dukungan konsultasi di bidang sains dan teknologi, transfer teknologi produksi hijau, produksi sirkular, dan pinjaman preferensial untuk mendukung perusahaan dalam mempercepat proses transformasi.
Sumber






Komentar (0)