Liu Hanqing bercita-cita menjadi seorang matematikawan terkenal. Idolanya adalah matematikawan Tiongkok Chen Jingrun (1933-1996).
Namun, kehidupan Liu Hanqing mengalami perubahan tak terduga menjadi lebih buruk. Dari seorang mahasiswa yang menjanjikan, Hanqing muda terpaksa menghentikan studi universitasnya dan kembali ke kampung halamannya untuk fokus pada penelitian matematika. Apa yang terjadi pada jenius matematika ini?
Terobsesi dengan matematika
Liu Hanqing lahir pada tahun 1964 di sebuah desa kecil di Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Keluarganya sangat miskin, tetapi karena mengetahui putra mereka memiliki bakat alami dalam belajar, mereka mencurahkan seluruh sumber daya mereka untuk pendidikannya. Sejak usia muda, Liu Hanqing menunjukkan minat yang besar pada matematika.
Pada usia 11 tahun, Liu Hanqing belajar sendiri dan menguasai matematika jauh melampaui apa yang diajarkan di sekolah. Pada tahun 1980, di usia 16 tahun, Liu Hanqing menyelesaikan pendidikan menengahnya dan mengikuti ujian masuk universitas. Pemuda itu diterima di Universitas Industri Harbin, jurusan ilmu material. Liu Hanqing menjadi kebanggaan seluruh desanya.
Semua orang percaya bahwa masa depan cerah menanti Liu Hanqing, tetapi selama masa kuliahnya, Liu Hanqing mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk kecintaannya pada matematika, mengabaikan mata pelajaran lain dalam kurikulumnya.
Para guru dan teman-teman di sekolah semuanya berusaha membujuk Liu Hanqing untuk mengalokasikan kembali waktu belajarnya agar dapat meningkatkan nilai ujiannya, tetapi Hanqing tidak mau mendengarkan.
Remaja itu percaya bahwa ia bisa lulus ujian dengan kecerdasannya yang superior, menguasai mata pelajaran yang membutuhkan waktu lama bagi orang lain untuk memahaminya. Namun, kenyataan tidak seperti yang dibayangkan Han Qing; ia gagal dalam banyak mata pelajaran di program pelatihan tersebut.
Meskipun prestasi akademiknya sangat buruk, Han Thanh menolak untuk mengubah perilakunya, terus mengabaikan nasihat teman-temannya dan peringatan guru-gurunya. Pada akhirnya, Han Thanh dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk melanjutkan studinya di sekolah tersebut.
Setelah memulai kuliah dua tahun lebih awal, Han Thanh akhirnya harus menghentikan studinya karena tidak memenuhi persyaratan akademis. Sekembalinya ke rumah, Han Thanh memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada matematika.
Kehidupan Liu Hanqing terus menarik perhatian media dan publik Tiongkok (Foto: Sohu).
"Abaikan" masa depan
Setelah kembali ke kampung halamannya untuk tinggal bersama orang tuanya, Liu Hanqing menjadi semakin terobsesi dengan matematika. Pemuda itu belajar matematika siang dan malam, hidup di dunianya sendiri, tidak memperhatikan sekitarnya. Orang tua Hanqing mulai khawatir tentang kondisi fisik dan mental putra satu-satunya mereka.
Para penduduk desa juga menyadari ketidakstabilan tersebut dan menyarankan Han Thanh untuk mencari pekerjaan agar dapat menyeimbangkan hidupnya dan membantu keluarganya. Mereka mencoba menjelaskan kepadanya bahwa keluarganya masih kesulitan secara finansial, dan orang tuanya tidak dapat menanggung semua beban untuknya selamanya.
Meskipun mengetahui keluarganya sedang kesulitan keuangan, Han Thanh hanya ingin mengejar hasratnya sendiri, mengabaikan nasihat apa pun yang mungkin diterimanya. Lambat laun, tidak ada lagi yang ikut campur dalam urusan Liu Han Thanh.
Dengan demikian, Han Thanh membenamkan dirinya dalam belajar mandiri dan penelitian matematika selama beberapa dekade. Hingga hari ini, kehidupan Liu Han Thanh terus menarik perhatian media dan publik di Tiongkok, karena ini adalah kisah yang menunjukkan penyimpangan yang sangat disayangkan dari seorang individu yang pernah dianggap sebagai seorang jenius.
Selama beberapa dekade terakhir, Liu Hanqing telah menghasilkan banyak sekali makalah ilmiah tentang topik matematika, tetapi tidak satu pun yang diterbitkan karena para ahli menilai konten yang disajikan oleh Hanqing memiliki kesenjangan pengetahuan dan kurang akurat.
Proses belajar mandiri Han Thanh kurang mendapat bimbingan; dia tidak memiliki kesempatan untuk membandingkan, membedakan, atau mengevaluasi kembali pemahamannya sendiri untuk melihat apakah itu akurat.
Menghadapi kenyataan pahit bahwa seluruh proses belajar mandiri dan penelitiannya tidak membuahkan hasil, Liu Hanqing secara bertahap tersadar dan menjadi lebih realistis.
Di usia 50-an, Liu Hanqing mulai berpikir untuk mencari pekerjaan demi mencapai kemandirian finansial. Ia mencoba bekerja di pabrik, tetapi setelah puluhan tahun terisolasi dan tenggelam dalam dunianya sendiri, Liu Hanqing merasa bingung dengan pekerjaan pabrik dan kehidupan di luar. Ia tidak bisa beradaptasi dan segera berhenti.
Han Qing kembali tinggal bersama orang tuanya yang sudah lanjut usia dan menerima tunjangan bulanan sebesar 400 yuan (sekitar 1,5 juta VND) dari pemerintah daerah untuk keluarga yang mengalami kesulitan ekstrem. Mantan teman-teman sekelasnya, yang mengetahui situasinya, sering mengunjungi dan membantu orang tuanya.
Kehidupan keluarga Liu tetap tidak berubah selama beberapa dekade, bahkan mungkin menjadi semakin menyedihkan. Dari harapan tinggi yang awalnya mereka miliki untuk anak ajaib mereka, orang tua Liu Hanqing kini harus menerima bahwa putra mereka tidak akan pernah berubah, dan mereka harus "menanggung" bebannya selama mereka mampu.
Menurut Ziyaren/Baijiahao
Sumber: https://dantri.com.vn/giao-duc/doi-bi-kich-cua-than-dong-toan-hoc-mat-ca-tuong-lai-vi-dam-me-sai-cach-20241007111958380.htm






Komentar (0)